NovelToon NovelToon
Kisah Senja

Kisah Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Spiritual / Duniahiburan / Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: yulia weni

Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

"Pagi Sabtu yang cerah.

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh murid-murid di SMA S X. Karena pada hari ini, jam belajar hanya sampai jam 10.00. Setelah itu, sampai jam 12.00, dilanjutkan dengan ekstrakurikuler. Sekolah pada hari ini hanya sampai jam 12.00 siang. Tidak seperti hari biasanya, Senin-Jumat sampai jam 15.00 WIB.

Senja dan Novi sudah membuat janji akan menemui Bu Tet saat jam istirahat tiba.

"Senja, kamu sudah bawa uang ujian nasional setengah dan surat yang sudah ditandatangani orang tua kamu?" tanya Novi sambil berjalan menuju ruang kelas.

"Sudah, Nov. Aku sudah siapin semua. Kamu sudah bawa juga kan?" jawab Senja sambil memeriksa tasnya.

"Ya, aku sudah bawa. Aku juga sudah minta tanda tangan Ibu aku kemarin," kata Novi sambil menyerahkan surat tersebut kepada Senja untuk dilihat.

"Bagus. Aku juga sudah dapat tanda tangan Ibu aku kemarin sore. Sekarang kita tinggal bayar uang ujian nasional setengah dan kasih surat ini ke Bu Tet," kata Senja dengan senyum.

"Yakin kita semua bakal lulus 100%?" tanya Novi dengan nada penasaran.

"Yakin banget! Kita semua sudah belajar dengan baik dan Bu Tet juga sudah kasih kita materi yang pas. Pasti kita semua bakal lulus dengan nilai yang baik," jawab Senja dengan percaya diri.

"Semoga saja. Aku juga yakin kita semua bakal lulus dengan hasil yang memuaskan," kata Novi sambil tersenyum.

"Jam istirahat tiba. Senja dan Novi akan menemui Bu Tet ke kantor guru. Namun, sebelum mereka ke kantor, Senja melihat Mega yang melamun sendirian di kursinya.

"Nov, coba kamu lihat Mega! Dia kayaknya lagi ada masalah!" ucap Senja. Novi langsung melihat dan berkata, "Iya Sen, kayaknya dia lagi ada masalah. Ayo kita kesana," ajak Novi.

"Hai Ga, apa kabar?" tanya Senja. "Eh, kalian," ucap Mega kaget. "Ada apa?" tanya Mega.

Tidak ada apa-apa sih Ga, cuman tadi kami perhatikan kamu terlihat murung. Apa ada masalah?" tanya Senja. "Ya Ga, coba kamu cerita ke kita, siapa tahu kita bisa bantu," timpal Novi.

Mega masih ada keraguan ketika mau menceritakan masalahnya Sama Senja dan Novi. Dia tidak mau teman-temannya tahu tentang cerita atau masalah yang dia hadapi. Namun, Mega percaya kalau teman yang di depannya sekarang adalah teman yang baik, yang tidak suka mencari masalah, apalagi mau menyebarkan masalahnya sama yang lain.

Karena dulu dia juga pernah curhat sama mereka mengenai cerita keluarganya, dan sampai sekarang cerita itu aman, tidak ada teman yang lain yang tahu. Jadi sebaiknya dia jujur saja, siapa tahu dengan berbagi masalahnya, dia dapat solusi, setidaknya meringankan sedikit beban fikirannya.

"Apakah ketika aku cerita, tidak akan menambah beban fikiran kalian?" tanya Mega hati-hati. "Hehe, tenang saja, palingan hanya mengurangi berat badan aku saja, Ga," balas Novi sambil mencairkan suasana. "Haha," mereka tertawa bersama.

"Kalian mungkin sudah tahu bagaimana kondisi keluarga ku. Dulu aku juga pernah ceritakan sama kalian! Ayahku yang sudah menikah lagi, dan meninggalkan kami dalam keadaan seperti ini. Ditambah Ibuku yang sekarang sakit-sakitan, belum lagi untuk bayar ujian nasional.

Minggu depan kita sudah ujian. Sedangkan uangku belum ada. Abangku telah mengirimkan setengah dari biaya ujian. Namun, aku gunakan untuk biaya Ibuku berobat.

Dua hari yang lalu aku izin tidak masuk sekolah, karena Ibuku pingsan di kamar mandi karena penyakitnya kambuh. Aku menangis dan minta tolong bantuan tetangga, hingga akhirnya Ibuku dibawa ke puskesmas. Ibuku tidak ada BPJS, jadi uang yang dikirim Abangku, aku bayarkan untuk itu," cerita Mega sambil menangis.

Senja dan Novi pun menangis mendengar cerita temannya. "Ya Allah Mega, kenapa kamu tidak kasih tahu kami soal Ibumu pingsan?" ucap Senja yang sedih dan langsung duduk di samping Mega. "Aku tidak mau merepotkan kalian, apalagi aku tidak mau orang tahu tentang cerita masalah keluargaku," balas Mega sendu.

"Mega, kadang keinginan kita adalah tidak ingin orang lain tahu tentang cerita kita, apalagi privasi kita. Namun, tidak semua itu benar. Kita juga perlu berbagi cerita kita ke orang yang benar-benar kita anggap percaya, bisa menjaga rahasia kita. Karena dengan kita berbagi masalah saja, telah mengurangi sesak dada kita, mengurangi pikiran kita."

"Karena sejatinya, jika kita baik, Allah akan menemukan kita dengan orang baik juga. Jika kita tidak menemukan orang baik, maka orang baiklah yang akan menemukan kita. Namun, ketika orang baik belum menemukan kita, maka kitalah yang harus menjadi orang baik tersebut," ucap Senja lembut.

