NovelToon NovelToon
SIMPANAN KAPTEN

SIMPANAN KAPTEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikahi tentara / Pernikahan rahasia / Poligami / Teen Angst / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:49.4k
Nilai: 5
Nama Author: Penapianoh

Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.

Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SIMPANAN KAPTEN 30

Kini, Marni sekuat tenaga menahan rasa sakit dihatinya, semata-mata, demi anak gadisnya yang sedikitpun tak pernah mengeluh dan selalu menyayanginya dengan sepenuh hati.

Bahkan saat nazirah dan ayahnya pergi, azura selalu ada untuknya. Ia berfikir, sekaranglah saatnya untuk berjuang dan bertahan demi putrinya.

Marni tidak ingin bereaksi berlebihan, yang akan membuat putrinya itu khawatir. azura sudah cukup menderita, dia tidak ingin, putrinya itu semakin menderita karena dirinya yang lemah dan kalah karena keadaan ini.

"Ada apa, Mas? Kenapa kaget begitu? Siapa wanita ini?" tanya Marni, berusaha santai.

"Ohh, jadi ini? Istri kamu yang penyakitan itu, dengan anak haramnya?" Sergah wanita yang sedang menggandeng posesif tangan suami yang baru saja dinikahinya beberapa waktu lalu.

Plak... Sebuah tamparan keras mendarat di pipi wanita dengan dandanan menor, ala opera cina itu.

"Ehh, bedaknya, saking tebelnya sampai lengket ke tangan aku, eewww!" sindir azura.

Ayah tirinya yang tidak terima, berbalik ingin menampar azura. Namun, Hellen yang ternyata memiliki ilmu bela diri, segera menepis tangan besar pria itu dengan kakinya. Hingga tangannya tidak berhasil menyentuh wajah ayu sang dokter cantik itu.

"Ehh, beraninya kau anak kecil!" geram ayah tiri azura.

Hellen hanya terdiam dan menarik azura agak menjauh dari pria ringan tangan itu.

"Mas, beraninya kau...," ujar Marni dengan tatapan tajam, bak pedang yang siap menghunus ke arah suaminya itu.

"Bu, udah gak usah di ladenin, ibu sudah lihat 'kan? Pria ini tidak pantas untuk ibu, dia hanya akan buat ibu semakin sakit. Ayo kita ke sana! Kakak udah lapar banget." ujar azura sembari membawa pergi ibunya dari hadapan pria tak tahu diri itu.

"zura, dimana sopan santunmu?" bentak ayah tirinya itu dengan nada menggelegar.

Namun, azura mengabaikannya dan terus melangkah pergi sembari membawa ibunya.

"Bu... kita tidak mendengar apapun. Kita tidak melihat apapun. Dalam hidup ini, hanya ada zura dan Ibu. Jangan pikirin hal itu, ibu masih punya zura. zura ingin ibu tetap sehat, sampai gendong anak azura sama Mas regan."

Marni mengeryit bingung mendengar ucapan putrinya itu.

"Siapa namanya kak?" tanya Marni lagi.

"Kakak regan Ibu," jawab Helen yang merasa senang, karena akhirnya azura mengakui keberadaan pria yang sudah Ia anggap seperti kakaknya sendiri itu.

"Ehh, kok Hellen kenal, tapi ibu gak kenal!" ujar Marni penasaran dengan pria yang baru saja azura sebutkan namanya.

Azura dan Hellen hanya terkekeh.

Mereka lalu mengambil tempat yang sudah direservasi tadi, saat mereka masih berada ditaman kota.

"sudah, kita duduk dulu. Ntar, kakak ceritain, yah?" Marni hanya mengangguk dan terus menatap azura, bagaimanapun, baginya, ini hal yang baik.

Namun, pria-pria jaman sekarang, tidak dapat di percaya.

Contohnya, satu orang yang baru saja mereka temui tadi. Jadi, Marni ingin bertemu sendiri dan mengenal pria itu, agar kelak, apa yang dilakukan oleh ayah kandung azura dan ayah tirinya itu barusan, terhindar dari kehidupan putrinya.

Dan setelah duduk, seperti yang azura harapkan, Marni terus saja membombardir dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Mulai dari siapa regan? seperti apa pria itu? Apa pekerjaannya? Bagaimana perangainya? Rentetan pertanyaan itu, berusaha di jawab azura, sesuai dengan yang sebenarnya. Kecuali dari keluarga mana regan berasal, dan pernikahan sirinya yang masih Ia tutupi.

Azura juga menjelaskan, kalau regan lah yang waktu itu, memberikan pinjaman untuknya. Hal ini membuat Marni menatapnya lekat-lekat.

