Kembali Ke Masa Lalu

"Aaaarrrgggh.... tidaaaak... " teriakan itu begitu menggema memecah keheningan di pagi hari.

Praankk

Praaankkk

Pyaarrr

Teriakan itu di berengi dengan suara benda-benda yang jatuh, begitu berisik begitu memekakkan telinga, hingga semua penghuni kediaman Hong keluar.

"Ada apa dengan Putri mu? mengapa pagi-pagi begini dia sudah membuat keributan?" Abra begitu marah, karna waktu istirahat nya yang sebentar telah terganggu.

"Sebaik nya kita lihat Suami ku" Mariana juga terganggu, namun itu adalah putri nya jadi Mariana tak bisa membiarkan nya begitu saja.

Sebenarnya Abra malas mengurusi mereka, tapi Abra tidak bisa Siam saja.. maka mau tak mau Abra mengikuti sang istri untuk melihat apa yang terjadi pada putri nya itu.

"Ada apa dengan mu San aaaarrrrrggggghhhh.... "Mariana merasa ngeri sekaligus jijik dengan wajah putri nya saat ini.

Abra juga sama terkejut nya dengan Mariana, bahkan kini perut nya yang kosong terasa begitu mual.

Bagaimana tidak mual, karna kini wajah Sania telah penuh dengan bisul yang keluar nanah juga darah, belum lagi bisul-bisul itu mengeluarkan bau yang tidak sedap.

"Ibu... " Sania berlari menuju ke arah Mariana, ingin memeluk Mariana.

"Berhenti Sania" teriak Mariana tidak ingin Sania memeluk nya.

"Ibu... Ayah... tolong aku.. aku tak ingin wajah ku seperti ini" Sania menangis meminta ayah ibu nya untuk segera menolong nya.

"Sebenarnya ada apa dengan mu? kenapa wajah mu jadi hancur begini?" tanya Abra dengan menutup hidung nya karna tak kuat dengan bau busuk dari wajah Sania.

"Aku tidak tau Ayah.. tiba-tiba saja saat aku bangun tidur wajah ku jadi seperti ini" Sania tentu tidak tau alasan wajah nya menjadi hancur begitu.

"Sania.. segala sesuatu itu ada penyebab nya" Abra tak puas dengan jawaban putri nya itu.

"Coba kamu ingat secara perlahan, apa ada yang kamu makan hingga wajah mu menjadi seperti ini" Mariana meminta Sania mengingat secara perlahan.

Sania terdiam, dia mulai mengingat-ingat apa yang di makan nya.. tapi seberapa keras pun Sania mencoba mengingat, tetap saja Sania tak mengingat nya.

"Apa kamu sudah ingat?" tanya Mariana karna dia sudah lama menunggu.

"Aku.. tidak memakan makanan aneh Ibu.. sebentar.. Ibu aku hanya menggunakan ini sebelum tidur.. " Sania ingat dia hanya menggunakan krim yang selalu di pakai nya, hanya saja itu adalah krim baru, dan krim itu juga Ibu nya sama memakai nya.

"Tidak itu tidak mungkin" Sania mundur dengan menutup mulut menggunakan telapak tangan nya.

Sania ingat salah satu krim itu sudah di campurkan dengan racun penghancur wajah, tapi krim itu adalah krim yang di berikan nya kepada Ciara.

"Kenapa Sania" Mariana bingung melihat kepanikan putri nya.

"Jangan bilang kamu memberikan krim yang salah Sania?" hanya itu jawaban yang saat ini ada di kepala Mariana.

"Aaaaarrrggggghhh.... tidakkk... " bruukk Sania jatuh pingsan tak sadarkan diri.

"Cepat angkat Nona kalian" Abra memanggil beberapa pelayan untuk mengangkat tubuh Sania.

…………………………………

"Bagaimana Tuan, apakah anda menyukai pertunjukan nya?" dapat Ciko lihat, ada senyuman yang tersungging di sudut bibir Ciara meski hanya sebentar saja.

"Tentu" Ciara begitu menikmati semua percakapan yang di dengar nya, dapat Ciara bayangkan wajah-wajah mereka yang penuh dengan kepanikan, kemarahan, serta kekecewaan karna rencana mereka telah gagal.

