NovelToon NovelToon
Keikhlasan Cinta

Keikhlasan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Angst
Popularitas:161.9k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.

Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.

Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.

Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Sembilan

Setelah sarapan, Khanza yang ingin mencuci piring, dilarang Vania. Dia mengajak untuk duduk di klinik saja. Dia juga ingin memeriksa keadaan wanita itu. Sedangkan Dipta pamit pulang.

Khanza langsung berjalan menuju ruang praktek dokter. Di sana telah ada Dewi dan Susi sedang membersihkan kamar periksa. Dia lalu ikut menolong. Walau sebenarnya kepala terasa pusing.

Vania mengantar Dipta hingga ke halaman. Saat akan masuk ke mobil, Dipta mengurungkan niatnya. Dia kembali mendekati sahabat wanitanya itu.

"Apa kamu juga memiliki kecurigaan yang sama denganku?" tanya Dipta.

 "Maksud kamu apa, Dip?" Vania balik bertanya.

"Aku yakin kamu tau maksudku. Kamu curiga Khanza hamil'kan?" lagi-lagi pertanyaan yang diajukan Dipta.

Vania terdiam saat mendengar pertanyaan Dipta. Dia sebenarnya juga memiliki kecurigaan itu, tapi berharap semua tak benar dan Khanza hanya sakit perut biasa. Atau hanya asam lambung.

Vania terdiam sejenak, matanya menatap Dipta dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Aku ... aku tidak tahu pasti," jawab Vania akhirnya, suaranya terdengar sedikit ragu.

Dipta mengangguk pelan, seolah-olah dia mengerti apa yang sedang dipikirkan Vania. "Kamu harus periksa Khanza-nya segera," usul Dipta, suaranya terdengar tenang tapi penuh dengan kepastian.

Vania mengangguk setuju, tapi dia masih terlihat ragu-ragu. "Tapi kalau benar ... apa yang akan kita lakukan?" tanya Vania, suaranya terdengar sedikit cemas.

Dipta tidak langsung menjawab, dia malah memandang Vania dengan tatapan yang dalam. "Kita akan dukung Khanza apa pun yang terjadi. Jangan sampai dia kembali trauma dan terpukul. Pasti ini akan sangat berat baginya," jawab Dipta akhirnya.

Vania mengangguk pelan, dia merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar jawaban Dipta. Tapi, dia masih tidak bisa menghilangkan perasaan cemas yang menghantuinya. Apa yang akan terjadi jika Khanza benar-benar hamil? Dan apa yang akan Khanza katakan jika mengetahui hal tersebut? Pertanyaan demi pertanyaan bermain di kepalanya.

"Kabari aku apa pun yang terjadi. Kita harus bantu Khanza agar bisa bangkit dan menerima kenyataan ini," ucap Dipta dengan penuh semangat.

Vania jadi memandangi sahabat kecilnya itu dengan tatapan sedikit keheranan. Sejak ada Khanza sikap Dipta jauh lebih perhatian, walau sebelumnya dia juga begitu. Namun, sekarang agak berbeda.

"Kenapa memandangi aku seperti itu?" Kembali Dipta bertanya, melihat Vania yang menatapnya tajam. Dia mendekati gadis itu dan mengacak rambutnya seperti kebiasaannya.

"Ada yang aneh ya dengan ucapanku?" Dipta kembali bertanya karena merasa aneh dengan pandangan Vania padanya.

Vania menggelengkan kepala, berusaha menghilangkan tatapan intensnya. "Tidak ada apa-apa, aku hanya ... merasa kamu sangat peduli dengan Khanza belakangan ini," jawab Vania dengan suara yang lembut.

Dipta tersenyum, rambutnya yang acak-acakan membuat Vania merasa geli. "Aku memang peduli dengan Khanza, dia membutuhkan teman untuk berbagi dan bercerita agar semua yang pernah dia alami tak menjadi trauma," kata Dipta dengan nada yang natural.

