NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:931
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Gadis di lampu merah

Gadis di lampu merah.

Salah satu alasan Langit lebih suka tinggal sendiri adalah kebebasan. Tidak ada yang akan menanyai kapan ia pulang. Namun semua itu berubah setelah perjodohannya dengan Nafa. Ia dituntut menetap di rumah keluarga Alexander, demi alasan klise, untuk membangun kemistri antara ia dan calon istrinya.

Sekarang panggilan tak terjawab memenuhi notifikasi di ponselnya. 

“Iya, Ma. Ini udah di jalan pulang,” jawab Langit akhirnya, ia menyetir dengan satu tangan menekan ponsel ke telinga. 

Ia mencoba mencari airpods-nya yang tertinggal entah di mana. Mencari di laci dashboard sambil sesekali mengintip jalan. Saat benda mungil itu ia temukan, kepalanya menoleh untuk fokus, namun tiba-tiba ia terkejut, decitan rem mobil terdengar hingga mobil berhenti mendadak. Seorang gadis jatuh terduduk di jalan. Makanan berserakan. Langit bergegas keluar dari mobil, dan menghampiri gadis itu.

“Mbak, maaf … saya nggak lihat,” ucapnya panik. Sambil membantu gadis itu bangkit, saat gadis tersebut menoleh Langit terpaku saat menatap wajahnya.

Mata hazel, wajah pucat, rambut berantakan. Langit seperti pernah melihatnya. Tapi … di mana?

Belum sempat Langit menyusun kepingan-kepingan memori. Gadis yang tak lain adalah Rinjani kehilangan keseimbangan, tubuhnya limbung, dan sigap Langit menangkapnya sebelum kembali membentur aspal.

“Eh, Mbak? Bangun dong, hey!”

Tidak ada respon.

“Astaga! Kenapa jadi gini?”

Langit segera mengangkat tubuh Rinjani. Membawanya masuk ke mobil dan melaju menuju rumah sakit.

***** 

Sesampainya di rumah sakit, Rinjani segera dibawa ke IGD. Langit diminta menunggu di luar, dengan cemas dan bingung. Tidak berselang lama dokter akhirnya keluar.

“Keluarga pasien?” tanyanya.

Langit ragu, namun tetap  menganguk.

“Istrinya jangan kecapekan lagi, ya, Pak. Kehamilannya masih muda harus banyak.”

Alis Langit terangkat. Istri?

“Untuk vitamin bisa diambil di apotek.”

Dokter itu segera berlalu saat pasien korban kecelakaan membutuhkannya. Padahal Langit belum sempat menjelaskan jika ia bukan suami Rinjani.

Sementara itu, di dalam ruangan perawatan, Rinjani membuka matanya perlahan. Ruangan asing, aroma antiseptik dan seorang perawat yang sedang memeriksa selang infusnya.

“Saya di mana?” gumamnya.

“Di rumah sakit, Bu. Ibu tadi pingsan karena kelelahan. Untung suami Ibu sigap bawa ke sini.” 

“Suami?” gumam Rinjani. Jantungnya berdebar. Darren? Ia masih peduli?

“Sekarang suami Ibu sedang bicara sama dokter. Istirahat saja dulu, ya,” lanjut perawat sebelum pergi.

Tidak lama kemudian, tirai pembatas tersingkap, Rinjani refleks menoleh dan terkejut melihat siapa yang datang.

“Kamu siapa?” suaranya nyaris berbisik.

Langit menatapnya dengan tenang.

“Saya yang bawa kamu ke sini. Kamu pingsan tadi. Dokter bilang kamu kelelahan dan kamu … hamil,” ucapnya pelan.

Rinjani terdiam. 

Langit melirik Rolex-nya, sudah hampir pukul dua dini hari. Olivia pasti akan meledak jika ia tidak pulang sekarang. Ia menatap Rinjani lagi, menawarkan dengan sopan. 