"Kak, memang gak ada imbalannya gitu?" tanya Marni curiga.

"Gak ada Bu, orang duitnya sudah azura ganti Kok!" Marni segera ber 'oh ria.

Seperti yang diharapkan, Marni sejenak melupakan kejadian barusan dan fokus memikirkan putrinya yang sudah memiliki calon suami.

Setelah menyelesaikan acara makan-makan nya, mereka segera kembali ke kontrakan, setelah berbelanja beberapa hal untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Sampai di rumah, azura masih berusaha mengalihkan perhatian ibunya dari memikirkan sifat tak terpuji ayah tirinya itu.

"Bu... Kakak mau bobo di kaki ibu, Boleh?" ujar azura saat melihat ibunya yang kelelahan beringsut naik ke atas ranjangnya, untuk beristirahat.

"Lah, pake nanya. Sini sayang! Anak ibu cantik," ujar Marni sembari merentangkan tangannya sembari tersenyum lebar ke arah azura.

Tak membuang waktu lagi, wanita itu segera naik ke atas ranjang dan berbaring di paha ibunya, yang sedang duduk bersandar di head board tempat tidur.

Banyak hal yang mereka bicarakan, ibunya juga menyanyikan beberapa lagu, yang sering Ia nyanyikan untuk azura saat wanita itu masih kecil dan hanya memiliki ibunya.

Azura yang merasa nyaman dengan itu, langsung jatuh tertidur. Marni segera meletakkan kepala putrinya itu ke bantal dan dirinya pun berbaring di samping putrinya.

Ia menatap wajah ayu itu yang terbaring tepat didepan wajahnya.

"Kamu anak ibu, tapi mukamu ini, seratus persen milik bapakmu. Kulit putih, hidung mancung, rambut coklat terang. Cantik sekali anakku," ujar Marnie sambil terus menatap wajah azura.

"Andai Bapakmu kembali, Ndok! Dia pasti bangga, punya anak secantik dan sebaik kamu." tangan Marni, perlahan terangkat dan menyentuh wajah ayu itu dengan lembut, agar tidak menggangu tidur sang putri.

Namun, tiba-tiba airmata Marni mengalir.

"Ibu harap, nasibmu gak sama dengan nasib ibu. Jadi ibu pengen banget bisa ketemu sama calon suamimu itu. Ibu pengen kenal lebih jauh. Kali ajah, dia gak sebaik itu. Ibu gak mau, kamu kecewa nanti, Ndok cukup ibu saja, yang merasakan sakit ini."

Setelah dua hari yang terasa seperti dua menit, azura akhirnya kembali ke Mes, untuk kembali bekerja di minggu kerja yang baru, namun, dengan berat hati.

Azura tahu, ibunya berusaha menyembunyikan rasa sakitnya karena pengkhianatan ayah tirinya itu, sebab tidak ingin mengecewakan dirinya.

Sehingga saat ingin kembali ke mess, azura banyak berpesan kepada Hellen dan kedua temannya itu untuk sering-sering mengajak ibunya, mengobrol.

Agar mengalihkan pikirannya dari masalah yang begitu menyita pikirannya.

***

Hari-hari berlalu, bulan-bulan berganti, Marni yang sering ditinggal lebih baik, setelah kedatangan azura dari wamena.

Kini, marni dan azura seperti kembali ke masa lalu mereka. Hanya berdua. Namun yang membedakan, kini bukan Marni yang mengurus putrinya itu dengan penuh sayang. Namun, putrinya itu, yang mengurusnya dengan sepenuh hati.

Siang itu, setelah Hellen pulang sekolah, Marni meminta dirinya untuk menemaninya. Hellen yang tidak tahu, hendak pergi ke mana, hanya mengiyakan dan mengikutinya.

Hellen sempat mengirim pesan untuk azura, namun wanita itu, sepertinya sedang sibuk, hingga tidak sempat membuka pesan yang dikirimkan oleh Hellen.

Kini mereka tiba di depan sebuah rumah, yang terlihat cukup sepi. Entah karena apa, namun didepan rumah itu, tak ada aktivitas sedikitpun.

Marni segera memasuki halaman rumah itu, dengan langkah berat. Ia tidak tahu, apakah keputusannya ini sudah tepat. Namun, Ia sudah memantapkan hatinya.

Ia ingin mencari tahu sendiri, rahasia yang selama ini ditutup-tutupi oleh azura dan juga nazirah.

Nazirah selalu berkata bahwa ayahnya masih sendiri, dan tidak menjenguk Marni karena sibuk bekerja. Hal itu yang membuat Marni masih bertahan. Namun, hingga berbulan-bulan, itu bukan lagi hal yang wajar.

