NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9.Senyum yang Tak Pernah Aku Kenal

Langit malam itu terlalu cerah, seakan menyorot setiap rahasia yang tersembunyi di balik kota yang sepi. Bintang-bintang berkelip di atas, menambah kontras pada bayangan-bayangan yang menari di lorong-lorong gelap. Tapi bagi Kayla, rahasia bukan sesuatu untuk ditakuti atau disembunyikan. Rahasia adalah permainan—sesuatu yang perlu dirayakan diam-diam, seperti kemenangan kecil yang tak boleh diketahui orang lain.

Ia menyelinap keluar dari hotel dengan langkah ringan, nyaris tanpa suara. Sepasang sepatu haknya menggesek lantai marmer, tapi tak ada seorang pun di lobi yang memperhatikan. Dua orang suruhan Leo yang berjaga sibuk dengan obrolan ringan mereka, tertawa tipis, sama sekali tak menyadari bahwa Kayla telah menghilang.

Begitu tubuhnya meluncur ke dalam taksi yang sudah ia pesan, Kayla membiarkan napasnya keluar dengan lega, terdengar seperti tawa kecil.

"Hah!" desahnya, suara pelan namun penuh kemenangan, saat ia menoleh lewat jendela belakang. "Kalau Leo punya cara licik, gue juga bisa."

Rambut panjangnya dikibaskan ke belakang dengan gerakan terlalu percaya diri untuk seseorang yang baru saja kabur. Ia merentangkan tangan lebar-lebar, menyandarkan punggung ke kursi taksi, dan tersenyum seakan menaklukkan dunia. “Saatnya bersenang-senang, girl!” gumamnya dengan semangat gadis yang baru saja memenangkan peperangan kecilnya.

Taksi melaju ke jalanan kota yang sepi, lampu jalan memantul di kaca, menciptakan bayangan panjang yang ikut menari di wajahnya. Kayla terlalu sibuk dengan rasa kemenangan kecilnya untuk menyadari ada sepasang mata yang mengawasi setiap geraknya.

Revan.

Di balkon lantai dua kafe hotel, Revan duduk menunduk, dua perempuan penghibur tertawa di sisinya, tapi hatinya tak di sana. Matanya terpaku pada senyum Kayla—senyum yang asing, berbeda dari yang ia kenal. Senyum itu murni, bahagia, tanpa topeng atau kepura-puraan. Senyum yang menantang dunia dan semua aturan Leo.

Entah kenapa, Revan terdiam. Napasnya tercekat sejenak, tapi ia tak mau menampakkan perasaan itu.

Ia bangkit dari kursi, meninggalkan kedua perempuan itu yang menatapnya bingung. “Kau ke mana, Van?” salah satunya bertanya, nada tercampur heran dan penasaran.

Revan tak menjawab. Ia hanya tertawa kecil, suara rendah yang hampir tak terdengar. “Perempuan itu… boleh juga,” gumamnya, penuh arti.

Dengan langkah ringan namun mantap, ia turun ke lobi. Matanya tetap mengawasi Kayla, mengatur jarak agar tak terlihat, tapi cukup dekat untuk mengetahui ke mana gadis itu pergi. Setiap gerakannya terukur, seperti predator yang menilai mangsa dari kejauhan.

Kayla berhenti di sebuah ruko kecil di sudut kota, tempat pencairan cek yang ia pilih dengan hati-hati. Ia turun dari taksi dengan langkah angkuh, seakan dunia ini miliknya. Lembar cek di tangannya adalah tiket menuju kebebasan kecil yang selama ini ia impikan.

Beberapa menit kemudian, Kayla keluar dari ruko itu, tasnya penuh dengan uang tunai. Matanya berkilat, napasnya cepat. Ia tertawa kecil, seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan paling berharga. Setiap koin, setiap lembar uang terasa seperti kemenangan pribadi.

"Ini... milik gue," bisiknya pelan, suara nyaris seperti mantra kemenangan. "Uang ini... bakal gue bakar habis!"

Dari kejauhan, Revan tetap mengamati, tersembunyi di balik bayangan gedung. Jantungnya berdetak cepat, bukan karena terkejut dengan jumlah uang yang dibawa Kayla, tapi karena ada sesuatu dalam tatapan gadis itu yang berbeda.

Keira yang selama ini ia kenal seperti bayangan—diam, patuh, terbungkam oleh dunia Leo—hari ini adalah nyala. Nyala yang liar, tak terkekang, dan penuh semangat. Revan merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya: keinginan untuk mengetahui lebih dalam, memahami api yang membara itu, tanpa ingin memadamkannya.

Ia tersenyum tipis, hampir tak terdengar, lalu menundukkan kepalanya, menatap jalanan malam. “Perempuan itu… boleh juga,” gumamnya lagi, kali ini lebih panjang, disertai sensasi kagum yang samar tapi nyata.

Dan malam itu, kota tetap diam. Lampu jalan berkelip, angin malam membawa aroma kota yang basah dan hidup. Tapi di satu sudut, ada dua orang yang menatap dunia masing-masing—satu merasakan kemenangan, satu lagi merasakan penasaran yang baru lahir..

