NovelToon NovelToon
Maverick Obsession

Maverick Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Obsesi / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Oveleaa_

Maura seorang asisten pribadi, mendapati dirinya terperangkap dalam hubungan rumit dengan atasannya, Marvel-seorang CEO muda yang ambisius dan obsesif. Ketika Marvel menunjukkan obsesi terhadap dirinya, Maura terperangkap dalam hubungan terlarang yang membuatnya dihadapkan pada dilema besar.

Masalah semakin pelik ketika Marvel, yang berencana bertunangan dengan kekasihnya, tetap enggan melepaskan Maura dari hidupnya. Di tengah tekanan ini, Maura harus berjuang mempertahankan batas antara pekerjaan dan perasaan, sekaligus meyakinkan keluarganya bahwa hubungannya dengan Marvel hanyalah sebatas atasan dan bawahan.

Namun, seberapa lama Maura mampu bertahan di tengah hasrat, penyesalan, dan rahasia yang membayangi hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oveleaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Maura mendongak perlahan, menatap Marvel dengan tatapan tajam. "Kamu pikir semua orang bisa terus kamu kendalikan dengan cara menjijikkan itu?" suaranya bergetar karena marah.

Marvel justru tersenyum puas. Ia mencondongkan tubuh, kedua telapak tangannya menekan meja di sisi Maura hingga wanita itu terkunci di kursinya.

"Semua orang? Menjijikan?" tanyanya lembut, tetapi terdengar tajam. "Mereka tunduk karena mereka tahu posisinya tidak lebih dariku, sedangkan apa yang terjadi pada mereka sudah sesuai dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Sedangkan, saya bebas melakukan segalanya padamu karena kamu milikku. Jadi, jangan memfitnahku seperti itu."

"Fitnah?" Maura terkekeh tidak percaya. Dan apa katanya tadi, miliknya? Maura menggelengkan kepala. "Aku bukan milikmu, iblis!"

"Benarkah? Apa kamu ingin kubuktikan pada semua orang kalau kamu milikku, asetku, propertiku? Hem?"

Maura memalingkan wajah dengan napas tersengal, berusaha keras untuk tidak memperlihatkan rasa panik. Kedua tangannya menggenggam erat sisi kursi, jemarinya nyaris putih karena tekanan. Ia takut pria itu melakukan sesuatu yang tidak terduga, seperti menyebarkan foto-foto dan video yang ia miliki.

"Cepat selesaikan laporan itu," lanjut Marvel, kali ini nadanya dingin. "Setelah itu, ikut saya."

"Ke mana?" Maura memaksa dirinya bertanya, meski suaranya nyaris tak terdengar.

Marvel menegakkan tubuhnya, merapikan lengan kemejanya yang tergulung. Menatapnya dengan senyum simrik. "Tempat yang bisa membuatmu semakin paham ... siapa yang berkuasa."

Kalimat itu menggantung di udara, membuat jantung Maura berdetak lebih cepat. Ia tahu apa pun maksud Marvel, itu tidak akan membawa kebaikan.

Pria itu gila, dia benar-benar gila!

Maura menatap layar laptopnya, pura-pura fokus, tetapi pikirannya melayang. Ia tahu laporan yang ia kerjakan ini hanya alasan. Detik berikutnya, suara kursi berderit membuatnya menoleh.

Marvel sudah mengambil jasnya dan menyampirkannya ke lengan. "Sudah cukup. Tutup laptopmu."

Maura spontan menegang. "Tapi laporan—"

"Tidak ada tapi." Suaranya datar, tegas, tidak memberi ruang penolakan. "Ikut saya."

Jantung Maura berdegup tidak terkendali. Meski ragu, ia tetap menutup laptopnya perlahan.

Marvel berjalan lebih dulu, langkahnya mantap menuju lift. Maura mengikuti dengan tubuh kaku. Sepanjang lorong yang sudah gelap, hanya suara hak sepatunya yang terdengar, memantul menambah kesunyian mencekam. Begitu pintu lift tertutup, Marvel menyandarkan punggung sambil menatapnya. Senyum tipis terbit di bibirnya.

