Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 - Kembalinya Zidan
Suasana ruang makan keluarga Nugroho mendadak senyap begitu Zidan muncul di ambang pintu, berdiri di samping Jefri dengan wajah tenang. Cahaya lampu kristal di atas meja makan memantul lembut di permukaan tangan kirinya, tangan baru yang tampak begitu nyata hingga siapa pun yang melihatnya pasti akan mengira itu tangan asli.
Leony sempat kehilangan kata-kata. Sendok di tangannya bahkan terjatuh, menimbulkan suara nyaring di atas piring porselen.
“P-papah…” ucapnya gugup. “Ini… ini Zidan?”
Jefri tersenyum lebar. “Benar. Dia Zidan, anak kita. Kalian tentu masih ingat.”
Zayan hanya terdiam, rahangnya mengeras. Wajahnya menegang, seolah tengah menahan sesuatu. Matanya menyapu tangan kiri Zidan dengan tatapan tajam, penuh rasa tidak percaya. Ia mengingat jelas dulu tangan itu hilang, cacat, memalukan. Tapi sekarang, seolah keajaiban datang, Zidan terlihat sempurna.
“Lihat,” lanjut Jefri dengan nada bangga. “Kami baru pulang dari Jepang. Zidan baru saja menjalani operasi pemasangan tangan prostetik canggih. Hampir tidak bisa dibedakan dari tangan asli, bukan?”
Leony memaksakan senyum, suaranya serak. “I-iya, luar biasa sekali… benar-benar tidak kelihatan seperti palsu.”
Zidan tersenyum sopan, menunduk sedikit. “Terima kasih, Tante… maksudku, Mama.”
Leony mengernyit sekilas, tidak suka dipanggil seperti itu, tapi dia cepat menutupi ekspresinya dengan senyum palsu. Sementara itu, Zayan masih membisu, hanya mengangkat gelas minumnya tanpa bicara.
Di ujung meja, Zoya tampak kaku. Ia bahkan sempat menatap bolak-balik antara Zidan dan Zayan dengan kebingungan. “Tunggu… jadi kalian… kembar?” tanyanya akhirnya, tak mampu menahan rasa penasarannya.
Jefri tertawa kecil. “Betul. Mereka kembar identik. Banyak yang tidak tahu karena dulu mereka dipisahkan sejak kecil.”
Zoya menatap Zayan lekat-lekat, kemudian beralih ke Zidan yang tampak lebih kalem dan ramah. Ada sesuatu di mata Zidan yang membuatnya merasa nyaman, sebaliknya dengan Zayan, yang kini duduk kaku, wajahnya menegang penuh rasa tidak suka.
“Senang bertemu denganmu, Zidan,” ujar Zoya akhirnya, mencoba mencairkan suasana.
“Senang juga bertemu denganmu,” jawab Zidan dengan tulus. Senyumnya tenang, tapi matanya menangkap sekilas perubahan ekspresi Zayan yang menegang saat nama Zoya disebut.
Makan siang dimulai. Pelayan menyajikan makanan dengan rapi, aroma daging panggang dan sup krim memenuhi udara. Namun suasana meja makan tetap terasa aneh, seolah ada dinding tak kasat mata yang memisahkan Jefri dan Zidan dengan Leony serta Zayan.
Zidan duduk di sebelah Jefri. Sesekali Jefri menepuk bahu Zidan dengan bangga, menceritakan pengalaman mereka di Jepang, tentang dokter hebat yang memasang tangan prostetiknya, tentang bagaimana Zidan belajar menggerakkan jari-jarinya satu per satu hingga bisa menulis dan makan kembali.
Leony hanya mengangguk kecil, berusaha tampak antusias, padahal di balik senyumnya, pikirannya berputar cepat. Kalau Jefri sampai membawa Zidan pulang dan memperkenalkannya di depan semua orang, berarti posisinya sudah kuat. Sangat kuat.
Zayan tak kalah gusar. Ia menatap piringnya tanpa selera.
“Jadi sekarang Papa mau Zidan tinggal di sini?” tanyanya tiba-tiba, suaranya dingin tapi sopan.
"Lebih tepatnya aku mau kalian mulai terbiasa dengan kehadiran Zidan dalam keluarga ini,” jawab Jefri ringan. “Dia bagian dari keluarga ini. Aku ingin kita semua akur. Tidak ada perbedaan lagi di antara kalian.”
Kata-kata itu seperti tamparan bagi Leony dan Zayan. Namun keduanya hanya tersenyum tipis, menelan kekesalan mereka dalam diam.
Usai makan, Jefri bangkit dari kursinya. “Aku ke toilet sebentar. Kalian ngobrol saja dulu,” katanya sebelum berlalu.
Begitu langkah Jefri menghilang di balik lorong, suasana berubah drastis.
Leony meletakkan sendoknya pelan, lalu menatap Zidan dengan tatapan menusuk.
“Kau pikir kau bisa menggantikan posisiku hanya karena tanganmu sudah utuh lagi?”
Zidan menatapnya, tidak marah, justru tenang. “Aku tidak datang untuk merebut apa pun, Zayan. Aku hanya ingin diterima sebagai bagian keluarga. Itu saja.”
“Bagian keluarga?” Leony mendengus. “Jangan naif, Zidan. Keluarga ini tidak butuh belas kasihan. Dan kau--” ia menatap tangan kiri Zidan tajam “kau bisa punya tangan baru, tapi bukan berarti kau bisa jadi orang baru.”
Ucapan itu menusuk, tapi Zidan tidak terpancing. Ia justru tersenyum tipis. “Mungkin benar, aku bukan orang baru. Tapi setidaknya aku belajar dari masa laluku. Tidak seperti beberapa orang yang tetap berpura-pura bahkan di meja makan.”
Wajah Leony menegang, dan Zayan spontan meninju meja. “Kau bicara apa, hah?!”
Zidan tidak mundur. Ia hanya menatap mereka berdua dengan tenang. “Aku bicara fakta. Aku tahu kalian tidak senang aku di sini. Tapi aku tidak akan pergi. Ayah ingin aku belajar, dan aku akan menghormati kepercayaannya.”
"Apa? Ayah?" Zayan tertawa sinis.
Keheningan tiba-tiba menelan ruangan.
Zoya yang sejak tadi diam, hanya bisa menatap ketiganya bergantian. Ia bisa merasakan udara di antara mereka begitu tegang, seperti bara api yang siap menyala kapan saja.
Namun tiba-tiba, langkah kaki terdengar dari lorong. Jefri kembali, menepuk tangan dua kali sambil tersenyum. “Wah, suasananya sepi. Kalian ngobrol apa?”
Leony sontak tersenyum manis, pura-pura santai. “Kami hanya mendengar Zidan cerita soal tangan barunya.”
“Bagus,” ujar Jefri puas. “Aku senang kalau kalian bisa akrab begini.”
Zidan menatap Leony dan Zayan sejenak. Tatapan itu penuh arti, tapi ia tetap tersenyum kecil, memilih diam. Ia tahu permainan ini baru dimulai.
Di rumah besar keluarga Nugroho yang tampak tenang itu, perang diam-diam sudah dimulai.
Leony dan Zayan mungkin bisa berpura-pura di depan Jefri, tapi Zidan, dengan tangan barunya dan ketenangan yang ia miliki,
sudah bersiap menghadapi semuanya tanpa rasa takut lagi.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.