Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.
Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.
Yuk simak kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar Kerja
Saat tiba di apartemen. Axel tidak melihat lagi keberadaan motor sport tadi. Dia pun menghela nafas dalam-dalam. Merasa kali ini dia gagal melihat siapa sosok misterius yang mengendarai motor sport hitam itu.
Dengan perasaan kecewa. Axel masuk ke dalam apartemen. Saat membuka pintu. Seluruh penjuru ruangan gelap gulita, hanya pantulan cahaya dari luar ruangan apartemen miliknya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. 'Apa dia tidak menginap disini lagi,' pikir Axel dalam hati.
Dia pun menyalakan lampu ruang tamu. Tampaklah ruang tamu yang sedikit berantakan. Menandakan ada seseorang yang pernah datang. Bahkan masih ada gelas jus jeruk yang masih tersisa setengah.
Axel pun melangkah menuju kamar tidur, dengan perlahan dia membuka pintu. Cekrek! Pintu terbuka, Axel dapat melihat wajah Aleena yang damai dengan pencahayaan lampu tidur yang tamaran. Axel tersenyum melihat Aleena yang tertidur pulas. Tangannya terulur menyibak rambut Aleena yang menghalangi pandangannya menatap indahnya makhluk yang ada di depannya. Lalu mengusap lembut wajah Aleena.
Sedangkan Aleena yang hanya pura-pura tidur. Setengah mati menahan diri agar tidak membuka mata. Dalam hati dia berdoa agar Axel segera menjauh dari sisinya.
Cup! Axel melabuhkan kecupan di dahinya membuat Aleena menahan nafas. Hampir saja tubuhnya bergetar hebat. Kalah merasakan betapa hangatnya bibir Axel menempel dengan sempurna di jidatnya, ada rasa yang berbeda menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Selamat tidur, Kelinci Kecil." Bisik Axel di depan wajah Aleena. Membuat Aleena meremas sprei kuat-kuat. Axel yang menyadari Aleena berpura-pura tidur. Berinisiatif mengerjainya. Dia pun membuka sepatu lalu naik di kasur di samping Aleena dan berbaring disana tanpa mengganti baju. Dengan gerakan cepat, dia menarik tubuh mungil Aleena lalu memeluknya dengan erat. Aleena yang berpura-pura tidur merasa sesak tidak bisa tidur di dekapan Axel. Dia pun menggeliat, membuat Axel memeluknya lebih erat lagi.
'Adu, pangeran kutub ini. Sungguh menyebalkan. Bagaimana aku bisa tidur kalau dia memelukku dengan begitu erat. Di tambah jantungku tidak bisa di kondisikan. Bisa-bisa aku sakit jantung,' batin Aleena berperang. Memikirkan cara agar terlepas dari cengkraman Axel.
Aleena yang tidak bisa lagi menahan diri, bisa-bisa seluruh tubuhnya terasa kaku kalau begini terus. Dia pun membuka mata lalu mencoba melepaskan tangan Axel yang membekapnya. Namun, Axel enggang melepaskannya.
"Kak Axel kapan datang?" tanyanya dengan wajah sok polos. Dia menatap Axel dengan muka imutnya membuat Axel gemas melihatnya.
'Dasar kelinci kecil,' batin Axel. Pandai sekali ber'akting menurutnya.
"Kak Axel," panggil Aleena yang melihat Axel hanya memandangnya dengan pandangan teduh, tidak lagi memandangnya dengan tajam.
"Hmm, apa kamu merindukanku?" tanya Axel membelai wajah Aleena.
Kini Aleena bisa melihat betapa sempurnanya laki-laki yang ada di hadapannya. Dengan pencahayaan lampu yang samar menciptakan kesan romantis. Dalam keheningan malam, rindu yang telah lama bersemayam di hati, kini beradu dalam kehangatan cinta yang bersambut, membuat hati terasa nyaman dan damai. Seperti dua bunga yang telah lama terpisah, akhirnya mekar bersama dalam keindahan yang sempurna.