"Di mana si wanita pemberontak yang akhir-akhir ini terlihat sangat gigih?" sindir Marvel, sengaja memprovokasi dan mempermainkan emosi Maura. "Sudah melunak, hem? Saya ingatkan sekali lagi, jangan coba-coba lari atau hukumannya akan menjadi lebih berat. Jangan tegang seperti itu, saya hanya ingin kamu istirahat di tempat yang nyaman."

Istirahat?

Maura menelan ludah, tidak percaya begitu saja. Setiap kata dari mulut pria itu selalu berarti jebakan.

Lift berhenti di basement. Udara dingin menusuk, membuat Maura merapatkan tangannya ke tubuh. Marvel melangkah menuju mobil hitamnya, membukakan pintu samping kemudi untuknya. "Masuk."

Maura berdiri mematung. "Kita mau ke mana?"

Marvel menunduk sedikit, wajahnya mendekat, tatapannya tajam. "Jangan buat saya mengulang, Maura. Masuk."

Dengan napas berat, Maura akhirnya melangkah masuk. Pintu yang ditutup kasar menimbulkan bunyi cukup keras. Marvel masuk ke pintu kemudi, lalu mesin mobil menyala, membawa mereka keluar dari basement menuju jalanan kota.

Di kursinya, Maura hanya bisa menatap jendela, sementara Marvel menyetir dengan tergesa, memacu mobilnya dengan kecepatan penuh.

“Kuta mau ke mana?” Maura memberanikan diri kembali bertanya, suaranya lirih tapi dipaksa tegas.

Marvel tidak menoleh, hanya tersenyum samar. "Bukankah tadi sudah saya katakan. Saya tahu kamu cukup lelah melakukan pemberontakan akhir-akhir ini, jadi saya ingin kamu memiliki cukup istirahat."

Jawaban itu membuat perut Maura terasa mual. Ia menunduk, meremas jemarinya sendiri hingga hampir memutih. Ia tidak percaya apa pun yang keluar dari mulut pria itu.

Tidak lama, mobil berhenti di depan sebuah gedung tinggi dengan arsitektur modern yang mencolok. Lampu-lampu balkon berderet rapi, menandakan kompleks apartemen mewah. Petugas keamanan segera membuka gerbang, memberi hormat ketika mengenali mobil Marvel.

Maura tertegun. Marvel membawanya ke apartemen baru yang Marvel berikan pada. "Dia tidak bohong?" batinnya.

Lift pribadi membawanya bersama Marvel naik ke lantai atas. Denting mesin lift terasa terlalu keras di telinganya. Begitu pintu terbuka, lorong sunyi itu hanya mengantar mereka ke satu pintu dengan kode digital. Marvel menempelkan sidik jarinya, pintu terbuka dengan bunyi klik halus.

“Masuklah,” ucapnya ringan.

Maura terdiam di ambang pintu. Unit tempatnya berada sekarang berbeda dengan unit yang diberikan Marvel, walau masih dalam gedung yang sama.

Ruangan itu tidak terlalu luas dengan interior modern, aroma wangi maskulin memenuhi udara. Sofa kulit hitam, rak buku rapi, dan jendela besar yang menghadap langsung ke gemerlap kota. Maura bisa menyimpulkan, ini tempat Marvel.

"Duduk."

Maura masih berdiri kaku. "Lebih baik kita ke unitku saja. Aku lebih nyaman di sana." Ruangan itu didominasi warna gelap dengan pencahayaan sedikit redup dengan highlight terang di beberapa bagian saja.

Marvel terkekeh, mendekat dengan langkah perlahan. "Kusarankan untuk di sini saja, lebih menyenangkan." Ia mengangkat dagu Maura, menatapnya dengan sorot mengintimidasi. "Tempat itu hadiah khusus untukmu, dan saya sedang menginginkan di tempat ini. Di sini saya bebas melakukan apa saja, begitu juga denganmu."

Maura menahan napas, tubuhnya gemetar hebat. Ia tahu malam itu bisa jadi awal dari bencana yang lebih besar.

Maura berdiri di dekat pintu, tubuhnya kaku, jantungnya berdegup terlalu keras. Ia bisa saja berbalik dan kabur karena Marvel berdiri di hadapannya, menutup jalan dengan sorot mata yang sulit dilawan.