"Ya, Ga, apa yang dikatakan Senja benar. Kita tidak perlu banyak teman yang tahu tentang cerita kita. Cukup satu atau dua orang yang tahu, dan orang itu adalah orang yang bisa kita percaya menjaga rahasia kita. Kita tidak boleh mengklaim bahwa harus kita yang menanggung sendiri. Orang lain tidak berhak tahu. Itu tidak benar. Kadang dengan kita berbagi saja, kita merasa sudah lega dan bisa bernapas lagi dengan baik," balas Novi lembut dan memegang tangan Mega.

"Kami tidak akan menyuruh kamu sabar, Ga, karena kami tahu kamu sudah sabar sekali menghadapi ini. Dan kami tidak akan mengatakan juga kamu harus kuat, karena kamu telah kuat. Banyak yang lain ketika menghadapi masalah sepertimu ada yang kecewa, putus asa, bahkan menyalahkan takdir. Tapi kamu berbeda, kamu orang pilihan Allah yang kuat menghadapi ini."

"Mungkin kamu melamun karena minggu depan kita akan ujian, sedangkan kamu belum ada uang untuk bayar ujian, kan?" tanya Senja.

"Iya," jawab Mega. "Aku takut cerita sama Bu Tet tentang masalah yang aku hadapi, jadi aku tidak tahu harus bagaimana lagi," balas Mega sendu.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita temui Bu Tet bersama-sama?" ajak Novi. "Iya, Ga, kita ceritakan saja masalah kamu ke Bu Tet. Kamu jangan takut cerita, siapa tahu ada keringanan untukmu juga sama seperti kita," ucap Senja sambil tersenyum.

"Emang kalian dapat keringanan apa?" tanya Mega. "Ga, aku dan Senja juga tidak bisa bayar lunas untuk ujian minggu depan. Kami hanya bisa bayar setengah, sedangkan SPP kami saja juga belum lunas. Namun, dua hari yang lewat kami telah menemui Bu Tet, dan ada keringanan bagi kita murid-murid yang terkendala ekonomi, dan dengan alasan yang jelas," ungkap Novi.

"Iya, Ga, ayo kita pergi sekarang ke kantor guru, kita temui Bu Tet. Kamu jangan pernah merasa sendirian, Ga. Insyaallah kami siap mendengar cerita kamu. Tapi, apakah boleh aku ceritakan masalah kamu ke Bu Tet? Tanya Senja. "Ya, aku harus izin dulu sama kamu. Jika kamu izinkan, siapa tahu dengan kita bercerita, urusan kita akan Lebih mudah sama Bu Tet."

"Baiklah, aku setuju. Aku yakin kalian teman yang baik. Terima kasih ya telah mendengarkan ceritaku. Kalian benar, ternyata dengan kita berbagi cerita saja sama teman, akan membuat hati kita plong dan beban pikiran juga berkurang," balas Mega sambil tersenyum.

"Mereka pun langsung berdiri dan pergi ke kantor, menemui Bu Tet di ruangannya.

"Senja, Novi, dan Mega langsung menuju ruangan Bu Tet. Mereka mengucapkan salam serempak, "Assalamualaikum, Bu."

Bu Tet menjawab dengan senyum, "Waalaikumussalam."

Kemudian, Senja dan Novi memberikan uang ujian tersebut dan surat yang telah ditandatangani orang tua mereka. "Bu, ini uang ujian nasional setengah dan surat perjanjian yang sudah ditandatangani orang tua kami," kata Senja sambil menyerahkan uang dan surat tersebut.

"Terima kasih, anak-anak. Bu Tet akan memeriksa surat perjanjian ini," kata Bu Tet sambil memeriksa surat tersebut. Mega hanya diam dan memperhatikan proses pembayaran uang ujian tersebut.

Setelah memeriksa surat tersebut, Bu Tet mengangguk puas. "Baiklah, semuanya sudah lengkap. Jangan lupa dibayar lunas saat mengambil tanda kelulusan nanti," pesan Bu Tet. Senja dan Novi mengangguk setuju, sementara Mega hanya terdiam.

"Mega hanya menunduk, dia tidak mau menatap Bu Tet. Terus, Mega kenapa nunduk saja? Dan Ibu lihat matanya merah, apakah Mega baik-baik saja?"

"Hmm, begini, Bu," jawab Senja ragu. "Boleh kami duduk dan bercerita sebentar sama Ibu?" tanya Senja hati-hati. "Ya, boleh, silakan duduk. Cuma kursi hanya dua," jawab Bu Tet. "Tak apa-apa, Bu. Cukup Senja dan Mega saja yang duduk. Aku berdiri saja," ucap Novi sambil tersenyum.

"Senja mulai menceritakan semua apa yang dialami Mega. Mega menangis lagi mendengarkan Senja bercerita. Dan mata Bu Tet pun berkaca-kaca."

"Hmm, maaf, Mega. Ibu lancang bertanya sama kamu. Semenjak kapan ayahmu menikah lagi dan ibumu juga kapan mulai sakitnya?"

1
yulia weni
Bagaimana kisah selanjutnya ya, mohon di pantau terus dan beri masukan ya, 😁
fazwaa awaa
sangat bagus dan cocok di saya
Miska Irawati
ceritanya bagus
yulia weni
Karya bagus, apalagi mengingat tentang sebuah perjuangan mencapai mimpi
Grecia Amiel
Ini author beneran jago banget, keren! 👍
yulia weni: terimakasih telah mampir kk, mohon supportnya
total 1 replies
yulia weni
mohon supportnya ya teman2 hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!