NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Keesokan paginya Khanza membuka matanya dan melihat suaminya yang sedang melakukan sholat subuh.

Ia mendengar suara do'a yang dipanjatkan oleh suaminya untuk dirinya dan rumah tangganya.

“Ya Allah, lindungi istriku, berikan dia kesehatan, dan kuatkan rumah tangga kami. Jangan biarkan aku lalai dalam menjaganya.”

Hati Khanza bergetar hebat dan air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan.

Selama ini ia hanya mengenal Reza sebagai sosok dingin, keras, dan penuh gengsi.

Tapi pagi itu, ia melihat sisi lain dari pria yang kini menjadi suaminya.

Khanza buru-buru menghapus air matanya dengan punggung tangan saat Reza menoleh setelah salam.

Namun, Reza sudah lebih dulu menyadari mata istrinya yang sembab.

"Selamat pagi, Za."

"Selamat pagi, Mas."

"Jangan banyak bergerak dulu, dokter meminta kamu untuk istirahat total." ucap Reza.

Reza mengatakan kalau semalam ia membawa Khanza ke rumah sakit.

"T-terima kasih, Mas."

"Tidak usah berterima kasih, Za. Ini sudah kewajibanku sebagai suami."

Reza bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar.

Tak lama kemudian ia kembali sambil membawa nampan berisi bubur dan susu kedelai.

"Ayo Za, makan dulu."

Reza mengambil bantal agar istrinya bisa duduk dengan leluasa.

Kemudian ia mengambil mangkok yang berisi bubur dan mulai menyuapi Khanza.

"Apakah rasanya enak?" tanya Reza.

"Enak, Mas. Tapi, nggak ada rasanya."

Reza langsung tertawa kecil sambil mencubitnya pipi Khanza.

"Za, apakah kamu masih belum bisa mencintai aku?"

"A-aku...,"

Disaat akan menjawab pertanyaan dari suaminya, tiba-tiba ponsel Reza berdering.

Reza melihat kalau kakek Khanza yang sedang menghubunginya.

"Aku keluar dulu, ya."

"I-iya Mas."

Reza mengangkat ponselnya dan berbicara di ruang tamu.

"Hallo Reza, bagaimana kabar kalian? Apakah Khanza sudah hamil?" tanya Kakek.

"Hallo Kakek, kabar kita baik-baik saja. Dan Khanza belum hamil, kek. Pernikahan kita saja masih hitungan hari." jawab Reza.

Kakek tertawa kecil dan mengatakan kalau ia sudah tidak sabar menggendong cucu.

"Insyaallah, Kakek do'akan saja semoga Khanza lekas hamil."

"Aamiin, semoga kalian berdua lekas memberikan kakek Cucu."

Setelah itu kakek menutup ponselnya dan Reza kembali ke kamar.

Ia melihat Khanza yang menunggunya sambil minum susu kedelai.

"Kenapa buburnya nggak dihabiskan?" tanya Reza.

"Aku sudah kenyang, Mas " jawab Khanza.

Reza mengambil obat, vitamin dan ia berikan kepada Khanza.

Khanza mengambil air putih dan segera meminumnya.

Tok... tok.... tok.....

"Assalamualaikum, Za. Apakah kamu sudah bangun?"

Khanza terkejut ketika mendengar suara Yanuar yang sudah di depan pintu rumahnya.

Reza menggelengkan kepalanya dan meminta Khanza untuk tidak keluar.

"Mas, aku harus keluar. Aku janji untuk yang terakhir kalinya."

"Za, tolong jangan keluar. Aku mohon, Za."

Khanza bangkit dari tempat tidurnya dengan tubuh yang masih lemah.

"Za, please. Jangan buka pintu."

Khanza menatap wajah suaminya dan memintanya untuk masuk ke kamar.

Reza menggelengkan kepalanya dan ia meminta Khanza untuk membukakan pintu.

Yanuar kembali mengetuk pintu rumah sambil memanggil Khanza.

Khanza membuka pintu dan melihat Yanuar yang datang membawa bunga anggrek.

"Za, pucat sekali kamu. Kamu sakit?" tanya Yanuar.

"A-aku cuma kecapekan, Yan." jawab Khanza.

"Za, boleh aku masuk kedalam? Aku ingin ngobrol sama kamu, Za."

Khanza berdiri mematung dihadapan Yanuar yang mengajaknya masuk.