“Saya harus pulang. Kalau kamu mau saya bisa hubungi keluarga atau suami kamu.”

Rinjani menggeleng cepat. Ia tidak ingin merepotkan Sulis, “Saya juga mau pulang,” ujarnya, berusaha duduk.

“Tapi kondisi kamu?”

“Saya baik-baik saja,” 

Langit menatap Rinjani ragu, namun tidak memaksa. Ia memberitahu perawat jika Rinjani ingin pulang. Setelah diizinkan Langit segera mengurus proses administrasi.

******* 

“Non! Kok baru pulang? Bibi khawatir Non kenapa-napa. Non baik-baik aja ‘kan?” tanya Sulis beruntun saat membuka pintu kontrakan, ia tampak cemas dan belum tidur.

Rinjani mengangguk lemah, “Aku nggak apa-apa, Bi.”

“Non kerja di mana sih sampai pulang larut gini?”

“Warung makan yang buka 24 jam, Bi. Aku cuma part time kok.”

Sulis prihatin, “Non, jangan maksain. Non ‘kan lagi hamil ….”

“Nggak apa-apa kok, Bi. Ayo kita istirahat, besok aku harus kerja.”

Rinjani segera ke kamar. Tubuhnya lelah namun tidak sebanding dengan betapa lelah pikirannya sekarang.

************ 

Pukul 10 pagi, cahaya masuk melalui celah ventilasi kontrakan. Rinjani terbangun dengan tubuh yang masih lelah. Ia teringat sudah telat pergi bekerja. 

Setelah sarapan, ia keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Lorong kontrakan ramai dengan aktivitas pagi hari.

“Kue. Kue … mau beli kue, Mbak?” tawar seorang wanita dengan bakul di tangan.

Rinjani sempat menggeleng, pedagang itu pun berlalu. Saat baru beberapa langkah Rinjani memanggilnya.

“Bu, tunggu!” panggilnya.

Pedagang itu berbalik, “Ya, Mbak jadi beli kue?”

“Ibu jualan ke mana?” 

“Keliling sekitar sini aja, Mbak.”

Rinjani menatap bakul itu lama,

“Saya bisa ikut jualan nggak, Bu? Saya butuh uang,” tanya Rinjani.

“Bisa. Di ujung kontrakan ada rumah produksi, mereka nerima siapa aja yang mau jualan. Mbak langsung ke sana aja.”

Tanpa berpikir panjang, setelah mengucapkan terima kasih, Rinjani segera menuju rumah produksi kue tersebut. Tidak butuh waktu lama, di tangannya sudah terdapat bakul berisi puluhan kue, dengan sistem komisi.

“Dari satu kue, keuntungannya dua ratus perak, ya,” ujar pemilik rumah produksi.

Rinjani tersenyum pahit, ia mengangguk pelan. Dua ratus rupiah untuk satu kue. Jika ia mampu menjual seratus kue, ia baru mendapatkan dua puluh ribu. Namun ia tidak akan mengeluh, demi dirinya, demi anaknya, meski matahari terasa sejengkal dari ubun-ubun, ia tetap terus melangkah, menyusuri lampu merah dan trotoar, menjajakan kue kepada siapa pun yang berlalu lalang.

**** 

Langit terjebak di lampu merah saat traffic light berubah warna. Matanya menatap kosong para penjual asongan yang sibuk menawarkan dagangan mereka pada tiap kendaraan yang berhenti.

Beberapa saat sebelum mobil melaju, Langit menoleh ke jendela. Seorang gadis berdiri di luar mobilnya, membawa bakul kue. Rambutnya tergerai, wajahnya agak pucat, namun tetap tersenyum ramah.

“Kue … Kue, Mas?”

Langit terdiam. Gadis itu mungkin tidak mengenalinya sebab kaca begitu gelap. Namun Langit jelas tahu, ia mengenali wajah itu.

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!