Saat mereka bertemu di Saung Wulan, azura berdalih bahwa wanita itu, adalah Boss ayah tirinya. Dirinya sudah mencari tahu, katanya.

Namun, dari reaksi wanita itu dan respons suaminya, Marni yakin, hal-hal, tidak seperti yang azura dan . nazirah katakan padanya. Jadi hari ini, dia berada disana untuk mencari tahu.

Saat langkahnya semakin mendekat ke rumah, hatinya terasa semakin sakit. Rumah yang Ia beli dengan hasil menjual rumahnya yang di Bali, kini terasa begitu asing.

Setibanya didepan pintu rumah, ternyata pintunya terkunci dari dalam. Tanpa menunggu lama, Marni langsung merogoh saku tasnya, dan mengeluarkan kunci cadangan miliknya.

Dan klikkk, bunyi pintu itu berhasil dibuka. Saat memasuki rumah itu, Marni langsung terperangah dengan figura besar yang terpasang di dinding ruang tamu rumah itu.

Foto pernikahan suaminya dan wanita yang mereka temui di Saung Wulan beberapa bulan lalu. Ia menutup mata, berusaha menguatkan hatinya. Ia tidak ingin menangis.

Hellen yang sejak tadi hanya mengikuti langkah wanita itu, kini disuruh menunggu di ruang tamu rumah itu. Marni hendak pergi ke kamarnya, tempat dahulu dirinya dan suaminya berbaring disana, menjalani hari-hari hidup mereka.

Namun, saat langkahnya semakin mendekati pintu, Ia mendengar suara-suara dari dalam sana.

"Ehh, ada orang tah?" batin Marni yang terus melangkah mendekati pintu kamar itu.

Kini Ia telah berada di depan pintu kamar itu, dan suara dari dalam sana terdengar jelas di rungunya.

Bagaimana tidak, suara erangan dan des ahan itu begitu memenuhi kamar, hingga sampai di telinga Marni yang sedang berdiri didepan pintu kamar itu.

Dengan susah payah, Marni menelan salivanya. Ia tidak percaya, kamar yang dahulu Ia tempati, kini sudah ditempati wanita lain. Dan yang lebih menyakitkan lagi, suara itu, jelas menunjukkan aktivitas apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.

Usia suaminya yang baru menginjak 45 tahun, membuat pria itu masih sangat ganas di ranjang. Hal ini, terdengar dari suara wanita yang terus meracau tak karuan didalam sana.

Namun, kepalang tanggung, Marni sudah sejauh ini, dia tidak ingin mundur.

Tangannya yang gemetar terangkat, dan menekan gerendel pintu yang ternyata tidak dikunci.

Marni segera membuka pintu kamar itu lebar-lebar dan terpampang sudah, dua sejoli yang sedang di mabuk kepayang. Berusaha mencari kenik matan duniawi dari tubuh satu sama lain.

Keduanya yang tengah asik dengan pergulatan panasnya, berbalik karena mendengar bunyi pintu, dan sangat terkejut.

"Marni... Kau!"

1
shenina
pria macho.. regan kah itu.? 😄
kerjaan siapa lagi ini yampun smg bkn org jahat yg mau culik azura
Siti Maryati
knpa ya kalau baca selalu nano" rasa ini, dag dig dug...
keren alur cerita nya
Intan Nurwulan
Ka othor jgn lama2 ya up nya. Smngat ka othor🤗
Siti Maryati
cepat tindak lah ulet Keket tuh
Intan Nurwulan
Smoga Regan & Azura bisa bersatu ya k othor
yusnah
Luar biasa
yusnah
Lumayan
shenina
humm dokter aulia 🤔 ulet ulet keket kah..
Intan Nurwulan
Sungguh keterlaluan dokter Aulia
Farid Atallah
lanjut dong Thor 😥
Farid Atallah
lanjut dong Thor 😥
shenina
essegedeeh 🤭
Maryam marhan
luar biasa bangett karya nya, pertama kali baca langsung suka😍
🩷nining
di setiap tempat kerja...ada aja yg julid🤣
shenina
kasihan azura hiks.. 😭😭
shenina
waduh sio ibu 🫢🥺
shenina
menjijikkan.. dasar pria mokondo g tau diri.. usir aja mereka dari rumah mu itu bu marni...
shenina
lepaskan regan dan lupakan dia zura... kalau kalian berjodoh maka suatu hari kalian akan bertemu lagi.. tapi kalau tidak berarti kalian g berjodoh..
shenina
nyeseek euy 😮‍💨
Intan Nurwulan
Double up donk ka othor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!