Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan (2)
Lisa pun juga sama, ia juga sangat kecewa karena baik ayah maupun ibunya tidak bisa menilainya dengan adil. Hanya percaya pada kak Stevi nya tanpa mau mendengarkannya sama sekali.
"Tapi Lisa memang tidak pernah melakukan apa yang selama ini Papa tuduhkan," lirihnya.
"Ini yang paling Papa tidak suka dari kamu, Lisa. Sudah jelas ada buktinya tapi tidak pernah mau mengaku."
"Cukup, Pa! Lisa juga mengatakan yang sebenarnya. Tapi sedikitpun Papa tidak mau mendengarnya dan meninjau ulang setiap kabar yang tiba-tiba beredar. Siapa yang menyebarkannya dan atas dasar apa orang tersebut menyebarkannya? Kapan Papa bisa percaya sama Lisa? Kenapa selalu kak Stevi yang selalu Papa bela? Seolah-olah kak Stevi adalah anak yang paling baik dan Lisa yang selalu membangkang, juga jahat padanya selama ini!"
Sudah lelah oleh tuduhan-tuduhan yang jelas tidak pernah ia lakukan. Elisa pun semakin tidak bisa menahan dirinya.
"Jika Papa tidak melihat sendiri, Papa juga tidak akan mempercayainya, Lisa. Lagipula selama ini kau tidak pernah menunjukkan jika dirimu memang pantas dipercaya."
"Karena Papa hanya mendengar dari sisi kak Stevi," ujarnya seraya melirik tajam penuh kekecewaan pada ayahnya.
Hanggara terdiam sejenak. Mungkinkah ia telah salah? Tapi jelas di depan matanya, Stevi adalah anak yang patuh dan penurut. Tidak pernah berkata kasar sedikitpun ataupun membangkang.
Dimatanya Stevi juga terlihat penyayang pada adiknya. Bahkan Stevi juga sering menunjukkan perhatiannya pada Elisa.
Ditengah-tengah perdebatan mereka, Maria datang dan mencoba menenangkan suaminya. Sementara dua orang pembantu yang ada di dapur hanya bisa berdoa, agar semuanya segera berakhir.
"Papa, ada apa lagi memangnya?"
"Tidak ada apa-apa, Ma. Papa hanya berusaha membuat putri kedua kita menyadari kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik."
"Lisa, dengarkan Papamu baik-baik! Kami juga ingin melihatmu menjadi gadis yang baik dan bisa membanggakan kami seperti kak Stevi. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik, nanti Mama akan bilang ke kakakmu agar bisa mengajarimu," kata Maria penuh arti.
Namun bukannya terkesan, Elisa justru muak mendengar nama kakaknya. Entah bagaimana lidah Stevi bisa begitu manis dan memikat semua orang, hingga membuat orang-orang tidak menyadari jika dia sangat berbisa.
"Baiklah, Papa beri kamu kesempatan sekali lagi untuk membuktikan jika kau juga pantas untuk Papa percayai. Buktikan pada Papa jika apa yang kau katakan itu adalah benar. Dan buktikan pada Papa jika kau masih pantas untuk Papa banggakan, Papa dan Mama tentu tidak ingin membeda-bedakan mu dengan kakakmu. Tapi Papa harap kau sendiri sadar, atas dasar apa kami keras padamu."
Hanggara berlalu dari sana begitu saja. Begitu juga dengan Elisa.
Ia naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Elisa menutup pintunya lalu mulai berpikir. Bagaimana caranya dia bisa membuktikan jika dirinya juga punya kelebihan. Ah ... iya, mungkin dengan cara bekerja dan bisa menghasilkan pundi-pundi dari jerih payahnya sendiri, begitu pikir Lisa.
Ya, tidak bisa dipungkiri juga. Ia sendiri juga ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan ayah dan ibunya. Semoga saja kakaknya tidak mengacaukannya lagi.
Dia mulai mengotak-atik ponselnya dan mencari di laman pencarian, tentang beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan.
Meski kemampuannya di bidang ini cukup payah, tapi apa salahnya dicoba?
Elisa terus menggeser-geser layarnya dengan ibu jarinya. Membaca satu persatu informasi yang tertera disana.
Sudah ada beberapa daftar perusahaan yang ia baca. Ada beberapa lowongan pekerjaan, tapi semuanya diluar kemampuannya.
Elisa sampai berguling-guling di karpet kamarnya karena lelah, juga karena saking lamanya ia mencari-cari informasi tentang lowongan pekerjaan yang cocok untuknya.
Aktifitasnya tiba-tiba harus terhenti karena ada telepon dari temannya, Arumi.
"Halo, ada apa kak Rumi?"
"Dagangan kakak laris manis hari ini, Lisa. Banyak karyawan dari gedung-gedung yang ada diseberang jalan itu membeli kue-kue kakak. Apa mungkin karena tadi ada kamu disini ya?"
"Kak Rumi berlebihan, itu sudah rejeki kak Rumi. Tidak ada hubungannya sama Lisa,"
"Oh iya ... yang tadi itu siapa? Dia sangat tampan, tapi setelah bertemu denganmu, dia terlihat seperti orang yang sangat patah hati, penampilannya sangat kacau dan berantakan. Bahkan temannya sampai datang untuk memapahnya dan membantunya berjalan,"
Deg ....
Raut wajah Elisa berubah seketika setelah mendengar penuturan dari Arumi. Entah siap juga yang meletakkan belati di dalam hatinya sehingga bagian itu terasa nyeri seperti teriris. Ia tidak menyangka reaksi Marvin akan seperti itu. Apakah dia sudah jahat?
Ya, bukankah dia sudah dikenal sebagai wanita yang jahat juga adik yang jahat untuk Stevi?
Tapi kenapa rasanya sakit sekali jika pada akhirnya nanti Marvin akan menilainya seperti itu juga?
"Lisa?" panggil Arumi dari ujung telepon setelah beberapa saat tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya.
"Oh ... aku tidak tahu, Kak. Mungkin dia salah orang," jawab Lisa asal.
"Ku kira dia adalah kekasihmu, tadi."
"Bukan, Kak. Mana ada orang yang mau mendekatiku. Kakak juga sudah tau sendiri, bukan?"
"Tapi tidak semua orang itu buta, Lisa."
Arumi mencoba memberikan dukungan agar Lisa kembali percaya diri.
"Untuk hal itu, Lisa tidak yakin rasanya."
Panjang lebar mereka berbicara di telepon. Hingga akhirnya Arumi yang memutuskan sambungannya lebih dulu karena ia harus segera pulang dan kembali berbelanja untuk keperluan besok.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??