Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Festival dan Undangan ke Sekte Pedang Langit
"Master saya mendengarnya," kata Liu Xing, "Ia sangat terkesan dan ingin bertemu dengan Anda."
Zhong Li menatapnya dengan pandangan penasaran.
"Saya adalah murid dari Puncak Pedang Terbakar, salah satu dari delapan puncak Sekte Pedang Langit," jelas Liu Xing. "Master saya adalah master puncak itu. Beliau mengundang Anda untuk datang ke sekte kami."
Zhong Li mengangguk pelan. Rasa penasarannya terusik. Sekte Pedang Langit adalah salah satu dari sepuluh sekte tertinggi, dan mungkin di sana ia bisa menemukan petunjuk lebih banyak tentang masa lalunya.
Setelah seharian menikmati festival, mereka memutuskan untuk pergi ke Sekte Pedang Langit. Mereka berjalan sekitar satu jam dari Kota Pedang Langit, menembus kabut tebal, hingga akhirnya tiba di gerbang sekte.
Pemandangan di hadapan Zhong Li benar-benar menakjubkan. Sekte Pedang Langit adalah sebuah kompleks besar yang dibangun di atas pegunungan yang menjulang. Beberapa pedang raksasa tertancap di tanah di sudut-sudut sekte, memancarkan aura pedang yang tajam. Bangunan-bangunan sekte terlihat megah dan kuno, dihubungkan oleh jembatan-jembatan batu yang terukir indah.
Liu Xing memimpin Zhong Li masuk ke dalam. Mereka berjalan melewati aula-aula yang luas dan taman-taman yang indah. Liu Xing menjelaskan setiap area yang mereka lewati.
"Setiap puncak memiliki fungsi yang berbeda," jelas Liu Xing, "Puncak pertama untuk para tetua sekte, puncak kedua untuk para tetua, puncak ketiga adalah tempat di mana murid-murid baru dilatih..."
"Kita ke sana?" tanya Zhong Li, memotong pembicaraan.
Liu Xing terdiam sejenak. "Tidak," jawabnya dengan ekspresi aneh. "Master saya menyuruh saya untuk membawa Anda ke Puncak Ketiga."
Zhong Li menatap Liu Xing, tidak berkata apa-apa. Ia merasa ada sesuatu yang janggal. Namun, ia tetap mengikuti Liu Xing. Mereka naik melalui jalan setapak yang curam, melewati gerbang-gerbang spiritual, hingga akhirnya tiba di sebuah puncak yang lebih rendah dari yang lainnya. Di sana, mereka disambut oleh para murid yang sedang berlatih. Mereka terkejut melihat Liu Xing, seorang murid dari Puncak Pedang Terbakar, membawa seorang pria misterius ke Puncak Ketiga.
"Ini dia Puncak Ketiga," kata Liu Xing, suaranya terdengar canggung. "Master saya sedang menunggu di dalam."
Tanpa bertanya lebih jauh, Zhong Li melangkah masuk ke dalam aula utama Puncak Ketiga, siap untuk menghadapi apa pun yang menantinya.
Zhong Li melangkah ke dalam aula utama Puncak Ketiga. Di dalamnya, seorang gadis muda dengan aura yang kuat duduk di singgasananya. Wajahnya yang cantik dan dipenuhi amarah sangat familiar bagi Zhong Li. Dia adalah gadis yang marah-marah di gerbang Sekte Pengumpul Awan.
Gadis itu menatap Zhong Li dengan mata menyala. "Ternyata kau!" serunya, suaranya dipenuhi nada tinggi. "Jadi kau tamu yang membuatku menunggu lama!"
Zhong Li tidak bereaksi, hanya berdiri tenang. Ia merasakan aura gadis itu. Meskipun tampak muda, kekuatannya luar biasa. Ia tahu, gadis ini bisa dengan mudah membelah gunung menjadi dua.
Gadis itu, yang adalah master Puncak Ketiga, berusaha menenangkan diri. Ia berdiri dan membungkuk sedikit, menahan amarahnya. "Terima kasih telah menyelamatkan muridku, Liu Xing," ucapnya, nadanya kini lebih terkontrol. "Sebagai ucapan terima kasih, aku akan mengabulkan satu permintaanmu. Katakan, apa yang kau inginkan?"
