Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Mengawasi.
"Kamu yakin Tavisha pengen sekalian membawa untuk Umi?" tanya Bagas.
"Tidak usah," jawab Tavisha.
Dratt-drattt-drattt.
Ponsel Lukman yang tiba-tiba saja berdering membuatnya langsung mengangkat dengan menghentikan makannya.
"Baiklah kalau begitu," ucap Lukman yang berbicara lewat telepon tersebut.
"Ada apa. Pa?" tanya Bagas.
"Maaf sekali. Papa tidak bisa menemani kalian makan. Papa harus segera ke rumah sakit karena pasien Papa dari Jerman sudah datang," jelas Lukman
"Tavisha maafkan Om ya. Kamu lanjutkan saja makan dengan Bagas. Bagas jangan lupa nanti mengantarkan Tavisha pulang," ucap Lukman.
"Iya. Pa. Papa hati-hati," ucap Bagas yang membuat Lukman menganggukkan kepala yang langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Bagas, aku juga sepertinya harus kembali," ucap Tavisha.
"Tavisha makanan kamu belum habis, tidak enak jika kita harus membuang-buang makanan bukankah itu mubazir," ucap Bagas.
Tavisha menghela nafas, bagaimanapun apa yang dikatakan Bagas benar. Makannya masih banyak dan sangat tidak mungkin untuk tidak melanjutkan makan itu walau Tavisha merasa tidak nyaman karena hanya berdua dengan Bagas.
"Kita akan pulang setelah selesai makan," ucap Bagas.
Tavisha menganggukkan kepala, karena hal itu membuat Tavisha harus buru-buru makan yang sejak awal dia memang sudah tidak nyaman berada di tempat itu.
"Ting!"
Tavisha menoleh ke arah ponsel yang berada di dekat piring. Tavisha mengurutkan dahi mengangkat ponsel itu untuk menerima pesan masuk.
"Kau melupakan janjimu dan sibuk berpacaran!" Tavisha kaget melihat pesan tersebut yang membuatnya langsung melihat ke arah pintu Restaurant dengan Tavisha yang mencari-cari sesuatu dengan kepalanya berkeliling.
"Cepat segera keluar! Kau masih harus mengurus pasien yang sudah menjadi tanggung jawabmu dan sebelum aku sendiri yang menarikmu dari sana," Tavisha kembali mendapatkan pesan yang tidak jauh-jauh dari ancaman.
"Dia ada di sini?" batin Tavisha yang sepertinya mengetahui siapa pengirim pesan misterius itu.
"Tavisha kamu kenapa?" tanya Bagas menyadari Tavisha yang sejak tadi celinga celinguk.
"Hmmm, maaf sekali lagi Bagas. Aku memang harus pergi, kebetulan ada urusan mendadak. Aku benar-benar minta maaf," ucap Tavisha yang buru-buru berdiri dengan mengambil tasnya dan langsung pergi.
"Tavisha tapi...." Bagas berdiri yang mencegah kepergian Tavisha. Tetapi langkah Tavisha yang sangat buru-buru sehingga dia sudah pergi begitu saja yang tidak merespon panggilan dari Bagas.
"Mbak. Billl!" Bagas mengangkat tangannya memanggil salah satu pelayan.
Bagas juga buru-buru melakukan pembayaran dengan matanya yang terus melihat ke arah pintu yang masih melihat Tavisha.
Dugaan Tavisha ternyata benar, orang yang mengirim pesan tersebut adalah Kastara yang berdiri di samping mobil dengan mena Tavisha dengan tatapan yang sangat dingin.
"Sudah selesai pacarannya?" tanyanya yang begitu posesif.
"Aku tidak pacaran," bantah Tavisha.
"Aku juga tidak peduli kau mengatakan iya atau tidak. Aku cuma mengingatkan akan tugas yang harus kau laksanakan? Kau mengingkarinya, apa kau sengaja mempermainkanku?" ucap Kastara dengan sinis.
Tavisha menghela nafas mencoba untuk tenang menghadapi pria yang selalu saja kemauannya harus dituruti.
"Pasien kemungkinan akan siuman besok pagi dengan menurut obat yang sudah aku berikan. Jadi besok saja aku akan memeriksanya kembali," ucap Tavisha.
"Kau suka sekali membuat peraturan sendiri," sahut Kastara dengan satu alisnya terangkat.
"Ini bukan peraturan yang aku mau. Aku hanya ingin beristirahat sebentar, aku semalaman berada di rumahmu dan tidak tidur dan aku juga langsung pulang dan langsung kembali ke rumah sakit untuk menjalankan tugasku. Aku tahu bagaimana kondisi pasien yang aku tangani dan maka dari itu aku mengatakan besok akan menemuinya," ucap Tavisha yang mencoba memberikan alasan yang masuk akal.
