BANGKITNYA MATA API MEMBARA

Namun Yohana menghentikan perkataannya karena itu adalah sesuatu yang tidak boleh di ketahui oleh siapapun. Yohana baru menyadari bahwa pria dia hadapannya ini bukanlah orang biasa. Pantas saja dirinya begitu yakin sebelumnya, pikirnya.

"Hanya trik kecil seperti itu, apa kamu pikir bisa mengalahkan ku," ujar Evan.

"Aku hanya sengaja mengalah dari tadi, tapi ternyata kamu benar-benar begitu menikmatinya, hehe..." sambung Evan.

Yohana tampak mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kesal sekali. Ternyata dirinya telah di permainkan oleh pemuda di hadapannya. Ternyata pemuda di hadapannya ini bukanlah orang sembarangan, bahkan telah mengalahkan dirinya dengan sangat telak.

"Baik, aku kalah," ujar Yohana.

Yohana memberikan 100 chip berwarna emas kepada Evan sebagai bayaran atas taruhan yang di menangkannya.

Yohana tampak kesal sekali, ini adalah kekalahan pertama yang dia alami selama menjadi bandar dadu.

"Bukankah jika aku menang aku bisa melakukan apa saja terhadapmu?" ujar Evan kepada Yohana.

Evan menatap dada dari Yohana, sehingga Yohana langsung beranggapan bahwa Evan menginginkan dirinya.

"Dasar brengsek, dasar pria mesum," ujar Yohana dengan emosi.

Sebelumnya dia memang telah bertaruh dengan Evan, hal itu dia lakukan karena yakin begitu akan menang dan Yohana tidak mungkin memberikan dirinya kepadanya.

"Kenapa kamu malah memakiku, bukankah kita sudah sepakat sebelumnya, apa kamu mau mengingkari janjimu?" ujar Evan.

Yohana tampak menggertakkan giginya dengan kuat. Yohana tiba-tiba saja langsung pergi dengan begitu saja dari sana. Lebih baik orang berkata tidak tahu malu terhadapnya, dari pada menyerahkan dirinya kepada pemuda yang bukan siapa-siapa nya, pikirnya.

"Tidak di sangka ratu dadu ternyata adalah orang yang tidak bisa menempati janjinya," ujar salah seorang di sana.

"Master ratu dadu apanya, pemuda inilah yang di sebut raja dadu sesungguhnya," ujar orang yang lain.

"Jika tidak mau kalah, seharusnya tidak usah bertaruh saja," ujar orang yang lain.

Yohana yang berjalan pergi mendengar semua perkataan orang-orang terhadapnya. Yohana hanya bisa menahan malu dan terus melangkah dengan cepat.

"Tunggu!" panggil Evan, namun Yohana sudah menghilang dari sana.

Sebenarnya dari tadi Evan merasakan ada sesuatu yang aneh pada tubuh Yohana. Ketika Evan menatap dada Yohana, dirinya menggunakan kemampuan tembus pandangnya. Evan melihat bahwa Yohana sedang menderita penyakit kanker payudara dan kemungkinan dirinya tidak akan bertahan lama lagi.

Evan hanya ingin mengatakan itu, namun Yohana sendiri justru berpikiran salah beranggapan bahwa Evan sedang bertindak mesum kepadanya.

"Sudahlah, itu juga bukan urusanku," pikir Evan.

Evan segera pergi ke tempat penukaran dan menukarkan semua chip hasil kemenangannya.

Sementara itu Yohana sendiri kembali ke ruangan khusus tempat Demian ayahnya berada. Wajahnya tampak begitu sangat kesal sekali dengan bibir yang cemberut.

"Dasar brengsek," gerutu Yohana.

"Yohana ada apa, kamu tampak begitu kesal sekali?" tanya Demian.

Yohana menceritakan bahwa dirinya baru saja kalah dan di permalukan habis-habisan oleh seorang pemuda.

Demian tampak terkejut mendengarnya, dia tahu kemampuan putrinya dalam bermain dadu, jelas sekali pemuda yang mengalahkannya itu bukanlah orang sembarangan.

Kali ini casino nya juga telah mengalami kerugian yang cukup besar. Demian memerintahkan bawahannya untuk tidak mengijinkan kembali pemuda tersebut untuk datang ke casino nya.

"Dari pada kamu terus cemberut, lebih baik istirahat saja," ujar Demian kepada Yohana.

Beberapa saat kemudian Evan telah berada di luar casino. Kini di dalam rekening Evan sudah memiliki saldo sebanyak 100 milyar lebih hasil kemenangan dari bermain dadu.

"Dengan uang sebanyak ini, aku bisa membeli apapun yang aku inginkan," ucap Evan bersemangat.

Esok harinya Evan sudah berada di rumah kediaman keluarga Darmawan. Kakek Darmawan sebelumnya menelpon Evan dan memintanya datang untuk membicarakan sesuatu.