Zhong Li berpikir sejenak. Permintaan ini adalah kesempatan emas. Ia menatap gadis itu dan berkata, "Aku ingin bertemu dengan sosok Pedang Immortal."
Seketika, aura gadis itu meledak. Ia menatap Zhong Li dengan penuh amarah. "Kau kelewat batas! Siapa yang memberimu hak untuk bertemu dengan guruku?! Beliau adalah sosok tertinggi di sekte ini, tidak bisa ditemui oleh sembarang orang!"
Zhong Li tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap gadis itu dengan pandangan dingin, lalu berbalik dan berjalan keluar dari aula. Ia tahu permintaannya adalah hal yang mustahil bagi kultivator biasa.
Namun, sebelum Zhong Li sempat melangkah jauh, gadis itu mengejarnya dengan wajah yang masih geram. "Tunggu!" serunya. "Aku... aku akan meminta izin guruku dulu. Jika guruku setuju, kau bisa menemuinya. Keputusannya tergantung pada guruku."
Zhong Li mengangguk pelan, lalu kembali ke aula dan duduk dengan tenang. Gadis itu, dengan wajah yang masih dipenuhi kekesalan, pergi ke puncak tertinggi.
Di puncak tertinggi Sekte Pedang Langit, sebuah puncak yang diselimuti kabut abadi, berdiri sebuah istana yang megah. Gadis itu, yang bernama Ling Fei, terbang ke sana. Sesampainya di istana, ia berlutut.
"Guru, muridmu datang," ucap Ling Fei dengan nada hormat. "Aku memiliki sebuah permintaan."
Sebuah suara yang tenang dan damai terdengar dari dalam istana. "Apa yang membuatmu geram, Fei'er?"
Ling Fei menceritakan semua yang terjadi, dari pertemuannya dengan Zhong Li di Sekte Pengumpul Awan, hingga permintaan pria itu untuk bertemu dengan Pedang Immortal. "Guru," lanjutnya, "Pria itu sangat sombong. Dia berani-beraninya meminta bertemu dengan Anda!"
Ada keheningan sejenak. Lalu, suara Pedang Immortal kembali terdengar. "Zhong Li, katamu? Pria dengan rambut perak dan tanda api di dahinya?"
Ling Fei terkejut. "Guru... kau tahu tentang dia?"
"Bawalah dia ke sini," jawab Pedang Immortal, suaranya mengandung sedikit rasa penasaran. "Aku bersedia menemuinya."
Ling Fei, yang masih terkejut, kembali ke Puncak Ketiga. Ia menemukan Zhong Li sedang duduk dengan tenang.
"Kau beruntung," katanya, suaranya sedikit lebih lembut dari sebelumnya. "Guruku bersedia menemuimu. Ikutlah denganku."
Zhong Li bangkit, mengangguk pelan. Ling Fei, dengan wajah yang masih penuh tanda tanya, memandu Zhong Li ke puncak tertinggi Sekte Pedang Langit, tempat Pedang Immortal berada. Sepanjang perjalanan, Ling Fei terus mengamati Zhong Li, mencoba mencari tahu apa yang begitu spesial dari pria ini hingga gurunya bersedia menemuinya. Namun, ia tidak menemukan apa pun, kecuali aura yang tenang dan keagungan yang tak terbantahkan.
Zhong Li mengikuti Ling Fei melewati gerbang-gerbang kuno, mendaki anak tangga yang terbuat dari batu giok putih, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah istana yang diselimuti kabut abadi. Di dalam aula yang luas dan dipenuhi aura pedang yang menakutkan, duduklah seorang pria tua dengan rambut putih yang terurai dan mata yang setajam pedang. Pria itu adalah Pedang Immortal.
Zhong Li dan Pedang Immortal saling menatap. Meskipun Zhong Li tidak memiliki kekuatan spiritual, aura keagungan yang dipancarkannya begitu kuat hingga membuat Pedang Immortal, sosok terkuat di sekte ini, terdiam. Ling Fei berdiri di samping, merasa tegang.
Keheningan itu berlangsung cukup lama, sampai akhirnya Zhong Li memecahkannya. "Aku datang untuk meminta tiga hal," katanya, suaranya tenang namun mengandung kekuatan yang tak terbantahkan. "Pertama, beritahu aku cara mengembalikan ingatan yang hilang."