 
                            Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat. 
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka. 
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 Mulai Bekerja
Setelah laporan kepada Nenden, akhirnya Nenden dan RT beserta RW pun segera menuju kontrakan Doni. Awalnya Nenden tidak percaya dengan ucapan Vania tapi setelah Basir jelaskan jika Vania mempunyai kemampuan lebih, akhirnya dia pun percaya. Nenden membawa kunci cadangan, tidak lupa dia juga menghubungi Doni untuk pulang.
"Tapi kalau tidak terbukti, kalian mau tanggung jawab 'kan?" seru Bu Nenden.
"Iya, Bu. Kita akan tanggung jawab," sahut Kang Basir tegas.
Nenden pun mulai membuka pintu kontrakan Doni. Kamar yang kecil itu terlihat rapi karena Doni memang orang yang rajin. Di dinding berjejer foto dirinya dan juga Fitri.
Vania melirik sekilas ke arah arwah Fitri yang berada di sudut ruangan dengan deraian air matanya. "Coba Ibu periksa kulkas ada sesuatu di sana," ucap Vania.
Nenden pun membuka kulkas dan di dalam freezer ada beberapa kresek hitam yang saat ini sudah membeku. "Bu, lebih baik kita jangan pegang kresek itu, bagaimana kalau kita lapor polisi saja," usul Pak RW.
"Benar juga, jangan gegabah," timpal Pak RT.
Nenden pun segera menghubungi polisi. Tidak lama kemudian Doni pulang dengan wajah kagetnya karena kontrakannya sudah terbuka dan sudah banyak orang juga di sana. Bersamaan dengan itu, Polisi pun datang bersama tim forensik.
Doni tertunduk lemas, dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Polisi mulai menggeledah, di pojok kamar ada sebuah ember kecil tempat perkakas. Polisi membukanya dan ternyata alat-alat perkakas itu penuh dengan sidik jari Doni bahkan di salah satu perkakas masih ada jejak darah yang sudah mengering.
"Doni, Ibu tidak menyangka kamu bisa melakukan semua ini," ucap Bu Nenden tidak percaya.
Doni tidak bicara apa-apa, dia hanya bisa menunduk. Polisi langsung memborgol kedua tangan Doni. Dan daging Fitri yang sudah membeku itu segera dibawa untuk diperiksa oleh tim forensik. Kamar kontrakan Doni diberi garis polisi dan untuk sementara waktu jangan ada yang menempatinya.
Basir mengusap kepala Vania. "Kamu sudah menolong memecahkan kasus pembunuhan, ternyata kamu hebat," puji Kang Basir.
"Siapa dulu dong, adiknya Kang Basir," sahut Vania dengan senyumannya.
Sebelum keluar dari kamar kontrakan itu, Vania sempat menoleh ke belakang. Arwah Fitri tersenyum ke arah Vania. "Terima kasih," ucapnya.
Vania tersenyum lalu mengangguk. Arwah Fitri pun seketika menghilang dan membuat Vania merasa lega. Vania dan Basir masuk ke dalam kontrakan mereka tapi di luar kontrakan masih sangat ramai warga yang ingin melihat secara langsung.
Malam itu Vania bisa tidur dengan tenang, baru kali ini dia merasakan bahagia karena bisa membantu Fitri. "Semoga kamu tenang di alam sana, Fitri," gumam Vania.
***
Keesokan harinya.....
Vania dan Basir sama-sama sudah bersiap untuk pergi bekerja. Hari ini Vania akan melakukan interview di sebuah perusahaan. "Kang, do'akan Vania ya, semoga Vania diterima di perusahaan itu," ucap Vania.
"Aamiin, Akang akan selalu mendo'akan kamu, Dek," sahut Kang Basir.
Setelah sarapan, keduanya berangkat menggunakan ojeg online. Basir menuju ke perusahaannya begitu pun dengan Vania yang pergi ke perusahaan yang kemarin memanggilnya untuk interview. Tidak membutuhkan waktu lama, Vania pun sampai dan sebelum masuk dia sempat merapikan kemeja dan rok yang dia pakai.
"Bismillah, semoga aku diterima bekerja di sini," batin Vania sembari menghela napas.