"Kenapa tegang sekali?" Marvel mendekat, jemarinya terulur, menyentuh dagu Maura pelan, mengangkat wajah wanita itu agar menatapnya. “Bukankah kamu sudah tahu… aku selalu menepati janji. Aku bilang butuh kamu malam ini, maka aku akan benar-benar mengambil waktumu.”

Maura menggertakkan gigi, berusaha menepis tangannya. "Kamu gila! Tadi kamu mengatakan akan memberiku waktu untuk beristirahat, bukan hal lain, brengsek!"

Marvel hanya tertawa kecil, sama sekali tidak tersinggung. “Tentu saja. Mana mungkin saya melupakannya. Dengan senang hati saya akan membiarkanmu istirahat setelah bersenang-senang, seperti itu peraturannya."

Tanpa aba-aba, ia menarik Maura lebih dalam ke ruang apartemen, menutup pintu dengan bunyi klik yang mengunci. Sekilas Maura berusaha menahan, tetapi genggamannya lebih kuat, membuatnya terjerat di pelukan Marvel.

Maura berusaha mendorong para itu, meronta, tetapi tubuhnya terus ditekan perlahan hingga punggungnya menempel di sofa empuk.

“Berhenti melawan. Kamu tahu akhirnya akan tetap sama,” bisik Marvel di telinganya, suaranya rendah dan dalam.

Air mata menggenang di pelupuk Maura, bukan karena kelemahan, melainkan karena rasa muak dan terpojok. Ia benci bahwa tubuhnya gemetar, benci bahwa suaranya tercekat ketika ingin memaki.

Marvel menunduk, wajahnya nyaris menyentuh wajah Maura. Senyumnya tipis, penuh kemenangan. "Tenanglah … kalau kamu menurut, malam ini bisa lebih mudah. Kalau tidak, kamu tahu akibatnya."

Suara itu menggetarkan udara, membuat Maura menutup mata rapat, berusaha menghapus segala kesadaran tentang apa yang akan terjadi.

Maura merasakan napas Marvel kian dekat, begitu nyata di wajahnya. Jantungnya berpacu liar, otaknya berteriak menyuruhnya kabur, tapi tubuhnya seakan lumpuh.

Ia menggenggam sofa di kedua sisi, jemarinya mencengkeram erat seakan itu satu-satunya pegangan untuk tetap waras.

Marvel menyapu wajahnya dengan tatapan intens, lalu berbisik pelan di telinganya. "Kamu tahu, wajahmu benar-benar mengingatkanku pada seseorang, membuatku benci pada diriku sendiri, juga dirimu. Sedangkan di sisi lain, kamu membuatku gila. Bagaimana bisa saya membencimu sedangkan setiap melihat wajahmu saya ingin segera menyeretmu ke ranjang?"

Kalimat itu bagai palu yang menghantam kesadarannya.

Sekejap kemudian, lampu kota dari balik jendela besar memantul di matanya yang berkaca-kaca. Punggungnya terdesak, sementara bayangan Marvel menutupinya sepenuhnya, meninggalkan Maura dalam ketakutan, tanpa jalan keluar.

Dan saat bibir pria itu nyaris menyentuh kulitnya, Maura menutup mata rapat, berharap waktu berhenti di detik itu juga.

"Kamu terobsesi padaku karena ibumu? Apa kamu tidak merasa seperti menyetubuhi ibumu sendiri?"

1
Agnes Gulo
cerita nya sangat menarik kak, semangat utk UP 😍
Hennyy Handriani
bagus kok kk....💪💪💪
Hennyy Handriani
kapan upnya jangan lama" ya kk
IG: Oveleaa: siapp
total 1 replies
Hennyy Handriani
alurnya sangat bagus
IG: Oveleaa: terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak♥️
total 1 replies
Hennyy Handriani
Makin menarik nih
Hennyy Handriani
alurnya bagus banget💪
SweetPoison
Gimana bisa ceritanya sebagus ini, bikin aku ketagihan bacanya thor!
Dama9_
Menyentuh
Ermintrude
Buat mood pembaca semakin bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!