Dalam satu hari Tiara kehilangan semuanya...
Orang tuanya yang meninggal secara mendadak, lalu tantenya yang menguasai harta peninggalan orang tuanya, dan terusir dari kamarnya sendiri.
Belum lagi sepupunya yang teramat sangat cantik, yang selalu merebut apapun yang Tiara suka, dan selalu membuat Tiara mendapatkan hukuman dari tantenya.
Dan ketika tiba saatnya ia mengambil alih apa yang seharusnya menjadi miliknya... Tiara harus mencari pria yang sangat berkuasa untuk membantunya, dan pria itu adalah Kenzou.
"Aku akan membantumu, tapi kamu juga harus membantuku..." ujar Kenzou.
"Membantu apa?" tanya Tiara.
"Menjadi kekasih bayanganku, untuk membuat sepupumu itu cemburu...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raga Tanpa Jiwa
Terlihat wajah keduanya nyaris sama, seperti sepasang anak kembar. Dan Kenzou mengenali salah satunya, sebagai foto masa kecil Dasha, atau yang awalnya ia kira gadis kecil itulah Dasha... Tapi ia kini menjadi ragu setelah melihat kemiripan diantara keduanya."
Jangan-jangan aku yang salah mengenali....
"Maaf harus membuat kamu menunggu, ini silahkan di minum dulu...." seru wanita setengah baya, dan Kenzou langsung mengalihkan perhatiannya ke wanita itu.
"Saya Mamanya Dasha...." wanita itu mengenalkan dirinya sendiri sebelum Kenzou sempat bertanya.
"Oh, saya Kenzou, teman kampus Dasha...." sahut Kenzou, "Hmm maaf kalau boleh saya bertanya, diantara dua anak kecil ini, mana yang merupakan foto Dasha kecil, Tante?" lanjutnya.
"Oh, itu yang di sebelah kanan... Sudah terlihat cantik yaa sedari kecil... Yang satu lagi Tiara, sepupunya Dasha yang tinggal di sini juga...." jawab tante Risya.
Tiara? Jadi gadis kecil itu Tiara bukan Dasha? Sial! Aku sudah salah mengenalinya...
"Kenapa?" tanya tante Risya.
"Tidak apa-apa, Tante. Saya hanya ingin melihat Dasha kecil...." jawab Kenzou sambil tersenyum sopan.
Gadis kecil itu Tiara, bukan Dasha.... ulang Kenzou dalam hati.
"Selamat siang...." seru seseorang, membuat perhatian Kenzou beralih dari foto itu ke arah pintu masuk.
Tampak Tiara dengan rambut panjangnya yang menutupi sebagian wajahnya itu masuk. Dan tanpa melihat lagi ke arah Kenzou, wanita itu terus masuk hingga terkesan menghindar dari Kenzou. Untungnya tante Risya menghentikannya.
"Tiara, ada teman Dasha di sini... Tidak sopan kalau kamu tidak menegurnya." tegur tante Risya.
Tiara kembali balik badan menghadap Kenzou, "Selamat siang, Kak...." sapanya.
Kenzou melihat sekilas sudut bibir Tiara yang sobek, sebelum wanita itu kembali balik badan lagi dan bersiap melanjutkan langkahnya, kali ini Kenzou yang menghentikannya.
"Tunggu...."
"Ya, kak?" tanyanya tanpa balik badan lagi.
"Setidaknya lihatlah lawan bicaramu saat sedang bicara...." ujar Kenzou.
"Tiara, jangan bertindak tidak sopan seperti itu!" tegur tante Risya lagi.
Dengan pelan Tiara membalik badannya, lalu matanya bertemu mata dengan Kenzou. Benar apa yang dikatakan Kenzie, ada raut kesedihan di kedua mata indahnya itu. Dan rona keunguan di pipi putihnya hingga ke sudut bibirnya yang sobek.
"Ada apa dengan wajahmu itu?" tanya Kenzou dengan kening mengkerut.
Tiara memegang pipinya, "Oh, tadi saat pelajaran olahraga aku terkena bola basket kak...." jawab Tiara sambil tersenyum.
Senyum terpaksa, Kenzou sangat mengenali senyuman seperti itu. Mata tajamnya melihat wajah Tiara dengan seksama, dan ia tahu tangan seseoranglah penyebab memar itu. Tapi itu baru perkiraannya saja, memangnya siapa yg tega menampar wanita sampai seperti itu?
"Hmmm, Kenzie menitip salam untukmu... Dan Keizaa menunggumu di pesta ulang tahunnya...." ujar Kenzou.
"Sampaikan salam balik saya untuk Kak Zie, dan saya akan datang ke pesta ulang tahun Zaa kalau Tante Risya mengizinkan...." sahut Tiara.
"Tentu saja tante mengizinkan, Sayang... Pergilah... Tidak sopan kalau kamu menolak undangan seseorang...." seru tante Risya, senyum kaku tersungging di wajah cantiknya.