Vania pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor itu. Bertanya kepada resepsionis dan dipanggil untuk interview. Satu jam Vania ditanya-tanya, hingga akhirnya HRD pun memutuskan menerima Vania bekerja di sana.
"Sekarang kamu sudah mulai bekerja, kamu ditempatkan di bagian perencanaan," ucap HRD.
"Terima kasih, Pak," sahut Vania.
HRD pun membawa Vania ke ruangan perencanaan. Selama berjalan menuju ruangan itu, bulu kuduk Vania terus saja berdiri. Dia tahu jika perusahaan itu baru dan baru 5 tahun berdiri banyak hal ganjil yang dirasakan oleh Vania.
Beberapa saat kemudian, Vania pun sampai di ruangan perencanaan. Semua karyawan menoleh ke arah pintu kala pintu ruangan terbuka. Di ruangan itu kurang lebih ada 20 sampai 30 karyawan.
"Selamat pagi semuanya! pagi ini tim perencanaan kedatangan karyawan baru, namanya Vania semoga dia bisa membantu tim ini dalam menyusun perencanaan di perusahaan ini," seru HRD.
Seorang gadis langsung menghampiri Vania. "Halo Vania, kenalkan nama aku Vanessa, aku ketua tim perencanaan di sini," ucap Vanessa memperkenalkan diri.
"Hallo, Bu. Salam kenal dan mohon bimbingannya," sahut Vania ramah.
"Kalau begitu saya tinggal, kalian bisa mengajarkan Vania dengan baik dan jangan lupa, tidak ada bully dan kekerasan di perusahaan ini," ingat HRD.
"Siap Pak, tenang saja," sahut Vanessa.
HRD pun keluar dan Vanessa menarik tangan Vania untuk duduk di kursi kerja yang kosong. "Meja kerja kamu di sini," ucap Vanessa.
"Terima kasih, Bu," sahut Vania.
"Hallo Vania, kenalkan nama aku Gala," ucap Gala.
"Hallo."
Seorang pria menyenggol Gala dan bergantian menjabat tangan Vania. "Hai, aku Dasep. Karyawan paling tampan dan menggemaskan di bagian perencanaan ini," ucap Dasep dengan percaya dirinya.
Vanessa menoyor kepala Dasep dengan gemasnya. "Tampan apanya? yang ada gemas pengen tabokin iya," kesal Vanessa.
"Astaghfirullah, Allahuakbar, Lailahailallah, gitu banget Nes. Iri bilang bos," sahut Dasep.
"Siapa yang iri? sudah sana kembali bekerja," ketus Vanessa.
Gala dan Dasep pun kembali ke meja kerjanya dengan gerutuan-gerutuan kesal kepada Vanessa. "Van, jangan dianggap serius mereka memang duo pria gila," seru Vanessa.
"Tidak apa-apa, Bu," sahut Vania dengan senyumannya.
Vanessa pun mulai mengajarkan Vania. Vania sangat bahagia bisa bergabung dengan tim perencanaan, orang-orangnya sangat baik dan asyik. "Kamu sudah ngerti 'kan?" tanya Vanessa.
"Sudah, Bu," sahut Vania.
"Ya, sudah aku kembali ke meja kerjaku kalau ada apa-apa kamu tinggal bilang saja sama aku," ucap Vanessa.
Vania mengangguk dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Vania tidak sengaja melihat ke arah pojokan, di sana ada seorang wanita yang dari tadi tampak diam dan tidak berkenalan dengan dia. Tapi yang membuat Vania kaget, di belakang dia terdapat bayangan hitam tinggi besar yang sedang memperhatikan gadis itu.
"Astaghfirullah, apa itu? kenapa gadis itu seperti dijaga oleh makhluk itu?" batin Vania.
Seketika gadis itu menoleh ke arah Vania dan Vania langsung pura-pura fokus bekerja. Dia tidak mau sampai ketahuan jika dia seorang anak indigo, ditakutkan semua orang menjauhinya. Vania pun kembali fokus kepada pekerjaannya, dia tidak mau diganggu oleh hal-hal seperti itu.
"Fokus Vania, anggap saja kamu tidak melihat apa-apa dan pura-pura tidak bisa melihat makhluk itu," batin Vania berbicara kepada dirinya sendiri.
jangan2 pake penglaris tuh baso bisa rame banget