__

---

Langit malam seakan menempel di kaca besar mal, memantulkan cahaya lampu neon yang berkelap-kelip, menimbulkan bayangan panjang di lantai marmer. Aroma popcorn dan makanan cepat saji bercampur dengan udara sejuk AC, membentuk aroma hangat yang kontras dengan hiruk-pikuk pengunjung.

Kayla melangkah ke dalam mal seperti seorang ratu yang baru saja merebut tahta. Bahu tegak, dagu sedikit terangkat, dan matanya berbinar. Ia menyisir rak demi rak butik dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Gaun merah yang ia pilih berkibar lembut saat ia berbelok, sepatu hak tinggi menambahkan irama langkahnya yang tegas. Setiap cermin yang dilewatinya memantulkan citra dirinya yang penuh kemenangan, dan ia tak bisa menahan tawa kecil saat kartu debit darurat dari cek tadi berhasil menaklukkan semua kasir.

Revan mengamati dari jarak yang cukup, langkahnya tenang namun terjaga. Ia menyembunyikan tubuh di balik pilar dan rak, tapi tak cukup cepat untuk tak disadari. Sampai akhirnya, Kayla berhenti di depan kaca etalase butik mahal, menatap pantulan dirinya dan berbicara tanpa menoleh.

"Lo ngikutin siapa, sih, Revan?" tanyanya santai, senyum tipis terselip di ujung bibirnya.

Revan muncul dari balik rak, langkahnya terdengar ringan tapi mantap. "Gue kira lo nggak akan sadar."

"Gue punya mata belakang," jawab Kayla, tanpa mengalihkan pandangan dari pantulan wajahnya. "Dan suara langkah lo… khas. Selalu hati-hati tapi berat."

Revan mengangkat alis, setengah tersenyum. “Itu penilaian yang cukup dalam cuma dari suara kaki.”

"Gue punya bakat baca orang," Kayla menoleh, menatap matanya tajam. Tak ada pertahanan di mata itu—hanya keterbukaan yang jarang ia tunjukkan. “Lo beda hari ini.”

Revan mengangguk pelan. “Lo juga.”

“Beda itu bagus, kan?”

“Kadang. Tapi kadang juga… menakutkan.”

Kayla terkekeh pelan. “Lo takut sama gue?”

“Bukan sama lo,” jawab Revan, menatapnya dalam. “Sama apa yang lo simpan.”

Ada keheningan sesaat yang tak membuat canggung. Mata Kayla berkilat, tapi bukan karena amarah. Justru, ada kelegaan yang samar—untuk pertama kalinya, seseorang melihat sisi lain dirinya dan tidak lari.

"Gue lagi ngerayain kebebasan gue. Dan gue butuh teman," ucap Kayla, tersenyum miring. “Mau ikut hambur-hamburin uang sama gue?”

Revan menahan tawa. “Lo serius?”

“Serius banget.”

Tanpa menunggu jawaban, Kayla menggandeng tangan Revan. Hangat, spontan, tanpa ragu. Revan sedikit terkejut, tapi tidak menepis. Bersama, mereka menyusuri lorong mal, mengitari toko-toko yang gemerlap dan penuh warna.

"Apa yang pertama kita beli?" tanya Revan, separuh bercanda.

“Popcorn asin pedas dan tiket film horor. Itu wajib. Ayo!” Kayla melangkah cepat, mata berbinar seperti anak kecil yang menemukan taman bermain baru.

Di depan bioskop, Kayla menatap papan film dengan serius. “Film ini katanya serem banget, sampe orang pingsan.”

Revan menyipitkan mata. "Lo suka horor?”

“Gue suka liat reaksi orang,” jawab Kayla, terkekeh. “Horor bikin orang jujur. Kalau takut, ya takut. Nggak bisa ditutupin.”

Ia menatap Revan, serius. "Jangan sampe lo pingsan di paha gue nanti, ya."

Revan terkekeh, menepuk bahunya ringan. “Nggak bakal.”

Mereka duduk bersebelahan, popcorn besar di pangkuan Kayla. Saat adegan seram muncul, Kayla justru berkomentar sinis, menyipitkan mata dan menggigit bibir.

“Ck, hantu apa itu? Kakek-kakek itu kehabisan napas.”

Ia memasang wajah berpikir. “Apa dia punya asma? Kasihan sih kalau tebakan gue bener.”

Revan menahan tawa, matanya menatapnya hangat, tak bisa menahan senyum tipis.

“Liat tuh—ya ampun, siapa yang dandanin dia, sih? Hantu gagal,” Kayla menambahkan dengan nada mengejek lucu.

Saat mereka lanjut ke butik pakaian, Kayla berputar di antara rak, memegang hoodie navy dan menunjuk ke arah Revan.

“Ini. Ini cocok banget sama muka lo yang selalu mikirin beban hidup.”

Revan mengambilnya, menatapnya serius. “Maksud lo… muka gue sedih?”

“Elegan, bukan sedih. Mungkin kalau gue inget masa lalu gue, gue lebih sedih dari lo.”

“Jadi nggak pantas gue nilai muka lo sedih,” ucap Revan, tersenyum tipis.