Vania mengangguk, tapi dia masih bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam nada suara Dipta. "Kamu ... suka sama Khanza?" tanya Vania dengan suara yang pelan, dia merasa sedikit takut dengan jawaban Dipta.

Dipta berhenti mengacak rambut Vania, wajahnya yang tampaknya biasa-biasa saja tiba-tiba menjadi serius. "Apa maksudmu?" tanya Dipta, suaranya terdengar sedikit berbeda.

"Apa kamu menyukai Khanza?" kembali Vania bertanya.

"Untuk saat ini aku peduli dengannya. Seperti aku denganmu."

Jawaban Dipta membuat Vania menarik napas dalam. Berarti kedudukan dirinya sama dengan Khanza di hati pria itu. Tidak ada istimewanya. Tanpa dia sadari, wajahnya jadi murung.

"Oh, gitu ya."

"Jangan cemberut. Kau tetap adikku yang nomor satu. Tak akan ada yang bisa menyaingi kamu dihati ini," balas Dipta lagi.

Vania kembali menarik napas dalam. Dia lalu tersenyum menyadari jika apa yang ada dalam pikirannya itu salah. Kenapa dia jadi memaksa perasaan Dipta. Bukankah cinta itu tak bisa dipaksakan? Biarlah semua berjalan sewajarnya.

"Sana pergi! Nanti telat. Masa bos terlambat, gimana dengan bawahannya!" seru Vania mengalihkan obrolan.

Kembali Dipta mengacak rambut Vania dengan lembut. Dia lalu mengecupnya pelan.

"Baik, Nia Sayang. Selamat Pagi. Semoga hari ini berjalan sangat menyenangkan!"

Setelah mengucapkan itu, Dipta lalu berjalan menuju mobilnya. Dia melambaikan tangan setelah berada di dalamnya. Dengan kecepatan sedang, mobil melaju meninggalkan rumah kediaman Vania.

Vania menarik napasnya melihat kepergian Dipta. setelah mobil itu menghilang barulah dia masuk ke klinik sekaligus rumah miliknya. Dia berusaha menepis perasaan cemburu yang sempat hadir untuk Khanza.

Vania melangkah masuk ke dalam rumah, menutup pintu di belakangnya dengan lembut. Dia berjalan menuju sofa dan membaringkan tubuhnya, mencoba menenangkan pikirannya yang masih berputar-putar. Perasaan cemburu yang sempat muncul membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Dia tahu bahwa Dipta peduli pada Khanza pasti hanya sebagai sahabat, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak yakin.

Vania kembali menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengalihkan pikirannya. Dia tahu bahwa dia harus fokus pada pekerjaannya sebagai dokter dan tidak membiarkan perasaan cemburu menguasai dirinya. Tapi, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang berubah dengan perasaan Dipta pada Khanza.

Khanza yang baru saja selesai membantu Susi dan Dewi berjalan keluar dari ruang pemeriksaan. Dia melihat Vania yang berbaring di sofa, lalu mendekatinya.

"Mbak Vania sakit?" tanya Khanza. Tak biasanya pagi-pagi dokter kandungan itu berbaring.

Vania yang sedang melamun, cukup terkejut mendengar sapaan dari Khanza. Dia lalu bangun dan tersenyum.

"Aku sehat, kok. Aku hampir lupa, kamu masuk ke ruang pemeriksaan ya. Aku ingin memeriksa keadaanmu. Tapi sebelumnya aku minta kamu tampung air senimu di kamar mandi," ucap Vania.

Mendengar perintah dari Vania membuat Khanza jadi curiga. Dia sering melihat dokter kandungan itu memerintahkan hal serupa pada pasiennya. Dia juga bukan anak yang kemarin sore. Pernah mendengar prosedur pemeriksaan seperti ini.