"Kau mengatakan butuh istirahat dan sementara kau sedang asyik berpacaran," sinis Kastara.
"Berapa kali aku harus mengatakan kepadamu jika aku tidak berpacaran!" tegas Tavisha.
"Masuk! Aku sama sekali tidak butuh alasanmu!" tegas Kastara yang sudah membuka pintu mobil.
Tavisha masih tetap berdiri di tempatnya yang berusaha tetap pada pendiriannya.
"Kau sepertinya sangat suka sekali membuatku bertindak dan harus melibatkan orang lain," kata-kata Kastara yang sudah merupakan ancaman.
Tavisha menghela nafas yang mau tidak mau harus menuruti permintaan Kastara akhirnya dia memasuki mobil. Kastara mendengus melihat hal itu dan kemudian langsung menyusul memasuki mobil untuk duduk di kursi pengemudi.
Ketika mobil itu sudah melaju barulah Bagas keluar dari Restaurant dengan mengerutkan dahi yang melihat jelas seorang pria yang duduk di samping Tavisha.
"Siapa laki-laki itu?" tanyanya dengan rasa penasaran yang melihat kepergian mobil itu sampai sudah tidak terlihat lagi.
Tavisha dan Kastara yang berada di dalam mobil yang seperti biasa hanya terdengar keheningan saja.
"Bagaimana caranya kamu membuka ponselku?" tanya Tavisha memulai pembicaraan yang pasti dia harus membahas tentang pesan yang dikirim kepada uminya.
"Itu artinya kau tidak bisa macam-macam padaku yang mulai sekarang semua pergerakanmu bisa aku lihat dan semua berdasarkan pengawasanku!" jawab Kastara.
"Kenapa harus aku?"
"Apa karena aku Dokter yang menangani temanmu?" tanya Tavisha.
"Jika sudah tahu jawabannya untuk apa bertanya," jawab Kastara.
"Kalau begitu artinya waktu itu aku adalah Dokter yang sial, seharusnya aku tidak ada di sana Dan tidak terlibat denganmu," ucap Tavisha dengan kesal.
"Baguslah kalau kau menyadari jika kau memiliki hari yang sial waktu itu dan bersiaplah untuk sial di hari-hari berikutnya," sahut Kastara dengan tersenyum miring.
"Apa maksudnya? Apa itu artinya aku tidak akan aman sebelum temannya benar-benar sembuh. Jika seperti itu kenapa dia tidak merawat di rumah sakit saja dan kenapa harus menyusahkan orang seperti ini," batin Tavisha yang mulai kesal dengan pria di sebelahnya itu.
"Jangan membicarakan ku di dalam hatimu, telingaku sakit mendengarnya," ucap Kastara yang membuat Tavisha oleh ke arahnya seakan-akan pria itu mengetahui apa isi hatinya.
Tavisha yang adanya semakin kesal dengan pria tersebut.
"Ya Allah samapi kapan hamba akan terus berada dalam situasi seperti ini. Bukan hamba profesional sebagai seorang Dokter, tetapi caranya sangat tidak pantas jika harus seperti ini," batin Tavisha.
****
Kediaman Kastara.
Akhirnya Tavisha sudah berada di kediaman Kastara. Tavisha juga langsung melakukan pemeriksaan kepada pasien tersebut. Kastara tidak akan pernah absen yang berada di dalam ruangan itu memantau Tavisha yang melakukan pemeriksaan.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Kastara yang melihat Tavisha sudah selesai melakukan pemeriksaan itu.
"Aku sudah mengatakan semuanya normal dan besok baru dia akan sadar setelah obatnya selesai bereaksi," jawab Tavisha.
"Hmmmmm," hanya deheman yang menjadi jawaban Kastara yang membuat Tavisha tampak kesal mendengarnya.
"Aku tidak mau menginap di rumah ini!" tegas Tavisha yang memberikan permintaan terlebih dahulu karena dia tahu bahwa Kastara akan menahannya.
"Tidak bisa, untuk apa aku memanggilmu dan sebelumnya aku memulangkanmu jika bukan untuk itu," jawab Kastara.
"Kamu jangan memperlakukanku seperti ini. Aku tidak bisa tinggal di rumah ini!" tegas Tavisha.
"Katakan apa yang kau butuhkan yang tidak ada di rumah ini akan aku penuhi agar kau tidak terus protes jika disuruh untuk tinggal di rumah ini!" ucap Kastara.
"Ini bukan berdasarkan dengan apa yang aku butuhkan. Tetapi sangat tidak pantas seorang wanita tidur di rumah seorang pria!" tegas Tavisha memberikan alasan yang menohok membuat Kastara melihat serius ke arahnya.
Bersambung.....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini