Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Amara pamit pulang dari rumah utama. Waktu sudah sangat larut, Amara tidak ingin jika Dion akan curiga padanya. Awalnya orang tuanya tak mengizinkan, namun mereka tahu bahwa saat ini Amara masih menjadi istri orang lain. Rasa rindu yang sudah terobati membuat suasana hati ketiganya membaik. Perpisahan itu diakhiri dengan pelukan hangat.
" Sering sering datang ke rumah ini sayang." ucap ibunya.
Amara mengangguk, lalu ia di antar oleh supir pribadi keluarga. Amara melambai ke arah orang tuanya yang kian menghilang saat mobil melaju.
Rasa lega dan bahagia tak bisa dilukiskan. Ia kembali bertemu dengan kedua orang tuanya.
Tak berselang lama, Amara tiba di rumah yang sekarang sudah tak menarik lagi baginya. Rumah itu di penuhi orang orang licik dan pembohong.
Sesuai dugaan, ibu mertua dan adik iparnya sudah menunggu di teras rumah. Dengan posisi melipat kedua tangan di dada, Amara yakin jika kedua wanita itu akan menghinanya lagi.
Amara keluar dari mobil dan membuka pagar rumah. Ia berjalan santai masuk ke area pekarangan rumah.
" Darimana kamu jam segini baru pulang?. Kamu lihat jam berapa sekarang!." ucap Anggy dengan ekpresi marah.
" Bu, dia di antar mobil mewah pulang. Bisa jadi dia pergi melayani orang kaya." ucap Alis menambahkan.
Anggy semakin geram. " Amara, jika kamu berani berselingkuh dari Dion kamu akan mati kelaparan di jalan. Jadi sebelum Dion mengetahui tingkah burukmu sebaiknya kamu pergi sekarang. Aku akan memberikan uang seratus juta untukmu." ucap Anggy dengan ekpresi sombong.
Amara menatap kedua wanita dihadapannya dengan datar. " Kalian berdua tidak punya pekerjaan lain ya, bisanya nuduh orang tanpa bukti. Lagipula walaupun aku bercerai dengan Dion, aku tidak akan mati kelaparan. Tapi sebaliknya, jika aku bercerai dari Dion kalianlah yang akan tinggal di jalanan." ucap Amara dengan ekspresi mengejek.
" Kurang ajar, orang kampung ngomong gak tau aturan. Mana mungkin kami yang tinggal di jalanan, sebentar lagi Dion akan menjadi direktur agensi tempatnya bekerja jadi kami akan semakin makmur, dan kamu.... Akan segera dibuang oleh Dion putraku. " gelak tawa terdengar menghiasi malam yang hampir larut itu.
" Apa? Dion akan menjadi direktur." ucap Amara tak percaya.
" Ya, dia sedang mengajukan kontrak kerjasama dengan perusahaan Sinclair. Setelah berhasil dengan kontraknya, Dion akan menjadi seorang direktur." tatapan sombong terlihat jelas di raut wajah Anggy.
Amara terdiam dan sedetik kemudian ia tersenyum. " Perusahaan Sinclair."
" Ya, perusahaan terbesar di kota London ini. Bahkan kekayaan dari CEO perusahaan itu tak akan habis walaupun seratus turunan." ucap Alis menjelaskan.
Amara tersenyum miring lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Namun tangannya di tarik oleh Alis agar dirinya tidak langsung pergi.
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?. Bukannya kamu saat ini merasa khawatir dengan kenaikan jabatan Dion. Kamu akan diceraikan olehnya saat dia sudah kaya raya. Mau tau sebab apa kamu akan diceraikan?." ucap Anggy dengan nada yang membuat siapa saja akan penasaran.
" karena apa?." Tanya Amara.
" Karna Dion akan menjadi seorang ayah." tatapan licik menelisik ke arah Amara.
" Apa? Dion akan menjadi seorang ayah?. Bagaimana bisa?. Dia kan..." ucapan Amara terpotong. "jangan katakan itu dulu Amara, biarkan mereka bersenang senang sementara."
"Dia apa?." tanya Alis tak sabar.
"Dion, siapa yang sudah ia hamili?." Amara menangis, berpura pura tak percaya dihadapan Anggy.
" Bicara apa kamu ini, anakku bukan menghamili wanita lain tapi dia mencintai wanita itu dan bercinta dengannya." jelas Anggy.
