Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak Di Dalam Gua
Ava menatap tajam mata gelap Devon yang terlihat terkejut melihatnya.
“Kau?” Desisnya lagi.
“Aku tak mengenalmu,” bisik Ava dan berusaha melepaskan dekapan Devon.
“Kita sudah pernah bertemu dua kali dan ini ketiga kalinya. Ingatanku sangat tajam, Dokter Ava.” Devon masih terpaku melihat wanita itu.
Gua itu lembap dan begitu hening. Hanya suara tetesan air yang memecah keheningan gua. Devon menarik Ava ke daratan yang lebih kering, lalu mengikat pergelangan tangannya dengan tali serat tanaman yang dia temukan.
"Aku harus mengikatmu agar kau tidak bisa kabur lagi," katanya, duduk di sampingnya dengan luka di seluruh tubuhnya.
Wanita itu hanya menatapnya, mata hijau kebiruannya berkilat dalam kegelapan.
“Aku tak menyangka kau adalah dokter yang kejam, Ava.” Devon masih menenangkan napasnya yang masih tersengal.
“Ya, aku memang kejam.” Ava tak mengelaknya. Namun pandangan matanya mengarah ke lubang gua di atasnya. “Bagaimana kita bisa keluar dari sini? Bahkan di atas sana, lubang besar itu tertutup semak belukar yang rimbun.”
“Bagaimana kau bisa mengenal Don Vittorio? Apakah karena uang yang ditawarkannya? Kau tak tahu betapa kejamnya dia?” Devon kembali bertanya, karena dia begitu penasaran.
“Bukan urusanmu.” Ava kemudian melihat Devon. Dia melihat luka di pinggang pria itu. “Lepaskan tanganku, akan kutangani lukamu.”
“Lalu kau lari lagi?”
“Aku tak akan bisa lari. Bagaimana bisa aku naik ke atas tanpa tali. Aku harus merawat lukamu dulu karena kau yang bisa membawaku ke atas lagi,” jawab Ava.
Devon terdiam sejenak lalu melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Ava. Lalu Ava membuka tas kecil yang disampirkannya sejak tadi di bahunya.
“Untunglah tas ini tak jatuh, jadi aku bisa menolongmu,” lirih Ava sambil mengambil sesuatu di dalamnya.
Ava mengeluarkan beberapa peralatan kecil. Gunting bedah, kain kasa, sebotol alkohol, dan sejenis krim obat berwarna kecoklatan.
"Jangan bergerak," bisiknya, suaranya datar.
Devon mengamatinya dengan waspada. "Berapa yang Vittorio berikan padamu?”
Ava tidak menjawab. Tangannya bergerak mahir, merobek bagian baju Devon yang menempel di luka.
Saat kain tersingkap, luka tembus yang menganga terlihat jelas.
"Kau beruntung. Peluru tidak masuk ke dalam tubuhmu," gumamnya sambil membersihkan area luka dengan alkohol dari botol kecil yang selalu dia bawa.
Devon mengatupkan gigi menahan sakit. "Kenapa tak bekerja di rumah sakit saja?”
"Bukan urusanmu,” jawabnya pendek.
“Itu akan menjadi urusanku nanti di ruang interogasi.”
“Ini di gua, bukan di kantor polisi,” sahut Ava.
Ava mengoleskan krim berwarna krem itu ke luka. Aromanya begitu aneh, seperti bau tanah dan rempah.
"Apa ini?" tanya Devon, mencium bau yang tidak biasa.
"Ramuan tradisional. Lebih efektif dari antibiotik modern untuk luka tembak," jawabnya tanpa menatap pria itu.
Devon memperhatikan cara Ava membalut lukanya dengan kain kasa.
"Kau akan ditangkap, Ava. Cepat atau lambat karena kau terkait dengan kegiatan ilegal organisasi mafia.”
Ava berhenti sejenak. Matanya yang hijau kebiruan berkedip dalam cahaya redup di dalam gua. “Bagus. Kita lihat nanti.”
Mereka saling menatap.
*
*
Setelah luka Devon tertutup kasa, Ava duduk bersandar di dinding gua. Dan ekspresinya lebih tenang.
“Kenapa memilih jalan gelap itu, Ava?” tanya Devon, yang tak menyerah untuk mengorek informasi.
“Tak ada pilihan,” sahut Ava dengan lirih, tanpa melihat ke arah Devon.
“Hidup selalu ada pilihan.”
“Mengucapkannya memang terkesan lebih gampang.” Ava kemudian menoleh pada Devon.
Wajahnya begitu dingin dan sama sekali tak ada ekspresi.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