Entah siapa yang mulai, bibir mereka menyatu, saling mengecap, menyalurkan hasrat yang terpendam. Meskipun belum ada cinta yang terucap, tapi mereka bertindak lebih dari ucapan.
Setelah merasa puas, mereka melepaskan tautannya. Aleena mengatur nafasnya yang tersengal, sedangkan Axel mengusap bibir Aleena yang basah dari bekas ciuman mereka.
"Sekarang, Kamu hanya milikku Aleena Putri Mahardika," ujar Axel kemudian. Sedangkan Aleena yang masih belum bisa berfikir dengan jernih hanya mengangguk patuh.
Cup!
Axel mengecup kening Aleena kesekian kalinya. "Tidurlah," ujarnya selembut mungkin. Membuat Aleena tidak berdaya, dia benar-benar terjatuh oleh pesona Axel.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Siang hari, Aleena sedang berada di kampus, kini sekarang dia berada di kantin ditemani Chika dan Gery. Mereka makan sambil sesekali mengobrol. Di kampus Aleena terkenal gadis yang cuek dan dingin. Itu sebabnya mahasiswa yang lain, tidak berani mendekatinya.
Di sudut kantin ada seseorang yang memperhatikan Aleena. Revan namanya, dia sudah lama mengagumi Aleena. Namun, belum punya keberanian mendekatinya secara lansung. Dia hanya selalu memperhatikannya dari jauh.
Setelah selesai makan, Aleena dan Chika berjalan beriringan menuju kelas. Karna memang mereka masih mempunyai mata kuliah. Sedangkan Gery sudah pergi ke perpustakaan. "Chik, setelah pulang kampus. Temani aku mencari kerja, ya!"
"Okey, siap komandan," hormat Chika di hadapan Aleena.
Samar-sama mereka mendengar suara kegaduhan di belakang kelas. "Kamu dengar ngak, Chik," Aleena bertanya ada Chika untuk memastikan pendengarannya tidak salah. Sedangkan Chika mengangguk mengiyakan. "Iya, aku mendengarnya,"
Aleena tanpa berfikir panjang bergegas ke lokasi. Saat tiba disana, ternyata salah satu mahasiswi di palak oleh beberapa orang mahasiswa.
"Saya tidak punya, Kak." desis Mahasiswi itu dengan suara tercekik.
"Aku tidak percaya, Kamu setiap pagi di antar oleh mobil mewah. Jadi, kamu jangan membohongi kami," tutur Sony, salah satu dari gang berandalan yang sering memalak mahasiswa-mahasiswi tingkat pertama. Sambil menarik rambut gadis itu.
"Berhenti!" seru Aleena dengan suara yang lantang.
Semuanya pun menoleh ke arah Aleena yang di ikuti Chika di belakangnya. "Cewek gais," seru Ben ketua gang Berandalan itu. "Kamu mau menjadi pahlawan atau menyerahkan diri," Hahahha. Tambahnya lalu tertawa dan di ikuti oleh semua rekannya yang tiga orang.
Aleena tidak gentar dengan ancaman mereka. Dengan suara yang tegas, dia berkata, "Saya tidak akan membiarkan kalian memalak dia. Biarkan dia pergi!" Chika berdiri di belakang Aleena, menunjukkan dukungan dan kesiapan untuk membantu.
Sony dan gangnya tertawa lagi, tapi Aleena tidak mundur. Dia berdiri teguh di depan mahasiswi yang dipalak, menunjukkan keberanian dan kepedulian. "Kalian tidak boleh melakukan ini. Biarkan dia pergi dan jangan ganggu lagi," kata Aleena dengan suara yang kuat.
Ben, ketua gang, terlihat sedikit terkejut dengan keberanian Aleena. Dia berhenti tertawa dan memandang Aleena dengan serius. "Kamu pikir kamu bisa melawan kami?" katanya dengan nada yang sedikit berbeda.
Tiba-tiba, Revan muncul di belakang Ben. Wajahnya yang dingin dan ekspresinya yang tidak berubah membuat Ben dan gangnya langsung mundur. Revan memandang Ben dengan tajam. "Kalian selalu mengganggu orang lain. Ini terakhir kali saya memergoki kalian, jika ada selanjutnya. Maka siap-siap berhadapan dengan pihak kampus. Pergi dari sini!" katanya memberi peringatan dengan suara yang dingin dan berwibawa.
