Vito Bramana seorang lelaki tampan berusia 28 tahun,seorang abdi negara. Vito telah lama mengabdi pada negara dan itu adalah cita cita nya. Nindy Nugraha Seorang gadis cantik bertubuh mungil,dengan mata sipit,hidung mancung,dan bibir mungil. Nindy adalah seorang relawan,butuh perjuangan untuk bisa menjadi seorang relawan. Hingga pada akhirnya tugas mempertemukan Vito dan Nindy dan perjalanan mereka dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risti rika safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja sama
Pagi hari nya para anggota TNI melakukan apel seperti biasa diikuti oleh anggota relawan juga. Apel pagi ini Vito akan memberi tahu tentang apa yang mereka bahas kemarin malam.
"Baiklah rekan-rekan semuanya. Semalam saya sudah menghubungi Jendral Pradika untuk meminta saran untuk masalah kita saat ini. Dan beliau sudah memberitahu kepada saya tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat isolasi untuk para warga yang terdampak virus Ebola" ucap Vito lantang dan tegas
"Lokasi nya Dimana? Apakah jauh dari sini?" Tanya Nindy
"Lokasi nya tidak jauh dari sini itu adalah bangunan kosong yang dijadikan gudang. Tadi malam saya sudah memerintahkan para anggota untuk membersihkan tempat tersebut. Dan pagi ini kita bisa langsung membawa warga kesana" jawab Vito
Mereka semua menganggukkan kepala. Setelah apel mereka langsung berpencar ke posko masing-masing terlebih dahulu. Mereka jelas harus membereskan semua pakaian mereka.
"Nin denger-denger ni ya katanya tempat itu dekat sama tempat orang KKB itu loh" ucap Vero disela aktivitas nya
"Kata siapa sih emang?" Jawab Nindy
"Kata para anggota TNI disini tadi gue ada curi-curi denger gitu" ucap Vero
"Berdoa aja semoga orang-orang KKB itu ga sampai ketempat kita" ucap Nindy ia juga jadi sedikit takut mendengar ucapan Vero barusan
"Iya aamin deh gue ga siap anjir kalo emang beneran tuh orang sampai ke tempat kita" sahut Vero begidik ngeri
"Ga siap gimana? Emang lo mau kemana ga siap?" Tanya Nindy bingung
Vero menepuk jidatnya. Ah! Kenapa teman nya ini menjadi lemot begini. Apakah benar jika orang cantik itu minusnya adalah otak nya lemot.
"Gue mau kondangan sama mereka" jawab Vero asal
"Emang disini ada hajatan? Kapan mereka ngundang Lo? Kok gue ga diundang?" Tanya Nindy beruntun
Vero menganga mendengar pertanyaan Nindy. Astaga! Kenapa Allah mengirimkan teman seperti Nindy kepada Vero yang hanya memiliki kesabaran setipis tisu.
"Buru nin kita udah ditunggu" ucap vero mengalihkan obrolan
Berhasil! Setelah itu Nindy sibuk dengan kegiatan nya. Setelah selesai ia dan Vero langsung berkumpul kembali bersama temannya yang lain. Barang-barang milik mereka dibawa oleh para anggota TNI.
Sedangkan sebagian sedang menunggu jemputan yang lain. Nindy menggiring anak-anak untuk menunggu didekat pos yang dekat dengan jalan.
"Kak Nindy sudah punya suami ya" tanya bocah laki-laki yang umurnya sekitar 10 tahun
"Sudah memang kenapa?" Ucap Nindy
"Yah! Padahal aku ingin mengajak kak Nindy berpacaran seperti ayah dan bunda" ucap bocah tersebut yang membuat Nindy tergelak
"Suami kak sipit orang mana"tanya Dito.