"Mungkin setelah ini.. Pengeran Jordan akan keluar sebagai penolong, tapi aku yakin cerita nya akan sangat berbeda jauh dari cerita masa lalu" Ciara seperti sudah mengetahui jalan cerita yang akan di tempuh nya di esok hari.

"Tapi aku rasa sekarang Pangeran Jordan keluar hanya untuk anda" Ciko mempunyai perkiraan seperti itu.

"Kau ini.. mana ada seperti itu, dulu saja di hidup ku yang dulu.. dia menginginkan Sania untuk menjadi istri nya, sekarang pun pasti begitu" Ciara masih ingat dengan jelas, ketika Pangeran Jordan meminta Sania untuk menjadi istri nya, sebagai balasan karna dia telah memberikan obat untuk penyakit Sania.

"Tapi kan semuanya sekarang sudah berbeda Tuan" Ciko begitu yakin bahwa Pangeran Jordan gak akan meminta Sania menikah dengan nya.

"Kita lihat saja nanti Ciko" Ciara tak ingin berharap lebih, dia takut akan kecewa karna mengharapkan sesuatu yang belum pasti.

……………………………………

"Ada kabar apa Dru, apakah dia baik-baik saja?" Pangeran Jordan tak ingin melewatkan satu kata pun tentang Ciara.

"Nona Ciara.. dia baik-baik saja hanya saja... " Dru. menggantung ucapan nya.

"Hanya saja apa? lanjutkan ucapan mu" Pangeran Jordan mendesak Dru untuk segera bercerita.

"Hanya saja.. saya tak mengerti, bagaimana racun itu bisa berbalik arah.. padahal orang suruhan kita belum gurun tangan" Dru benar-benar merasa heran dengan kejadian yang di lihat nya tadi pagi di kediaman Hong.

"Sudah ku bilang dia wanita hebat" Pangeran Jordan memuji Ciara.

"Dia pasti akan tau apa yang terjadi, karna pasti semua ini telah dia lewati di kehidupan yang dulu" ucapan ini hanya bisa di ucapkan dalam hati oleh Pangeran Jordan.

"Tapi... bagaimana caranya? Dru benar-benar heran, karna setau nya Ciara tak pernah keluar dari kediaman kecil nya.

"Kamu cukup menonton saja Dru.. nanti juga kamu akan mengetahui kehebatan dia yang dia yang lain nya" Pangeran Jordan membanggakan Ciara.

"Saya tetap merasa penasaran Pangeran" karna menurut Dru semua nya tak masuk akal.

"Sudahlah Dru.. lebih baik sekarang kamu kembali kesana dan terus awasi setiap gerak gerik keluarga itu, pastikan Nona mu tak terluka sedikit pun" Pangeran Jordan tak ingin Ciara tersakiti seperti dahulu.

Meski pun Ciara hebat karna punya bekal dari kehidupan nya yang lalu, tetap saja Pangeran Jordan mengkhawatirkan nya.

Pangeran Jordan tak ingin Ciara kenapa-napa, gak ingin Ciara di sakiti oleh sepasang ibu dan anak yang gak tau terimakasih seperti Mariana dan Sania.

"Anak buah ku ada disana Pangeran, dan mereka bukan hanya satu.. aku sudah memasukan beberapa pelayan serta pengawal secara diam-diam kesana, dan mereka adalah orang-orang pilihan yang terbaik di bawah pelatihan ku" Dru mana mungkin bisa mengerjakan itu seorang diri, karna mengawasi beberapa orang secara langsung sendiri, itu sangat tidak mungkin.

"Jangan sampai mereka megah Dru.. Bibi dan Adik nya dia begitu sangat kejam, kau sudah melihat sendiri bukan bagaimana kekejaman mereka" Pangeran Jordan tak ingin kecolongan maka dia meminta Ciara di perhatikan dengan benar.

"Saya janji tidak akan terjadi hal seperti itu" Dru meyakinkan junjungan nya bahwa orang-orang nya itu bukan lah orang biasa.

"Aku percaya itu Dru"

Yah... bersambung.