Evan dan kakek Darmawan terlihat sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengobrol. Sedangkan Lisa sendiri pagi-pagi sekali sudah pergi dari rumah karena urusan penting.

"Evan, kakek akan pergi pulang kampung untuk beberapa hari mengunjungi makan istri," ujar kakek Darmawan.

"Kamu tinggal lah di sini untuk beberapa hari temani Lisa, dia orangnya sedikit penakut, aku mau kamu untuk menjaganya," sambung kakek Darmawan.

Evan juga tidak bisa menolak dan hanya bisa setuju untuk tinggal di sini menemani Lisa.

Beberapa menit kemudian, kakek Darmawan juga mulai pergi dengan di ikuti oleh seluruh pelayan yang ada di rumah itu.

"Apa semuanya sudah kalian kerjakan seperti yang aku perintahkan?" tanya kakek Darmawan dengan suara pelan kepada para pelayannya.

"Semua sudah beres tuan besar," jawab para pelayannya.

Kakek Darmawan dan para pelayannya juga masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari sana.

"Bukankah hanya pergi ziarah beberapa hari saja, kenapa membawa seluruh pelayan di rumah ini?" pikir Evan.

Saat ini di rumah keluarga Darmawan hanya ada Evan sendiri. Kemudian Evan juga pergi dari rumah itu, karena sebelumnya Jakson telah menelponnya dan mengundangnya untuk makan siang bersama.

Lisa kini sedang bersama Jesika sahabatnya mengendarai mobil dan baru saja tiba di hotel Royal. Tujuan Lisa sendiri adalah untuk menemui Jakson dan membahas masalah kerja sama.

Setelah mendapatkan banyak sumber daya giok dari Evan, seharusnya Jakson juga akan setuju bekerja sama dengan dirinya.

"Aku akan menunggumu di sini ya, aku yakin kamu pasti bisa mendapatkan kerjasama ini," ujar Jesika kepada Lisa.

"Ya," balas Lisa.

Lisa segera masuk ke dalam hotel Royal untuk bertemu dengan Jakson. Beberapa menit kemudian Lisa sedang berada di ruangan Jakson membahas kerjasama.

"Jadi bagaimana tuan Jakson, untuk masalah ketersediaan bahan baku pembuatan perhiasannya, perusahaan saya juga sudah tidak kekurangan?" ujar Lisa kepada Jakson meyakinkan.

"Seharusnya tidak ada masalah lagi yang membuat tuan Jakson ragu untuk bekerja sama dengan saya," sambung Lisa.

"Perusahaan nona Lisa sudah memenuhi kriteria yang di butuhkan oleh perusahaan saya, tapi sebelumnya saya benar-benar minta maaf," balas Jakson.

Jakson kemudian mulai menjelaskan bahwa baru saja dirinya membahas kerjasama ini dengan perusahaan perhiasan Satrio group.

Mereka juga memiliki sumber daya bahan baku yang cukup besar dan mereka sudah hampir mencapai kesepakatan.

"Satrio group," ujar Lisa.

Satrio group adalah perusahaan perhiasan terbesar d kota ini. Jika di bandingkan dengan perusahaan milik Lisa, jelas tidak ada apa-apanya.

"Mereka sedang mengurus semuanya proposalnya dan nanti sore akan datang kembali untuk tanda tangan kontrak," ujar Jakson.

Tampak raut wajah Lisa yang begitu sangat kecewa sekali. Padahal dirinya sudah sangat berharap, tapi justru malah di salip oleh perusahaan lain. Tapi Lisa juga tahu bahwa dalam menjalankan bisnis pasti terjadi persaingan.

Satrio group perusahaan yang sangat besar, Lisa juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tampaknya dirinya telah gagal untuk mendapatkan kerjasama ini.

"Nona Lisa, saya benar-benar minta maaf!" ujar Jakson.

"Tidak apa tuan Jakson, kalau begitu saya pergi dulu," balas Lisa.

Belum sempat Lisa pergi, asisten dari Jakson masuk ke dalam ruangan itu.

"Tuan Jakson, tuan Evan telah sampai," ujar asistennya kepada Jakson.

"Suruh dia masuk!" balas Jakson.

Asistennya juga segera pergi dari sana, sementara Lisa tampak sedikit terkejut mendengar nama Evan.

"Evan...?" pikir Lisa.

Sempat muncul pikiran tentang Evan suaminya, namun pikiran itu langsung hilang seketika karena mana mungkin Evan datang ke tempat seperti ini.

Lisa juga hendak berjalan pergi, tapi kemudian tiba-tiba saja seorang pria masuk ke dalam ruangan itu yang ternyata adalah Evan suaminya.

"Kamu..." sontak saja Lisa terkejut melihatnya.

Evan juga terkejut karena tidak menyangka akan bertemu dengan Lisa istrinya di tempat ini.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lisa.