Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Fitnah
Putra mendengar sedikit suara keributan di dapur. Putra mendengar suara Bi Imah dan Icha. Bi Imah meminta tolong kepada Putra untuk melarang Icha mengerjakan pekerjaan rumah karena Icha baru saja keluar dari rumah sakit.
Icha mengatakan saat ini dia sudah sehat. Icha terlalu lama berada di rumah sakit, Icha harus bekerja untuk melunasi utangnya kepada Fairel.
Icha melanjutkan pekerjaannya. Icha membersihkan seluruh rumah dan mengepel kecuali ruangan kerja. Fairel tidak suka diganggu saat berada di ruang kerja.
Putra kemudian meminta bantuan Icha untuk mengantarnya ke apotek terdekat dengan mobilnya. Putra menarik tangan Icha. Putra duduk di kursi depan seolah sakit kepala. Putra ingin Icha membawa mobilnya.
"Hmmm, maaf Ka. Aku gak bisa nyetir. Bagaimana kalo naik motor, biar aku boncengin," kata Icha.
"Ayo laah Icha, masa kamu gak bisa nyetir? Bukannya di rumah kamu banyak mobil," lirik Putra.
"Aku hanya anak angkat Ka. Aku gak dikasih izin belajar nyetir. Ka Putra, mau beli obat apa? Biar aku pinjam motornya Bi Imah," Icha membuka pintu mobil dan keluar.
Icha melihat Fairel yang ada di depan pintu. Fairel ingin ikut Icha dan Putra jalan-jalan naik mobil. Icha bilang Putra lagi tidak enak badan, Icha ingin pinjam motor Bi Imah ke apotek membeli obat untuk Putra.
"Kenapa gak naik mobil?" tanya Fairel.
"Saya gak bisa bawa mobil," jawab Icha.
"Alasan! Cepat bawa Putra ke apotek!" Perintah Fairel.
Icha dengan tubuh yang gemetar masuk kembali ke dalam mobil. Icha duduk di depan setir. Icha menoleh ke arah Putra. Icha bertanya bagaimana caranya menghidupkan mobil. Putra sangat yakin Icha tidak bohong. Icha memang tidak bisa nyetir. Putra menyuruh Icha keluar dari mobil.
"Fai, Icha gak bisa nyetir. Gue yakin bukan Icha pelakunya," bisik Putra.
"Kamu, sini!" Fairel menunjuk Icha.
Dengan tertunduk dan takut Icha menghampiri Fairel. Fairel mencoba mengingatkan Icha tentang kejadian dua tahun yang lalu. Saat itu Fairel sedang menyebrang jalan dan Icha menabraknya. Bukannya menolong, Icha memilih melarikan diri dengan mobilnya.
Icha langsung menyangkalnya. Icha tidak pernah menabrak orang. Icha juga tidak pernah nyetir mobil. Icha tidak terima difitnah Fairel. Icha juga berani bersumpah bahwa bukan Icha pelakunya.
Fairel marah karena dituduh memfitnah Icha. Fairel meminta Zaki ke ruang kerja mengambil kartu pelajar Icha yang tertinggal tidak jauh dari tempat Fairel tertabrak. Tidak berapa lama, Zaki membawa kartu pelajar Icha dan menyerahkannya kepada Fairel.
Fairel melempar kartu pelajar itu ke wajah Icha. Lagi-lagi perlakuan kasar yang Icha terima. Di dalam hati Icha bertanya, apakah Fairel tidak pernah dididik untuk bersifat sopan kepada orang lain.
Icha sedih, Icha melihat kartu pelajar yang berisikan data dirinya. Icha bilang kepada Fairel, Icha pernah kehilangan kartu pelajarnya. Selama beberapa waktu Icha tidak bisa ke perpustakaan untuk meminjam buku.
Icha kemudian dengan hati-hati bertanya, apakah alasan Fairel menikahinya untuk membalas dendam karena Fairel mengira Icha lah yang menabraknya. Icha lah yang membuat Fairel tidak bisa berjalan.
Fairel langsung mengiyakan. Fairel ingin Icha bertanggungjawab. Tapi Icha terus menyangkalnya. Icha bersikeras bahwa bukan dia pelakunya. Icha meminta Fairel mengingat mobil yang telah menabraknya. Entah itu warna, merek, jenis mobilnya.
Icha juga berusaha meyakinkan Putra bahwa semua tuduhan Fairel itu salah. Semenjak Ibu dan adik tirinya datang ke rumah orang angkatnya, Icha tidak pernah lagi diantar naik mobil oleh ayah angkatnya. Icha naik angkot ke sekolah.
Icha meminta Fairel menyelidiki kejadian dua tahun yang lalu. Icha tidak ingin Fairel menyesal karena salah menuduh orang. Sedangkan pelaku yang sebenarnya bebas berkeliaran di luar sana.
Icha tanpa menghiraukan Fairel masuk ke dalam rumah. Icha melanjutkan pekerjaannya. Icha membersihkan ruang kerja Fairel. Tanpa sengaja Icha menemukan buku harian Fairel yang terjatuh di bawah lemari ruang kerja. Icha penasaran. Icha membuka dan membacanya.
Di dalam buku harian itu, Icha mengetahui bahwa Fairel menyukai seseorang dalam diam. Fairel berniat untuk menyatakan cinta kepada gadis itu. Tapi, kecelakaan itu terjadi. Saat Fairel hendak menyeberang jalan, sebuah mobil berwarna serba pink, dengan kencang menabraknya.
Tubuh Fairel terbentur trotoar, kakinya tiba-tiba saja terlindas mobil yang tadi menabraknya. Kepala Fairel juga mengeluarkan banyak darah segar.
Setelah tersadar, Fairel berada di rumah sakit. Zaki menemukan kartu pelajar yang ditemukannya dengan nama Icha Adeela. Fairel bersumpah akan membuat Icha mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Icha menyeka air matanya. Icha dengan cepat meletakkan buku harian Fairel ke atas meja kerja. Icha mendengar Bi Imah memanggilnya. Di ruang tamu ada mertua Icha. Bi Imah meminta Icha untuk berganti pakaian menyambut mereka.
Icha dengan sedikit berlari masuk ke dalam kamarnya dan berganti pakaian. Icha dan Bi Imah ke ruang tamu.
Ihsan, Fairel dan Putra ada di ruang tamu. Icha menyuguhkan minuman hangat dan kue bolu untuk mereka. Ihsan mengajak Icha untuk duduk bersama mereka.
Icha menatap ke arah Fairel yang sama sekali tidak memperdulikannya. Putra dengan senyuman memberikan isyarat agar Icha duduk bersama mereka. Icha pun duduk di samping Ihsan.
Ihsan begitu perhatian. Ihsan menanyakan kesehatan Icha. Ihsan ingin Icha memperhatikan kesehatannya. Ihsan meminta maaf karena setelah Fairel dan Icha menikah baru kali ini Ihsan berkunjung.
Ihsan ingin memberikan hadiah pernikahan untuk Icha. Ihsan ingin Icha yang memilih sendiri kado pernikahannya. Icha dengan sopan menolak pemberian Ihsan. Ihsan sedikit memaksa. Ihsan akan memberikan apa saja permintaan Icha dan Icha harus segera memikirkan permintaannya.
Icha diam sejenak. Akhirnya Icha meminta pekerjaan kepada Ihsan. Icha ingin bekerja karena Icha sangat membutuhkan uang.
"Icha, buat apa kerja, uang Fairel kan banyak," goda Ihsan.
"Hmmm, saya tidak ingin uang Kak Fairel. Saya ingin memiliki uang dari keringat saya sendiri," ucap Icha sambil menundukkan kepalanya.
"Baiklah. Mulai besok, kamu akan bekerja di kantor. Kamu akan menjadi assisten Fairel. Segala keperluan Fairel kamu yang akan menyiapkan," kata Ihsan.
"Fairel menolak!" Sahut Fairel.
"Papa bosnya. Kamu harus menerima. Bi Imah, tolong bawa Icha untuk mencari pakaian kerja," Ihsan memberikan kartu berwarna hitam kepada Bi Imah.
Putra meminta izin untuk mengantar Icha dan Bi Imah ke butik langganan keluarga Ihsan.
"Pa, tahukah Papa, yang menabrak Fairel waktu itu adalah Icha. Fairel tidak sudi jika Icha menjadi assisten Fairel di kantor."
"Fairel, Papa yakin Icha yang terbaik untukmu. Kalian baru menikah, masih belum mengenal satu sama lain. Icha adalah istrimu. Papa yakin bukan Icha pelakunya. Kamu harus selidiki sendiri. Papa pamit pulang."
Ihsan meninggalkan rumah Fairel. Dari balik jendela ruang tamu, Fairel memperhatikan Icha yang sangat hormat kepada Ihsan. Icha mencium punggung tangan Ihsan. Icha melepas kepergian Ihsan.
"Icha, gue akan mencari bukti. Gue yakin lu adalah pelakunya," Fairel mengepalkan tangannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...