"Mbak, kenapa aku harus melakukan itu? Apakah itu artinya aku ...." Khanza tak sanggup meneruskan ucapannya. Dia takut jika apa yang dia pikirkan adalah kenyataan. Dia belum siap jika kenyataannya sedang hamil.

Khanza menggigit bibirnya, mencoba menahan kata-kata yang hampir keluar dari mulutnya. "Apakah aku ... hamil?" gumamnya dalam hati, takut jika suara itu terdengar oleh dirinya sendiri. Dia merasa seperti sedang berada di tepi jurang, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Khanza menundukkan kepalanya, mencoba menenangkan pikirannya yang jadi berputar-putar. Apa yang akan terjadi jika dia benar-benar hamil? Apakah dia sudah siap untuk menjadi ibu untuk anak yang tak pernah dia harapkan?

1
Iffah Olivia
harusnya kamu trs terang Vania dan km jg gak boleh maksain Khanza dengan Ryan
diani viviani
gpp sih terus terang Vania...Khanza kan jga dah bisa memilih dan memikirkannya ... lebih nyaman ma keluarga Dipta apa keluarga Ryan dan untuk masa depan Mika jga
Yuni Ngsih
Ceritramu bgs banget ku yg bcnya seperti kehidupan nyata banyak contoh seperti kehidupan itu ceritramu fakta Thor at fiktif ...he kepo .....lanjut & tetap semangat ....👍👍👍💪💪💪
Mama Reni: Makasih 😍😍
total 1 replies
Ari Atik
/Heart//Heart//Good//Good/
Ari Atik
lanjut thor....
semangat ya....
Eva Karmita
semangat Ryan insyaallah kesabaranmu akan membuahkan hasil yg manis,, pelan"saja Khanza tidak perlu terburu-buru cukup kamu percaya dan yakin saja ,

sebenarnya dulu Ryan kn memang jatuh cinta pada pandangan pertama sama Khanza tapi Ryan salah langkah karena berteman dengan dua manusia sesat dan tergoda dengan bujukan setan dan terjadilah proses pembuatan bayi yang menggemaskan yaitu mika😍🥰
Yuni Ngsih
Thooooor ceritramu bgs banget ku yg membacanya terbawa emozi fasar si Fanny biadab menghancurkan orang lain yg tdk bersalah ,tunggu karmamu Riyan sm si Fanny jg....yg sabar ya Kazha ....setelah badai pasti akan timbul pelangi kehidupan buat Kanzha......Aamiin....lanjut Thor tetap semangat ...ya👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Ida Nur Hidayati
sabar Ryan...berdoa minta pada sang pencipta agar Khanza menerima kamu dengan iklas
Patrick Khan
udah lah kanza trima ryan aja.. emak nya jg baik.. drpd sm dipta masih emak2en dia
Uba Muhammad Al-varo
berpikirlah dengan jernih Khanza ambil keputusan yang tepat untuk masa depan mu dan anakmu Mika
🌷💚SITI.R💚🌷
aku setia menunggu jawaban khanza buat ryan,,semangat ryan smg ada halal jawaban yg pasti dr lhanza..jd tambah kesabaran biar lulus ujian buah dr menunggu jawaban 😅🤣🤣🥰🥰
ken darsihk
Semua harus di coba Khanza , lawan rasa trauma mu itu , tanpa kemauan dan usaha kamu akan stuck seperti itu selama nya
dyah EkaPratiwi
semoga ada kesempatan buat ryan
diani viviani
iya Khanza lawan rasa traumamu...kalau susah lebh baik konsultasi ke psikolog
Eva Karmita
memang sulit untuk melupakan semua perbuatan Ryan,, tapi bukankah memaafkan itu lebih baik dari pada mendendam Allah selalu mengajarkan umatnya untuk saling memaafkan bukan saling mendendam
Ari Atik
itulah arti sahabat,saling memberi support yg positif...

next...
Ari Atik
semoga saja vania...
Ari Atik
akhirnya bisa reonian...
Ari Atik
woww

siapa tuh?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!