Kayla menarik kaos putih dengan gambar matahari kecil di dada kiri. “Ini buat hari lo pengen jadi manusia normal.”

“Gue nggak tertarik jadi manusia normal,” gumam Revan, tapi tetap menerima.

Kayla memegang dua pasang sepatu. “Sneakers atau boots?”

Revan mengangkat bahu. “Terserah lo.”

“Boots. Lo butuh tampil kayak orang yang bisa nendang masalah.”

"Lebih tepatnya nendang suami lo!" Revan menimpali, membuat mereka tertawa lepas bersama.

Di depan cermin, Kayla menatap Revan melalui pantulan. “Gimana kalau kita pakai baju couple ini?” ia menunjuk dua sweater cokelat tua.

Revan mengangkat alis, tersenyum tipis. “Lo pede banget.”

“Bukan pede,” bisik Kayla, mendekat. “Gue cuma… seneng hari ini. Dan pengin inget itu dengan cara konyol.”

Revan mengambil sweater itu dari tangannya. “Oke. Tapi cuma kalau lo mau kita foto bareng pakai ini nanti.”

“Deal!” Kayla berseri-seri, dan mereka benar-benar berfoto di fotobooth mal, bergaya aneh dengan aksesoris nyeleneh. Tawa mereka memenuhi ruangan sempit itu, bercampur dengan bunyi kamera.

Malam semakin larut. Mereka duduk di bangku panjang area food court. Kayla menurunkan kantong belanjaan, napasnya tersengal tapi wajahnya berseri.

“Lo tau, Van…,” Kayla tidak menoleh, suaranya pelan tapi hangat. “Hari ini hari paling bahagia dalam hidup gue.”

Revan meliriknya, nada bercanda di bibirnya. “Karena baju baru?”

“Bukan. Karena ngerasa… nggak sendirian.”

Revan diam, menatapnya lebih lama. Kata-kata itu menempel di hatinya, menusuk samar tapi lembut. Kayla memejamkan mata sejenak, menikmati angin dingin AC dan suasana malam mal yang ramai tapi terasa pribadi.

“Lo tau rasanya… pas lo ketawa, terus lupa kalau hidup sebenernya nyakitin?” tanya Kayla pelan.

Revan mengangguk. “Itu sebabnya gue ikutin lo hari ini.”

Tangan mereka bersentuhan di bangku. Tidak disengaja, tapi juga tidak ditarik pergi. Sentuhan kecil itu menimbulkan kehangatan yang aneh—kehangatan yang membuat hati keduanya sedikit lebih ringan malam itu.

Namun, di sudut lain mal, ada tatapan dingin yang mengamati. Mata yang penuh kemarahan dan harga diri yang terusik. Leo. Tangan kanannya mengepal, matanya tidak lepas dari Kayla. Bukan karena cinta—tapi karena rasa memiliki dan penguasaan yang terluka.

.

.

.

Bersambung.

1
Dedet Pratama
luar biasa
Alyanceyoumee
mantap euy si Revan
Kutipan Halu: hahah abis di kasih tutor soalnya kak 😄😄
total 1 replies
Bulanbintang
Iri? bilang boss/Joyful/
Kutipan Halu: kasih paham kakak😄😄
total 1 replies
CumaHalu
Suami setan begini malah awet sih biasanya 😤
Kutipan Halu: awett benerrr malahan kak😄
total 1 replies
iqueena
Kasar bngt si Leo
iqueena: sharelok sharelok
Kutipan Halu: kasih tendangan maut ajaa kak, pukulin ajaa kayla ikhlas kok🤣
total 2 replies
Pandandut
kay kamu mantan anak marketing ya kok pinter banget negonga
Kutipan Halu: kaylanya sering belanja di pasar senin kak🤣
total 1 replies
Dewi Ink
laahh, pinter nego si Kayla 😅
Kutipan Halu: biasa kakk valon emak2 pinter nego cabe di pasar😄😄
total 1 replies
Alyanceyoumee
nah gini baru perempuan tangguh. 😠
Kutipan Halu: iyaa kak greget jugaa kalau lemah muluuu, org kek leo emng hrs di kasih paham😄😄
total 1 replies
Yoona
😫😫
CumaHalu
Kapok!!
Makanya jadi suami yang normal-normal aja😂
Kutipan Halu: diaa memilih abnormal kak☺☺
total 1 replies
Pandandut
mending ngaku aja sih
Kutipan Halu: emng bisaa ya kak, kan udh terlanjut bohong gituu org2 udah juga pada percaya, klu aku jadi keira sih juga pasti ngambil jln dia juga😭😭
total 1 replies
Pandandut
pinter juga si revan/Slight/
iqueena
pintar juga Revan
Dewi Ink
mending ngaku duluan si dari pada ketahuan
Yoona
leo juga harus ngerasain
Alyanceyoumee
mantap...👍
CumaHalu
Wah, hati-hati Kayla.😬
Kutipan Halu: waspada selalu kak☺
total 1 replies
CumaHalu
Astaga😂😂😂
Bulanbintang
dua kali lebih lama, 😩😒
Bulanbintang
kompak bener😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!