"Baiklah, saya permisi dulu kalau begitu...." pamit Tiara, lalu langsung menaiki anak tangga ke lantai atas.
"Ayo, diminum airnya Nak Kenzou...." kata tante Risya sopan.
"Iya, Tante..." sahut Kenzou lalu melihat jam tangannya, "Tapi saya sudah nyaris terlambat ke kantor... Jadi maaf saya permisi dulu, karena ada rapat yang harus saya hadiri...." elak Kenzou.
"Tapi Dasha masih ganti baju, Nak... Kamu tidak mau menunggunya?" tanya tante Risya.
"Saya ingin sekali menunggunya, Tante... Tapi saya takut Papi saya akan murka kalau sampai saya telat datang...." jawab Kenzou, tidak ada cara lain, itulah cara terbaik untuk menghindar.
"Oh ya sudah pergilah, tidak baik membuat orang tuamu menunggu... Nanti Tante akan sampaikan ke Dasha alasan kamu terburu-buru meninggalkan rumah ini."
"Terima kasih, Tante. Saya permisi dulu, selamat siang...."
Selama perjalanan ke arah kantornya, Kenzou kembali teringat pada kejadian dua belas tahun lalu.
Saat itu ia duduk di kelas tiga sekolah dasar. Gedung Sekolah Dasar bersebelahan dengan gedung Playgroup dan Taman Kana-kanak, dengan kantin yang menjadi satu di bagian belakang gedung.
Jam istirahat Sekolah Dasar bertepatan dengan jam pulang Taman Kanak-kanak. Kenzou ke kantin seorang diri, karena Kenzie dan Alson sedang di hukum menulis dua puluh halaman kata-kata 'Aku tidak akan berisik lagi di dalam kelas' oleh wali kelas mereka.
Dan Kenzou melihatnya...
Gadis kecil berusia lima tahun yang terlihat cantik dan menggemaskan dengan seragam TKnya itu, sedang duduk termenung seorang diri di sudut kantin.
Mata nanarnya terus terarah ke teman-temannya yang sedang bicara, atau tertawa dengan Mama mereka yang datang menjemput, yang membuat Kenzou bertanya-tanya, di mana Mama gadis kecil itu? Kenapa tidak datang menjemputnya?
Lalu matanya bertemu mata dengan Kenzou, dan senyum manis langsung menghiasi wajah mungilnya, membuat gadis kecil itu terlihat lebih cantik lagi.
Gadis kecil itu menghampiri Kenzou, dan langsung duduk tepat di depannya.
"Kakak... Kakak juga tidak di jemput sama Mamanya ya?" tanya gadis kecil itu dengan polos.
"Memangnya kenapa?" tanya Kenzou ketus.
"Aku juga tidak dijemput sama Mamaku... Tapi aku tidak boleh nangis... Karena kalau aku nangis, Mama dan Papa juga nanti jadi ikut sedih...." jawab gadis kecil itu.
"Apa hubungannya denganku? Kalau Mamamu tidak datang menjemputmu itu masalahmu... Sekarang menjauhlah dariku, aku tidak suka ada yang mengganggu istirahatku! Ganggu saja Mamamu sana!" ujar Kenzou dengan suara dinginnya, yang biasanya ampuh membuat takut Kenzie dan juga teman-temannya.
Tidak terkecuali dengan gadis kecil itu. Hilang sudah senyum ceria gadis itu, berganti dengan raut kesedihan yang kembali menghiasi wajah mungilnya,
"Mamaku sudah meninggal, Kak... Aku tidak bisa mengganggunya lagi..." jelas gadis kecil itu sambil berdiri dan melangkah menjauhi Kenzou.
Seketika itu juga Kenzou di tikam rasa bersalah, tapi harga dirinya terlalu tinggi untuk mengejar dan meminta maaf padanya. Lagipula dia cuma anak kecil, nanti sore juga sudah lupa pada perkataan kasar Kenzou.
Setelah hari itu, setiap hari Kenzou selalu kembali ke kantin, dan kembali menemukan gadis kecil itu lagi, duduk di tempat yang sama, dengan raut wajah yang juga sama dengan hari-hari sebelumnya.
Raganya memang berada di sana, tapi jiwanya seperti melayang entah kemana, tatapan matanya selalu terlihat kosong. Kalaupun matanya melihat Kenzou, senyum tidak lagi menghiasi wajah mungilnya.
Gadis itu terus seperti itu, bahkan sampai seseorang datang menjemputnya, senyum itu tidak pernah terlihat lagi di wajahnya.
Dan satu minggu setelahnya Kenzou tidak melihat gadis itu sama sekali, yang ternyata sudah di pindahkan ke sekolah lain oleh keluarganya.
Sejak saat itu Kenzou tidak pernah melihat gadis kecil itu lagi, dan konyolnya ia merasakan ada sesuatu yang hilang dari rutinitas hariannya.
sungguh mantap sekali ✌️ 🌹 🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘 😘