"Suami kakak orang luar negri" jawab Nindy sambil terkekeh
"Kenapa dia tidak tinggal bersama kak Nindy"? Tanya bocah tadi lagi
"Karena pekerjaan nya ada disana" jawab Nindy
"Emang nya suami kak Nindy bekerja apa?" Tanya Dito
"Sebenarnya kalo tidak kerja uang dia juga masih ada kok" jawab Nindy
"Apakah suami kak Nindy tampan seperti aku?" Tanya Dito percaya diri
"Iya suami Kaka tampan sekali hidungnya mancung,badan nya bagus ah! Kak Nindy sangat ingin memeluk nya" ucap Nindy tersenyum sendiri
"Ah! Andaikan taehyung beneran jadi suami gue pasti gue bakal jadi wanita paling bahagia didunia ini" ucap Nindy dalam hati ia terkekeh sendiri dengan pikiran nya saat ini.
Tidak Nindy sadari jika pembicaraan nya tadi didengar oleh Vito. Entah kenapa Vito merasakan perasaan yang tidak nyaman saat Nindy bilang ia sudah memiliki suami.
"Astaga belum berjuang saja aku sudah kalah. Ternyata Nindy sudah mempunyai suami" ucap Vito dalam hati
Setelah obrolan singkat tersebut Nindy dan yang lainnya sudah menaiki mobil yang sudah dikirim untuk menjemput mereka. Jarak antara lokasi sekarang ketempat tadi berjarak 45 menit.
Tiba disana Nindy mengedarkan pandangan nya kesegala arah. Bangunan ini luar nya tampak seperti bangunan tua. Disekelilingnya terdapat 4 pohon tinggi besar.
Ah! Nindy membayangkan jika saat malam hari pasti pohon tersebut sangat menyeramkan. Bangunan tersebut sangat luas. Ya sangat cukup untuk menampung mereka semua.
Nindy berjalan memasuki bangunan tersebut. Berbeda dengan diluar yang terlihat sangat seram. Justru didalamnya bangunan ini sangat bersih. Bangunan ini dicat dengan warna putih yang sudah tampak memudar. Bagian depanya terdapat 1 sofa yang masih pantas untuk diduduki.
Bagian dalamnya sangat luas. Disini hanya ada 3 kamar. 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Ternyata diruangan tersebut sudah terdapat karpet yang membentang luas. Tak lupa juga ruangan tersebut sudah diberi sekat antara wanita dan laki-laki.
Untuk bagian anak-anak nya ada di sebelah kanan berpisah dengan para orang dewasa. Setelah sampai mereka langsung beristirahat karena memang kondisi mereka masih lemah.
"Oke jadi kita semua akan tinggal disini untuk sementara waktu. Tetaplah sabar dan Semangat para dokter dan relawan sedang berusaha mencari obat untuk menyembuhkan kalian semua dari virus Ebola ini" ucap Vito lantang
"Mulai hari ini kami akan memberikan kalian makanan dan minuman yang sehat. Kami juga akan memberikan kalian obat-obatan untuk mencegah penyebaran virus tersebut" lanjut Vito
Mereka semua mengangguk pasrah. Mereka saat ini hanya bisa berdoa dan tetap semangat menjalani semuanya. Mereka juga tidak akan membantah lagi dengan apa yang diperintahkan oleh dokter.
