NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:942
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tujuh

"Kak Ayanaaa!"

Ayana menoleh kaget ketika mendapati Elira yang entah datang darimana memasuki ruang tengahnya. Dengan senyum polos ala-ala anak kelinci, Elira dengan santainya melempar tubuhnya sendiri ke arah Ayana yang sedang duduk di sofa.

BRAK..

"WTF..!!! ELIRA..!! Aarghhh!" Teriak Ayana susah payah ketika Elira kini malah tertidur diatas tubuh kurusnya dengan santai.

Yang benar saja!

Sepertinya Elira lupa jika tubuhnya itu tak sekurus yang ia bayangkan. Demi apapun, Ayana hampir bertegur sapa dengan malaikat pencabut nyawa.

"Ugh.. Rindu~Kakak tidak rindu Lira ?" ucapnya dengan kedua mata yang dikedip-kedipkan manja. Menatap Ayana yang sudah memasang tampang kesal dibawahnya.

"Tidak! Menyingkir dari tubuhku dasar kelinci obesitas! Kau pikir tubuhmu ringan heh?!!" berontak Ayana kesal.

Elira cemberut, "Aku tidak Obesitas! Tapi montok!"

"Iya montok seperti babi! Menyingkir kau!"

Pada akhirnya Elira menyingkir dari tubuh Ayana dengan wajah cemberut luar biasa. Bibirnya mengerucut seperti anak kecil. Padahal usianya sudah lebih dari kata legal.

"Baiklah, Tiket yang kujanjikan akan kubatalkan.."  Ancam Elira.

Sontak saja Ayana melotot, "Hei! Mana bisa begitu! Aku susah payah menjaga singa jantanmu!"

"Tidak perduli~"

Oh Shit..!

Ayana harus memutar otaknya agar perjalanan impiannya tak kandas ditengah jalan hanya karena ngambeknya seekor kelinci buntal.

Maka Ayana langsung mengaktifkan 'Mode penjilat ulung' dengan cepat dan langsung memeluk tubuh Elira dari samping.

"Adiknya kakak yang imut, montok dan seksi~jangan gitu dong~" Bujuknya.

Elira masih memasang tampang datar tapi kedua telinganya memerah karena ucapan Ayana yang memujinya. Tentu Ayana tahu kelemahan sepupunya itu, dipuji sedikit saja wajahnya akan memerah seperti tomat masak dan itu lucu sekali.

"Apa sih?! Tak mempan.." Kata Elira sok cuek.

Ayana terkekeh dan mencolek dagu Elira jahil, "Tak mempan tapi telinganya merah, tuh~"

Kali ini seluruh wajah Elira memerah.

"Kak Ayaaa~"

Berakhir Ayana terbahak kencang sekali karena berhasil menggoda sang sepupu. Puas ia tertawa, kini Ayana kembali menatap Elira.

"Lira.. Kenapa kau bisa menyukai pria polos itu?"

"Karena tampan.. Hehehe" Jawabnya asal.

"Yang benar saja! Lira, Arkan itu benar-benar sesuatu sekali! Dia bahkan tak memahami apapun tentang hal-hal berbau dewasa! Jangankan itu, dia bahkan tidak tahu cara flirting!" Jerit Ayana frustasi.

Bukannya ikut frustasi tapi Elira malah tertawa terbahak-bahak. Ayana sampai ingin menendang wajah sepupu cantiknya itu. Untung ia takut kakek Hans, kalau tidak ya tak apa sih. Soalnya Elira saja sudah menakutkan kalau marah.

"Nah..itu dia bagian menariknya!" Ucapnya semangat.

"Aku tidak mengerti."

Elira mengambil setoples kue diatas meja dan mulai mengemilnya dengan santai.

"Kakak tak perlu mengerti. Cukup jaga saja Arkan-ku dari para penggoda disekitarnya."

"Ya sudah.. Terserah. Oh iya.. Aku baru sadar, dimana Farhan?" Tanya Ayana.

Biasanya Farhan akan selalu berada disisi Elia dalam keadaan apapun dan kondisi bagaimanapun. Tapi ini batang hidungnya saja tak kelihatan.

Tumben sekali.

Jadi, Farhan itu semacam pelindung Elira yang merangkap sebagai banyak hal. Tapi tugas utamanya adalah memastikan agar cucu kesayangan Tuan Hans itu dalam keadaan selalu baik.

Sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh di Inggris, tentu saja Tuan Hans akan selalu menjadi target buruan para pesaing-pesaing yang tak suka padanya. Elira pun terkadang bisa menjadi target juga. Karena itu, ia dijaga begitu ketat dan diperlakukan layaknya berlian berharga. Apalagi semenjak kematian kedua orang tuanya, Elira jadi tak memiliki kebebasan sama sekali.

Lalu hubungannya dengan Ayana apa?

Ayana itu sepupunya. Hanya saja Ayana agak diperlakukan berbeda. Itu karena adanya darah campuran dalam dirinya. Ibunya Ayana —kakak dari Ayah Elira— lebih memilih menikah dengan kalangan biasa. Menolak perjodohan yang telah ditentukan oleh Tuan Hans. Hingga berakhir mereka diusir dari kediaman keluarga Pradipta. Bahkan Tuan Hans benar-benar tak menganggap ibunya Ayana sebagai puterinya lagi.

Meski diacuhkan dan tak dianggap sebagai bagian dari keluarga Pradipta, tapi Ayana tak mempermasalahkan hal itu. Ia bahkan sama sekali tidak membenci Elira karena perlakuan berbeda, justru sebaliknya ia merasa begitu kasihan pada Elira yang sejak kecil sudah terkekang oleh rantai emas tak kasat mata. Sementara dirinya bisa bebas melakukan apapun yang ia inginkan.

Bagi Ayana, Elira adalah adik kecil kesayangannya yang selalu manja padanya.

"Aku kabur.."

Ayana mengangguk sejenak sebelum ia menoleh syok dengan wajah tak terbaca.

"Kabur?!"

"Umm.. Aku bosan selalu diikuti kemanapun. Jadi aku kabur.."

"Lira! Kau gila?! Kalau sampai kakek tahu, bisa gawat! Apalagi jika tahu kau kaburnya ketempatku, nanti dikira aku yang menculikmu!"

Elira mendengus, "Kak, Jangan berlebihan deh."

Ayana mengurut pelipisnya frustasi, "Tidak bisa. Aku akan menelpon Farhan untuk menjemputmu disini.." Ayana hampir mengambil ponselnya sebelum Elira menahan dirinya.

"Kak, Ayolah.. Sekali saja. Biarkan aku bebas.. Hmm?" Pintanya.

"Tapi—"

"Kak Ayaa~~" rengeknya.

Pada akhirnya Ayana hanya bisa mengangguk pasrah saja.

Kalau sudah begini memangnya apalagi yang bisa ia lakukan selain menuruti sepupunya itu?

Perkara dimarah itu belakangan yang penting Elira bahagia saja tak apa.

***

Arkan terduduk disalah satu cafe dengan wajah muram. Menghela nafas beberapa kali bahkan sampai mengalihkan perhatian beberapa pengunjung.

Kenapa masalahnya jadi bertambah runyam begini ya?

"Oy.."

Arkan mendongak dan mendapati wajah sahabatnya. Pria itu tersenyum dan duduk dihadapannya.

"Kenapa wajahmu?"

"Biasalah."

Namanya Langit Prabu Wijaya, sahabatnya sejak SMA. Padahal mereka itu tidak dekat sebenarnya tapi anehnya mereka malah jadi sahabat baik ketika acara kelulusan sekolah mereka. Dan itu karena mereka sama-sama terlambat datang. Semenjak itu mereka akhirnya menjadi sahabat baik hingga sekarang.

Langit terkekeh, "Ayahmu lagi?"