"Za, ada apa? Kenapa kamu diam saja? Ayo, kita masuk ke dalam."

Khanza menggelengkan kepalanya dan meminta Yanuar untuk pulang.

"P-pulanglah, Yan. Aku mau istirahat."

"Za, kamu mengusirku? Padahal aku kesini mau menemani kamu. Ada apa dengan kamu, Za?"

Yanuar memaksa masuk ke dalam dan seketika itu juga Khanza mendorong tubuh Yanuar.

"P-pulanglah, Yan. A-aku ingin istirahat." ucap Khanza sambil menahan air matanya.

"Baiklah, Za. Aku akan pulang dan aku tidak tahu kenapa kamu mengusirku seperti ini. Lekaslah makan dan istirahatlah." ucap Yanuar yang langsung pergi meninggalkan rumah.

Khanza melihat Yanuar yang pergi dan ia tidak tega melihatnya.

Khanza masuk ke kamar dan menatap wajah Reza.

Reza yang mendengar semuanya tadi langsung memeluk tubuh Khanza.

"Menangislah, Za. Menangislah yang keras agar hatimu lega." ucap Reza.

Khanza menangis sejadi-jadinya di pelukan suaminya.

Reza mengajak istrinya untuk kembali ke kamarnya.

"Za, apakah kamu masih mencintai Yanuar? K-kalau kami masih mencintainya. Aku akan memberikanmu waktu tiga bulan untuk kamu belajar mencintaiku. Jika kamu tidak bisa mencintai aku. Aku akan pergi jauh meninggalkan kamu." ucap Reza.

Khanza terperangah, tubuhnya langsung menegang dalam pelukan Reza.

Air matanya semakin deras, bercampur antara rasa sakit, takut, dan bingung.

"Sekarang istirahatlah dulu, aku akan keluar dari sini."

Reza menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.

Di ruang kerja, Reza menyalakan lampu meja lalu membuka laptopnya.

Tangannya menggenggam pena, tapi yang ia pikirkan hanyalah Khanza.

Reza menghela napas panjang, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Khanza yang ada di kamarnya masih terdiam saat mendengar perkataan dari suaminya.

Ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan menyusul suaminya.

Saat akan menyusul ke ruang kerja Reza, ponsel Khanza berdering dan ia melihat mamanya yang sedang menghubunginya.

"Khanza, lekas pulang nak. Kakek kamu meninggal dunia."

Khanza hampir menjatuhkan ponselnya ketika mendengar kabar duka itu.

“K-kakek…”

Tanpa pikir panjang, ia mengetuk pintu ruang kerja Reza.

“Mas, kakek meninggal dunia." ucap Khanza.

Khanza hampir jatuh pingsan dan segera Reza memapah tubuh istrinya.

"Kamu tenang dulu, kita pulang kesana. Biar aku yang menyiapkan semuanya."

Reza mengambil koper dan memasukkan semua pakaiannya dan pakaian Khanza.

Ia mengambil jaket dan memakaikannya ke tubuh Khanza.

"Ayo kita pulang, Za."

Reza kembali memapah tubuh istrinya dan mengajaknya masuk kedalam mobil.

Segera Reza melajukan mobilnya menuju ke desa Teratai.

Reza menggenggam tangan istrinya dan memintanya untuk istirahat.

Khanza menangis lagi sampai Reza akhirnya meminggirkan mobilnya.

Reza menoleh, melihat wajah Khanza yang basah oleh air mata.

Ia mengulurkan tangannya, menghapus butiran air mata di pipi istrinya dengan jemari yang bergetar.

“Za, jangan siksa dirimu sendiri. Kakek pasti nggak mau lihat kamu begini,” ucap Reza lirih.

"A-aku belum minta maaf ke Kakek, Mas. Aku cucu yang belum bisa membahagiakan, Kakek."

Reza memeluk tubuh Khanza sambil menepuk-nepuk punggungnya.

"Za, jangan bilang seperti itu. Kakek pasti tidak suka melihat kamu seperti ini."

Reza mengambil sapu tangan dan menghapus air mata Khanza.

Melihat istrinya yang mulai tenang, Reza kembali melajukan mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Khanza tertidur di paha Reza, meski tidurnya penuh isak kecil.

Sementara Reza, meski wajahnya tegar. Tapi, air matanya berulang kali menetes.

Ia menggenggam tangan Khanza erat-erat, seolah berjanji tidak akan pernah melepaskannya.

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!