Istana Nagari, begitulah orang-orang menyebutnya. Sebuah bangunan megah berdiri kokoh di atas perbukitan di desa Munding. Tempat tinggal seorang juragan muda yang kaya raya dan tampan rupawan. Terkenal kejam dan tidak berperasaan.
Nataprawira, juragan Nata begitu masyarakat setempat memanggilnya. Tokoh terhormat yang mereka jadikan sebagai pemimpin desa. Memiliki tiga orang istri cantik jelita yang selalu siap melayaninya.
Kabar yang beredar juragan hanya mencintai istri pertamanya yang lain hanyalah pajangan. Hanya istri pertama juragan yang memiliki anak.
Lalu, di panen ke seratus ladang padinya, juragan Nata menikahi seorang gadis belia. Wulan, seorang gadis yang dijadikan tebusan hutang oleh sang ayah. Memasuki istana sang juragan sebagai istri keempat, mengundang kebencian di dalam diri ketiga istri juragan.
Wulan tidak perlu bersaing untuk mendapatkan cinta sang juragan. Dia hanya ingin hidup damai di dalam istana itu.
Bagaimana Wulan akan menjalani kehidupan di istana itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Candramaya, cucu Aki!" Suara serak dan parau berbisik di telinga Wulan yang tengah terlelap.
Perempuan itu membuka mata, menatap sekitar keheranan. Kamar yang ia gunakan untuk beristirahat berubah menjadi padang rumput yang hijau. Ia mendapati dirinya tengah duduk di bawah pohon beringin yang rindang.
"Candramaya!" suara berat itu kembali terdengar, mengusik ketenangan Wulan.
Lalu, perlahan muncul sesosok berjubah putih berjalan mendekatinya. Ia menyimpan kedua tangannya di belakang tubuh, melangkah dengan penuh wibawa.
Sosok laki-laki tua berjanggut putih, tersenyum kepadanya. Wulan memiringkan kepala, memastikan dia tidak salah mengenali.
"Aki!" panggilnya dengan senyum lebar.
Ia berdiri dan berlari mendekati sesepuh itu, memeluknya penuh kerinduan. Wulan mendongak, menatap penuh tanya.
"Kenapa Aki datang? Apa ada marabahaya yang akan datang?" tanya Wulan.
Tangan keriput milik sesepuh itu mengusap rambut Wulan lembut. Dia datang dengan maksud dan tujuan.
"Cucu Aki ingin menyelamatkan juragan Nata?" tanya laki-laki tua itu sembari menatap kedua manik Wulan.
Wulan menganggukkan kepala pelan, ada sedikit keraguan di hatinya apakah ia akan mampu menyelamatkan suaminya.
"Sulit, Cu! Bukan cuma satu sihir di dalam tubuhnya, tapi ada banyak. Beruntung tubuhnya itu kuat. Jika tidak, mungkin dia sudah mati sejak beberapa tahun lalu," ujar laki-laki tua itu membuat Wulan tertegun.
Ia menurunkan pandangan, menatap wajah ayu sang cucu yang sudah tumbuh dewasa.
"Mungkin takdir memilih dia untuk berumur panjang dan bertemu dengan Wulan. Apa Aki tahu bagaimana cara menyembuhkannya? Wulan rasa dia orang yang baik," sahut Wulan tetap teguh pada pendirian untuk menyembuhkan juragan.
"Mungkin orang lain akan mengalami kesulitan, tapi bagi Aki itu sangat mudah. Tunggu tubuh Wulan siap dulu, itu akan mempermudah dalam penyembuhannya," jawab laki-laki tua misterius itu membuat Wulan tersenyum lebar.
"Sebenarnya Aki sudah tahu sejak lama, tapi Aki tidak ingin ikut campur karena itu bukan urusan Aki. Sekarang lain ceritanya, dia suami kamu, otomatis jadi cucu Aki juga. Mau tidak mau Aki harus menyelamatkannya. Bukan apa-apa, Aki hanya tidak ingin melihat cucu satu-satunya Aki ini bersedih karenanya," lanjut Aki diakhiri helaan napas yang panjang.
Wulan terdiam di dalam pelukan laki-laki tua itu. Kekuatan spiritual mengalir ke dalam tubuhnya, memberinya energi lebih. Ia tersenyum merasakan kehangatan yang memenuhi aliran darahnya.
"Malam bulan purnama nanti, lakukan sesuai yang Wulan bisa. Aki akan membantu dari luar. Pasti akan ada banyak gangguan yang datang," ucap laki-laki tua itu memberi harapan kepada Wulan.
Wulan menganggukkan kepala seraya menjauh dari pelukan. Ia berdiri di bawah pohon beringin yang rindang, melepas kepergian laki-laki tua yang mengaku sebagai akinya itu. Wulan menangkupkan kedua tangan di dada sebagai penghormatan untuknya. Perlahan-lahan tubuh berbalut jubah putih tersebut memudar dan kemudian hilang dari pandangan.
Wulan membuka mata, langit-langit kamar yang dia lihat. Tadi hanyalah mimpi semata. Wulan menghela napas panjang, bangun dari tidur. Tak ada suara apapun yang terdengar, kecuali binatang malam yang saling bersahut-sahutan.
Ia turun dari ranjang, berjalan mendekati jendela. Tangannya menyibak gorden, hutan bambu adalah pemandangan yang dia lihat. Wulan menengadah, menatap rembulan yang beberapa hari lagi akan sempurna.
"Saya yakin aki di sana tidak akan membiarkan saya kesulitan. Terima kasih, aki. Aki selalu datang setiap kali Wulan kesulitan. Meski kita hanya bertemu melalui mimpi saja karena tak satupun warga yang tahu siapa aki sebenarnya," gumam Wulan sembari tersenyum saat melihat siluet tubuh berjubah putih di antara batang-batang pohon bambu.
Dia Ki Jagat, Kakek Wulan dari mendiang ibunya. Sekaligus penjaga desa Munding yang misterius. Tak satupun warga yang pernah bertemu secara langsung dengannya. Tubuh istimewa Wulan diwariskan darinya.
giliran bs hidup enak ingin ikutan, ngapain dl kalian siksa