Ben dan gangnya tidak berani melawan Revan karna dia memang terkenal sangat berpengaruh di kampus itu, apalagi keluarganya menjadi donatur terbesar di universitas itu. Ben dan gangnya langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Revan mendekati Aleena dan bertanya, "Kamu tidak apa-apa?" dengan suara yang dingin, tapi ada sedikit perhatian di baliknya. Aleena mengangguk, masih terlihat sedikit terkejut dengan kejadian sebelumnya. "Ya, saya baik-baik saja," katanya dengan suara yang lembut.
Revan memandang Aleena dengan sedikit ekspresi, lalu berbalik dan pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Setelah Revan pergi, Chika langsung kegirangan. "Wah, Revan benar-benar memperhatikanmu!" kata Chika dengan gembira.
'Jadi, namanya Reva,' batin Aleena. Sebenarnya dia juga mengagumi sosok Revan. Namun, namanya pun dia tahu.
Aleena kemudian tersenyum sedikit, tapi Chika tidak berhenti berbicara. "Dan kamu lihat, dia benar-benar tampan! Saya rasa dia dan om tampanmu memiliki ketampanan yang hampir sama, 11 12!" kata Chika dengan antusias.
Chika kemudian memandang Aleena dengan serius. "Kamu harus memantapkan hati, Al. Antara om tampan dan Revan, siapa yang kamu pilih?" kata Chika dengan penasaran. Tapi, Aleena tidak menanggapi pertanyaan Chika, dia hanya tersenyum dan mengalihkan topik pembicaraan.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Aleena dengan peduli pada mahasiswi yang di palak tadi.
Mahasiswi itu mengangguk, masih terlihat ketakutan. "Terima kasih," katanya dengan suara yang lembut.
Sebelum pergi, Aleena memberikan saran kepada gadis yang dipalak. "Jika mereka mengganggu kamu lagi, jangan ragu untuk melawan dan melaporkan kepada pihak universitas," kata Aleena dengan tegas.
Gadis itu mengangguk, masih terlihat sedikit ketakutan. "Terima kasih, saya akan ingat," katanya dengan suara yang lembut. Aleena tersenyum dan memandang Chika. "Mari kita pergi," kata Aleena.
Chika mengangguk dan mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu. Gadis yang dipalak memandang mereka dengan rasa terima kasih. "Saya akan lapor kepada Aleena jika Ben dan gangnya berulah lagi," pikirnya. Dengan demikian, dia merasa lebih aman dan percaya diri untuk menghadapi situasi serupa di masa depan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah pulang kampus, Aleena dan Chika berencana berkunjung ke sebuah Cafe, karena mereka melihat ada lowongan pekerjaan di sana di sosial media. Sebenarnya hanya Aleena yang membutuhkan pekerjaan, tetapi karena lowongan kerja tersebut membutuhkan dua orang, Chika dengan penuh semangat ingin bekerja juga menemani Aleena.
Kini mereka sudah tiba, Aleena membuka pintu cafe dan dia bersama Chika melangkah masuk ke dalam ruangan yang nyaman dan hangat. Dia melihat sekeliling dan menemukan meja resepsionis di dekat pintu masuk. Seorang pelayan yang ramah menyambutnya dan bertanya, "Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu?"
Aleena menjelaskan bahwa dia datang untuk melamar pekerjaan yang dia lihat di sosial media. Pelayan itu mengangguk dan mempersilahkan mereka menemui pemilik cafe lansung. Pelayan itupun menunjukan dimana ruang manager sekaligus pemilik Cafe itu sendiri.
Mereka berdua kini sudah berada di depan pintu ruangan. Aleena perlahan membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan. Pandangan mereka lansung tertuju pada seseorang yang sedang duduk di belakang meja kerja, memandang mereka tanpa ekspresi. Aleena dan Chika terkejut dan kaget, mata mereka melebar tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Gaskeun 🔥🔥