Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Sudah lebih dari dua jam berlalu, namun belum ada tanda-tanda dari ruang operasi. Aqilla segera mendapatkan tindakan operasi, untuk menggeluarkan dua butir peluru yang bersarang di tubuhnya. Mata Akhtar menatap kosong ke arah ruang operasi tersebut, seakan-akan waktu berhenti baginya.
Lampu itu padam, menandakan bahwa operasinya telah selesai dilaksanakan. Tak lama kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Dengan tidak menunggu lama, Akhtar, Meyra dan Jason menghampiri dokter tersebut.
" Bagaimana keadaannya ?" Tanya Akhtar.
" Apakah kalian keluarga dari pasien?" Dokter tersebut menanyakan kepada mereka dn dijawab dengn anggukkan.
" Pasien saat ini sudah melewati masa kritisnya, kedua peluru tersebut mengenai ginjalnya. Dengan hal ini, kemungkinan pasien akan menjalani cuci darah rutin untuk bertahan hidup. Dan saya sarankan, untuk menjaganya lebih baik, karena tubuh pasien akan sulit untuk beradaptasi lagi dengan keadaan ginjal seperti itu. Terlambat sedikit saja kalian membawanya kemari, nyawanya sudah tidak dapat diselamatkan. Banyak-banyaklah berdoa untuk kesehatan pasien. Saya permisi." Dokter itu berlalu dari hadapan mereka.
" Tii tidak Mung..kin. Tidak mungkin ini terjadi." Meyra tidak bisa menahan lagi tanggisannya, setelah mendengar perkataan dokter tersebut.
Keadaan Akhtar pun tidak kalah menggenaskan dari Meyra, ia tertunduk lemas menatap lantai yang berada dibawah kakinya. Seakan-akan dunianya berhenti, Jason yang melihat kondisi tuannya saat ini menjadi bertanya-tanya.
Ada apa dengan tuan? Baru kali ini, aku melihatnya seperti ini. Apakah karena ia merasa bersalah atas kejadian ini? atau tuan mempunyai perasaan dengan wanita ini? Iiss, kenapa otakku menjadi lemot begini. Jason.
" Semua ini gara-gara kamu brengsek, dasar pria aneh. Membuat nyawa orang lain menjadi taruhannya, dasar kalian tidak punya hati. Bagaimana kalau sahabatku itu tidak selamat, hah? Apa kau akan mempertanggung jawabkan semuanya? Dasar kalian pria aneh dan brengsek. " Meyra dengan suara yang begitu kerasnya menggumpat Akhtar dan jason yang sedari tadi hanya diam.
Kini Aqilla sudah dipindahkan di ruang ICU untuk sementara, setelah keadaannya membaik. Baru akan dipindahkan pada kamar perawatan.
" Tuan, apakah tuan ingin pulang? Lebih baik anda beristirahat terlebih dahulu, biar saya saja yang berjaga disini." Jason melihat tuannya yang sudah tampak menggenaskan, dengan noda darah yang telah menggering di pakainnya.
" Bawakan saja pakaian gantiku kemari, biar saya saja yang menjaganya. Kamu urus yang lainnya saja Jas, dan kamu antarkan teman wanita itu untuk pulang." Akhtar masih dalam mode datar.
" Baiklah tuan, mari nona. Saya akan menghantarkan nona untuk pulang." Jason memberikan tawaran kepada Meyra.
" Tapi, bagaimana nanti Aqilla. Siapa yang akan menjaganya disini? Nanti, kalau ada apa-apa gimana? " Meyra dengan rasa khawatinya kepada Aqilla.
" Saya yang akan menjaganya, lebih baik kamu pulang saja. Tidak ada gunanya kamu disini." Dengan wajah dingin, Akhtar menatap Meyra. Dan seketika juga membuat Meyra menjadi takut dengan wajah Akhtar, tanpa penolakkan Meyra mengikuti Jason untuk pulang.
💐💐💐🌸🌸🌸💐💐💐
Sementara dirumah Aqilla...
" Kak Aqilla kemana sih, jam segini kok belum pulang. Apa masih ada antaran paket ya?" Haykal merasa khawatir, karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Rasa khawatirnya itu semakin besar, manakala ponsel Aqilla tidak bisa untuk dihubungi. Dan begitu juga dengan ponsel Meyra, tidak bisa dihubungi.
Hhoaamm...
Rasa kantuk yang amat sangat Haykal rasakan, membuatnya perlahan tertidur. Mengharapkan ketika ia bangun, sang kakak sudah pulang.