" Ya Tuhan, dosa apa yang sudah saya lakukan di dunia ini sehingga suami saya berbuat hina seperti itu. Dia menghamili wanita lain sementara dia masih beristri. Tuhan berikanlah hukuman yang setimpal kepada suami saya yang hina itu. Hiks..." Amara semakin membesarkan suaranya hingga membuat Anggy gelisah.
"Amara!. Bicara apa kamu. nanti di dengar tetangga apa yang akan mereka pikirkan tentang putraku. Kamu seharusnya sadar kamu itu tidak pantas bersama anakku. kamu mandul. Jadi wajar saja jika Dion mencari wanita lain untuk mengandung anaknya. Dan aku akan menjadi seorang nenek." ucap Anggy lagi.
" Siapa wanita itu ibu, aku sangat marah padanya." ucap Amara yang masih berpura pura tidak bisa menerima kenyataan.
" Dia sudah pasti lebih baik darimu. Dia seorang selebriti terkenal, punya banyak penggemar, berbakat dan pastinya tidak mandul."
" Sebentar lagi posisimu akan digantikan olehnya. Menderitalah di jalanan." Ucap Alis. Keduanya meninggalkan Amara dengan wajah angkuh.
" Kita lihat saja siapa yang akan menderita sebenarnya." gumam Amara dalam hati sambil tersenyum miring.
.
.
Sesampainya di dalam kamar, Amara tak melihat siapapun. Dion belum pulang, waktu sudah sangat larut. Amara masih teringat dengan perkataan ibu mertua dan adik iparnya.
" Dion, aku tidak menyangka. Kamu sudah berhubungan badan dengan wanita lain di belakangku." ucap Amara. Meskipun hatinya sudah mati rasa, namun efek cinta yang sudah cukup lama membuat hati kecilnya merasa sedih.
" Dion, kamu memang pantas mendapatkan hukuman." ia menggenggam ponselnya dengan rasa kecewa dan kemarahan. Amara melirik jam, waktu sudah sangat larut, Amara memutuskan untuk tidak menghubungi Dion. ia tahu jika sekarang Dion sudah berada di apartemen Vanya.
.
.
Pagi hari tiba, Vanya terbangun. Ia mendapati Dion masih tertidur pulas di sampingnya.
Vanya mengambil gambar mereka berdua. Dengan raut wajah bahagia, ia memeluk dada Dion.
" Dion sekarang adalah milikku." gumamnya dalam hati.
Dion terbangun, hari ini ia ada pekerjaan. Namun Dion memutuskan untuk kembali ke rumah dulu. Ia yakin pasti Amara sudah menunggu kedatangannya.
Wajah cemberut Vanya mengiringi kepulangan Dion. Akhirnya Dion benar benar telah pergi.
.
.
Dion tiba di rumah, dengan langkah santai cepat ia memasuki rumah. Ia langsung menuju kamar dan melihat Amara yang masih tertidur. Dion mendekat dan menatap wajah Amara.
Amara menggeliat, ia menyadari kedatangan seseorang. Amara langsung duduk dan berpura pura menanyakan darimana Dion semalam.
"Darimana semalam?." tanya Amara.
" Kerja." jawab Dion singkat. Ia melepas jam tangannya dan membuka kemeja. Ia bersiap siap untuk mandi.
" Lalu, kenapa tidak ada kabar sama sekali darimu?." ucap Amara lagi.
" Amara, aku sedang lelah jangan mencari masalah. Mengerti!." Dion melangkah masuk ke kamar mandi. Amara menatap datar punggung Dion yang sudah menghilang.
" Dion, bersenang senang lah dengan semua ini." Amara turun dari ranjang, setelahnya ia duduk di depan kaca. Sebelumnya Amara sudah bangun dan mandi, tapi saat mendengar suara mobil Dion, ia kembali berpura pura tidur.
" Amara, berikan handuknya." teriak Dion dari dalam kamar mandi. Amara tak menggubris dan meninggalkan kamar setelah selesai mengikat rambutnya.
Biasanya Amara senang sekali mengantar handuk ketika Dion sedang mandi, tapi sekarang ia tak perduli lagi.
Sementara itu Dion menyadari jika Amara sudah tak berada di dalam kamar.