Rahul adalah Seorang pemuda tingkat kelas bawah, tidak sengaja memperoleh bokor kecil dan mengubah segalanya.
Ia menguasai jalan kultivasi, pengobatan, teknik abadi yang mengguncang langit dan bumi.
Simak jalan ceritanya, lucu, lugu, penuh trik dan intrik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wang Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ember makanan...
Bagian 8.
Untuk pertama kalinya wajah Rahul memerah, lalu iya menatap kearah para gadis gadis dan piring piring kosong yang ada di depannya.
Baru sadar mungkin ia makan terlalu banyak, hingga membuat mereka terkejut.
Memang mengejutkan, ia sendiri tidak menyangka ia bisa makan sebanyak itu. Biasanya ia tidak punya nafsu makan sehebat ini.
Tapi kali ini ia sudah menghabiskan tujuh sampai delapan hidangan yang di sajikan.
Sedangkan Pretty dan kedua temannya yang notaben perempuan hanya mencicipinya sedikit.
Apa lagi ada satu panci besar yang berisi sup kari kambing juga di lahapnya tak tersisa olehnya.
Tak heran lagi ekspresi ketiganya jadi seperti itu.
Setelah berpikir sejenak, Rahul menyadari peningkatan nafsu makannya mungkin di pengaruhi oleh tubuhnya yang baru baru ini telah di bersihkan dan di perkuat oleh sang guru.
"Uh...Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Tanyanya pura pura tak tahu.
Pretty tersadar lebih dulu dan bertanya.
"Rahul, apakah kamu tidak makan berhari hari, yah. Sudah kenyang belum?"
Lumia berbisik pelan..."Ember makanan!"
"Memang luar biasa lahapnya" sambung Lanin tersenyum penuh arti.
"Hey...Maksud kalian apa sih? Aku ini masih dalam tahap pertumbuhan, lihat tubuhku semakin tumbuhkan dan umurku kan baru dua puluh satu tahun! Tahu kalian, wajarkan makan banyak porsi"
"Lagi pula tadi kan aku terlalu banyak mengeluarkan tenaga buat mengobatin Lumia, mana mungkin kalian mengomel seperti itu?"
Rahul pura pura menegur dengan ekspresi kesal dan menyambungnya lagi.
"Tadinya aku ingin memberikan resep buatmu, Lumia! Tapi sekarang tidak jadi, tunggu saja sampai penyakitmu kambuh lagi"
Begitu mendengar kata resep dan kambuh, wajah Lumia langsung berubah panik.
Ia pun tersenyum malu malu dan merubah wajahnya agak memelas kearah Rahul dan berkata.
"Kakak Rahul! Aku salah, ampuni aku. Tolong kasih resepnya ya! Aku tidak akan protes soal ciuman tidak langsung itu, deal kan?"
Suara Lumia terdengar lucu khas anak kecil yang manja, apa lagi di buat cempreng.
Rahul langsung merinding mendengarnya.
Ia buru buru melambaikan tangannya.
"Udah Udah ngomong yang benar, aku kasih resep deh, aku nyerah sama kamu!"
Begitu Rahul selesai bicara, Lanin langsung berdiri mengeluarkan kertas dan pena dari tasnya, ia sangat berharap.
Melihat sikap Lanin, Rahul tahu bahwa gadis itu juga mengalami kesulitan dan keluhan yang sama.
Tadi ketika ia menyentuh pergelangan tangan Lanin untuk memeriksa kondisi, ia sempat melirik kaki jenjangnya dan berkata sambil tersenyum.
"Lanin, kamu juga sakit pinggang ketika datang bulan, ya? Tapi resep ini khusus untuk Lumia! Kalau kamu pakai ngak akan berefek"
"Penyakitmu lebih cocok di tangani oleh akupuntur, kalau sempat nanti aku tusuk tusuk kamu, oke?"
Sambil membayangkan kondisi Lumia, Rahul menulis resep dengan cepat, dalam pengetahuannya tertanam lautan teknik pengobatan yang di ajarkan oleh gurunya. Jadi membuat resep seperti itu bukanlah hal mudah baginya.
Setelah menyerahkan resep kepada Lumia, ia mengingatkan.
Tiga kali rebusan maka penyakitmu bakal sembuh, tapi jangan lupa traktir aku makan nantinya.
"Yei...Terimakasih Kakak Rahul" Lumia menerima resep itu seperti menerima harta Karun dan memanggil Rahul dengan suara manja, membuat pria itu bergidik.
"Sudah kenyang dan sudah puas, kita masih ada ada mata kuliah, mari kita pergi!"
Kata Rahul sambil melangkah ke pintu tak peduli pada ketiga gadis di belakangnya.
Pretty menggertak giginya dan berteriak.
"Rahul, pijat aku dong! Sakit nih"
Teriakannya hingga sampai keluar ke koridor, beberapa tamu dan pelayan yang lewat memandang kearah Rahul dengan campuran iri dan kagum.
Rahul hanya bisa menghela nafas, wajahnya menghitam karena malu. Ia buru buru berjalan cepat.
Berjalan berbareng dengan Pretty si cerewet itu yang bicara sembarangan bisa merepotkannya.
setelah sadar bahwa ucapannya terlalu ambigu, wajah Pretty langsung merah padam.
Ia dan dua temannya cepat cepat turun dan meninggalkan ruangan tersebut, dalam hati ia mengeram marah kepada Rahul.
"Dasar bajingan kamu Rahul, bikin aku malu! Aku kutuk burungmu jadi panjang dan besar"
Sore harinya setelah kuliah selesai, Rahul berjalan pulang ketempat kontrakannya.
Malam ini ia berencana melatih agar ia bisa membuka pondasinya dan menyerap energi spiritual.
Banyak teknik teknik pengobatan yang membutuhkan energi spiritual, tanpa energi spiritual semuanya jadi sia sia saja.
Ia butuh segera mencapai kemajuan dan tampar kemajuan maka ia tidak akan pernah maju dan bisa melangkah.
Rahul ingin mengubah nasibnya, butuh banyak uang dan yang terpenting menebus harga dirinya yang hilang di pernikahan sebulan lebih kedepan.
Itu adalah perintah gurunya dan juga tekad dalam hatinya.
Karena itu kultivasi adalah pondasi dari segalanya.
Masalah uang dengan pengetahuan medis dan spiritual dari gurunya ia bisa mendapatkan uang yang banyak dan mudah, tapi syaratnya ia harus mampu menyerap energi spiritual kedalam tubuhnya dan menyimpannya menjadi kekuatan.
Namun, baru saja ia keluar dari gerbang sekolah, Rahul kembali di cegat.
Orang yang mencegatnya bukan orang lain, orang yang sudah di kenalnya. Yaitu Mithun.
Dengan tangan kiri di gantung ia menatap Rahul dengan dingin, di sebelahnya ada banyak orang orang yang semuanya anggota anggota klub yudo dan semuanya teman teman Mithun.
"Serius ini orangnya, kelihatannya cupu banget. Masak kamu di pukuli oleh pengangguran begini?"
Ejek salah satu teman, tubuhnya sangat atletis perutnya kotak kotak, jelas pemimpin kelompok tersebut.
Rahul mahasiswa jurusan sejarah tidak pernah tertarik dengan klub yudo yang ada di kampus tersebut, ia tidak kenal.mereka. Meskipun ia bisa menebak dari baju mereka.
Mendengar dirinya di sebut pengangguran, Rahul menjadi kesal. Tapi meskipun di kelilingi oleh dua puluh orang pemuda, ia tidak gentar.
Ia tahu benar kondisi tubuhnya, refleknya di atas manusia normal. Kekuatan fisiknya luar biasa, mengangkat batu seberat Tiga ratus kilo gram bukan masalah baginya.
Dengan itu ia percaya diri untuk bertarung.
Mithun berkata sinis.
"Govinda, jangan remehkan dia, Pemuda ini. Dia bukan hanya ganteng, tapi dia sangat kuat. Tapi jika kamu mampu membuatnya cacat, aku berutang Budi padamu!"
Nantikan kisah cerita ini pada episode selanjutnya. Bersambung ke bagian 9.