"Hmm.."

"Ya ampun.. Sudah kubilang.. Jika tak suka katakan kau tak suka. Kenapa selalu menuruti jika tak sesuai keinginanmu? Kita ini sudah dewasa Arkan.. Seharusnya kita sendirilah yang menentukan masa depan kita.."

Arkan menghela nafas lagi, kali ini ia menyenderkan punggungnya dikursi.

"Aku tahu. Aku hanya... tak ingin mengecewakan Ayah."

"Sampai kapan?"

Hening.

Langit berdecak, menggulung lengan kemejanya dan meminum secangkir kopi yang sudah dipesan Arkan lebih dulu.

"Kali ini soal apa?"

"Aku dijodohkan."

"Bagus, dong. Kau jomblo terus, sih. Kan aku juga jadi kasihan padamu."

"Kau ini sekalian menghinaku, ya," Raut wajah Arkan sudah berubah datar sekali. Sementara Langit hanya terkekeh hingga kedua mata sipitnya tak terlihat.

"Okey.. Sorry. Jadi.. Ada apa dengan calonmu ini? Dia jelek? Tak sesuai tipemu? Atau bagaimana?"

"Tidak. Dia.. Sempurna. Mungkin terlalu sempurna."

Sebelah alis Langit terangkat, "Lalu masalahnya?"

"Masalahnya.. Aku tidak memiliki perasaan apapun padanya. Lagipula...dia agak—"

"Agak?"

Arkan berdehem dan memajukkan tubuhnya sedikit hendak berbisik pada Langit yang sudah diposisinya.

"Agresif.." bisiknya.

Dan Langit tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Dia tahu sepolos apa Arkan itu, pria itu nonton film porno saja tak pernah. Pernah sekali Langit memperlihatkan adegan panas pada Arkan dan ia malah berakhir demam 3 hari.

"Apa itu? Bukankah itu bagus. Dia bisa mengajarimu yang masih amatir."

"Ta-tapi tetap saja! Kita baru bertemu dua kali tapi ia sudah berani melakukan hal yang aneh-aneh padaku. Itu menyebalkan sekali."

Langit menyeringai.

"Dan kau menikmatinya, kan?"

"Tidak, kok!" Jawab Arkan terlampau cepat.

"Tch.. Pembohong..." Balas Langit sembari mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Arkan.

"Ini.. Nonton dan pelajari."

"Apa itu?"

"Kau akan tahu nanti saat melihatnya. Tapi berjanji dulu kau akan menontonnya sampai selesai. Jika tidak.. Aku takkan mau bicara padamu selamanya."

Arkan melotot, " Hey mana bisa begitu?! Masa persahabatan kita hanya sebatas film diflashdisk, sih?!" Protes Arkan.

"Berjanji saja cepat!"

"Ugh.. Baiklah. Aku janji..tapi.. Ini film apa?" Jawab Arkan kesal.

"Nah. Begitu. Oh.. Itu hanya film romantis, kok. Untuk membantumu nanti. Baiklah. Aku harus pergi, calon ibu dari anak-anakku sudah menunggu. Bye~" Pamitnya lalu pergi begitu saja tanpa membiarkan Arkan mengatakan apapun.

Kurang ajar sekali memang.

***

Dirumah Arkan.

"Aaahh~teruss~nyaaahh..nghhh.. Iyaaahhh~"

GEDUBRAK— Arkan langsung terjatuh dari kursinya karena kaget. Apalagi dengan suara yang keluar cukup keras dari laptopnya. Dengan cepat dan gemetar, Arkan berusaha mematikan video tersebut yang masih terputar dan menampilkan adegan tidak senonoh disana.

"LANGIT SIALAN! FILM ROMANTIS KEPALAMU! KU SUMPAHI DITOLAK KAK SENJA KAUU!" teriak Arkan dengan wajah memerah dan nafas yang memburu setelah ia dengan susah payah berhasil mematikan film laknat yang terputar dilayar laptopnya.

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!