"Dokter Rafael kapan ya kira-kira alat dan bantuan tenaga medis datang"? Tanya Vito
"Insyaallah besok komandan, saya sudah menghubungi pihak rumah sakit untuk menyiapkan semuanya" jawab Rafael
"Alhamdulillah semoga saja semuanya berjalan lancar ya dok" ucap Vito
"Aamiin" jawab mereka semua
\~
"Ma aku mau menginvestasikan sebagian gaji aku kepada teman aku bolehkan?" Tanya Heni
"Investasi? Buat apaa?" Tanya Diana
"Ih mama ya buat masa depan aku lah! Ni ya ma kemarin teman aku juga investasi sama temen aku ini Alhamdulillah ya ma sekarang dia bisa beli rumah mewah dia juga bisa pergi keluar negri" cerita heni
"Kamu yakin? Itu amankan? No tipu-tipu kan?" Tanya Diana memastikan
"Aman kok mah ini real no tipu-tipu" ucap Heni tersenyum
"Papa juga mau dong menginvestasikan dana perusahaan kita" ucap Nugraha yang entah kapan tiba disana
"Boleh pa nanti aku bilangin sama dia. Wah kalo udah cair kita pasti bisa pergi liburan keluar negri" ucap Heni sumringah
"Iya pasti nya dong kita bisa jalan-jalan hitung-hitung kita quality time" ucap Nugraha ikut tersenyum
Diana hanya tersenyum mendengar obrolan suami dan anaknya. Ah! Seperti nya mereka memang sudah sangat lama tidak quality time bareng. Terakhir itu saat merayakan kemenangan Nindy waktu ikut olimpiade matematika tingkat internasional.
Ah! Diana jadi teringat dengan Nindy. Sedang apa yang putrinya itu. Apakah ia makan dan tidur dengan baik?
"Mama kenapa melamun? Jangan bilang mama teringat sama Nindy" ucap Heni membuyarkan lamunan Diana
"Udah deh mah! Ngapain lagi mama mikirin dia. Ni ya tadi aku dapat kabar dari teman model aku yang berada di Paris katanya saat ini Nindy itu sedang tinggal bersama om-om kaya" ucap Heni menjelekkan Nindy
Diana dan Nugraha tentu saja terkejut mendengar cerita heni. Bukankah Nindy kemarin pamit nya kepapua.
"Bukankah kemarin Nindy pamit ke Papua ya karena dia ada tugas disana" tanya Diana
"Aduh mah! Dia itu bohongin mama dan papa. Coba deh mama pikir pakai apa dia kesana? Terus mau tinggal dimana dia? ATM nya nya aja dikembalikan ke papa" ucap Heni terus mengompori orang tuanya
"Dia juga bilang ke om-om itu kalo selama ini mama dan papa ga pernah biayaiin hidup dia! Dia juga bilang mama dan papa itu banyak nuntutnya. Bahkan katanya dia nyesal lahir dari keluarga seperti kita" ucap Heni lagi
Diana merasa sakit mendengar ucapan Heni. Tak ia sangka putri kecilnya itu bisa berbicara seperti itu. Padahal selama ini ia sudah berusaha jadi orang tua yang baik buat anak-anak nya. Hilang sudah rasa bersalah yang pernah menghampiri Diana.
"Mama tidak menyangka dia bisa berbicara seperti itu. Bukankah selama ini kita memperlakukan dia dengan baik" ucap Diana datar
Tak jauh beda dengan Diana kini Nugraha sudah mengepalkan tangannya. Ia bekerja keras selama ini hanya untuk anak-anak nya. Tapi bisa-bisanya Nindy berkata jika ia menyesal lahir dari keluarga ini.
"Baguslah jika ia pergi dari sini! Papa berjanji tidak akan pernah menerima dia lagi dirumah ini! Papa juga tidak akan menganggap dia sebagai anak papa lagi" ucap Nugraha emosi
Heni tersenyum senang ketika mendengar ucapan papanya. Ah! Rencana nya berhasil. Tidak susah ternyata mempengaruhi orang tuanya.
"Mama juga tidak akan lagi menganggap dia anak. Bukankah dia sudah memutuskan hubungan dengan kita! Baiklah mama kabulkan. Nindy Nugraha bukanlah anak ku!" Ucap Diana dingin
Sedangkan dipapua tiba-tiba dada Nindy terasa nyeri. Entah karena apa dia tidak tahu. Rasanya sakit sekali bahkan ia sampai mengeluarkan air mata. Tiba-tiba perasaan nya jadi tidak menentu.
"Astaghfirullah kenapa ini ya Allah" ucap Nindy dalam hati