NovelToon NovelToon
Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Khawatir

Pagi hari Nabilla membuka pintu rumahnya, ia dikejutkan dengan tubuh Tyas yang langsung ambruk. Kepanikan pun seketika menguasai Nabilla, dengan sedikit susah ia membawa Tyas masuk ke kamar.

"Pusing." Gumam Tyas setelah berbaring di kasur Nabilla.

Tak ada kata, Nabilla memilih pergi untuk membawakan minum. Setelahnya Nabilla memberikan minum itu yang langsung diteguk habis, Tyas kembali berbaring dengan mata terpejam.

Sebenarnya Nabilla ingin marah pada sahabatnya itu, lihatlah sekarang bahkan ia pulang seorang diri tanpa ada Daniel. Kemana lelaki itu membiarkan Tyas pulang sendiri, memang kurang ajar.

"Billa, kamu ribut dengan Erik?"

Tak ada jawaban, untuk apa Tyas menanyakan itu apa wanita itu perduli padanya. Tyas sudah mengabaikan Nabilla kemarin, jadi sebaiknya tidak perlu tanyakan apa pun.

"Erik balik lagi semalam, dia memukuli Daniel di sana. Itu gara-gara kamu!"

Nabilla mengernyit, kabar macam apa itu. Kemarin Erik memang pergi setelah mengantarkan Nabilla pulang, mereka tidak selesai dengan keributan yang ada karena Nabilla menolak bicara. Tapi Nabilla tidak tahu kemana Erik pergi setelah mengantarkannya, dan sekarang Tyas membawa kabar itu.

"Kamu sudah membuat mereka semua berkelahi, apa kamu tahu Erik tidak pernah seperti itu. Harusnya kamu dengarkan dia, kenapa kamu ubah dia jadi kasar seperti itu?"

"Tyas-"

"Kamu harusnya mengerti orang mabuk tidak akan memiliki kontrol penuh, lihatlah sekarang Erik sendiri yang terluka. Kamu senang, hasil dari kerasa kepala mu itu!"

"Apa maksud kamu?"

Tyas justru tertawa kecil dan berbalik membelakangi Nabilla, Tyas menjemput mimpinya pagi ini. Kepalanya pusing tapi rasanya Tyas sudah memiliki kontrol dalam dirinya, Nabilla pasti mengerti ucapannya.

Berulang kali Nabilla mengoyak tubuh Tyas meminta penjelasan untuk kalimatnya itu, tapi sama sekali tidak mendapatkan jawaban. Nabilla jadi kesal sendiri, ingin sekali Nabilla berpikir jika itu hanya omong kosong orang mabuk, tapi sepertinya tidak bisa karena sekarang Nabilla justru khawatir tentang Erik.

"Tyas, ish-"

Nabilla bangkit dan berlalu dengan meraih tasnya, untung Nabilla selalu bangun pagi sehingga saat dadakan seperti ini Nabilla sudah siap pergi. Masih dengan motor tercintanya Nabilla melesat pergi meninggalkan rumah untuk ke rumah Erik, bukankah Nabilla pernah ke sana jadi Nabilla bisa datang sekarang tanpa bingung.

*

"Kamu mau kemana lagi?" Tanya Ferni.

"Keluar sebentar."

"Diam kamu Erik, kamu tidak perduli dengan kemarahan Papi kamu?"

Erik menghentikan langkahnya di depan pintu, kemarin memang Farhan marah padanya karena pulang dengan lebam di wajah. Erik sudah mengakui kesalahannya dan sudah meminta maaf juga, tapi sepertinya Farhan tidak luluh begitu saja.

"Tolong diam, jangan buat keadaan jadi makin panas lagi."

"Aku harus temui Nabilla dulu, tolong."

"Tidak perlu, lebih baik kamu diam. Diam!"

Erik menghembuskan nafasnya pasrah, mau bagaimana lagi sekarang tidak mungkin Erik membuat kedua orang tuanya ribut. Ferni membawa putranya itu menjauh dari pintu, menemui Nabilla bisa lain waktu karena sekarang sepertinya bukan waktu yang tepat.

"Lagi pula kenapa kamu seperti itu, kamu selalu abai dengan masalah seperti itu. Biarkan saja mereka mau gimana, kamu hanya harus fokus sama diri kamu sendiri."

"Aku gak tahu."

"Harusnya kamu mengerti, kalian itu berteman sudah lama. Setiap bertemu juga selalu begitu kan, pesta apa segala macam, kenapa sekarang harus berakhir seperti itu?"

Tak ada jawaban karena Erik hanya diam saja, untuk apa banyak bicara bukankah Erik sudah mengaku salah. Ferni menghela nafasnya tenang, untuk pertama kalinya Ferni tidak bisa mengerti jalan pikir anaknya sendiri.

Erik menoleh dan meraih kedua tangan Ferni, kesekian kalinya Erik meminta maaf sudah kecewakan mereka. Erik hanya tidak terima saja karena Nabilla justru marah padanya gara-gara Daniel, seharusnya temannya itu bisa sedikit mengontrol diri karena ada orang baru di antara mereka.

"Kamu punya tujuan sendiri, jadi fokus sama tujuan kamu saja."

DING...

DONG....

Keduanya menolah, Ferni mengusap pundak Erik sekilas dan berlalu membuka pintu. Senyum Ferni mengembang seketika ketika melihat sosok Nabilla, wanita itu datang dengan sendirinya tanpa harus dipaksa.

"Billa, ayo masuk."

"Erik mana Bu?"

"Ada di dalam, ayo."

Nabilla mengangguk dan mengikuti langkah Ferni memasuki rumah, sampai di tempat Erik, Nabilla mematung tanpa berkata apa pun. Melihat kedatangan Nabilla, Erik langsung bangkit dan mendekat, wanita itu sudah tidak marah sekarang karena sudah mau menemuinya.

"Kamu ke sini?"

"Apa yang terjadi, siap yang memukuli mu?"

"Tidak ada, sudah aku tidak-"

"Aku tidak meminta mu kembali ke sana, kenapa kamu harus kembali ke sana?"

Erik diam, itu memang benar Nabilla tidak memintanya kembali tapi mungkin semalaman Nabilla tidak bisa tenang karena memikirkan Tyas. Erik memutuskan kembali untuk meminta Daniel mengantarkan Tyas pulang, namun lelaki itu justru marah.

Ferni meminta keduanya untuk duduk saja, ia lantas pergi untuk membawakan minum. Nabilla menggeleng seraya menyentuh luka di wajah Erik, apa benar ini kesalahan Nabilla, ia sudah membuat anak orang terluka.

"Tidak masalah, aku ini laki-laki."

"Ini karena aku?"

"Tidak, aku memang ceroboh. Sudah ayo duduk."

Erik membawa Nabilla untuk duduk, mereka bisa lebih santai berbincang jika sambil duduk. Keadaan saat ini tidak perlu dianggap serius, Erik memang tidak berhati-hati.

"Erik-"

"Diminum ya Nabilla."

Nabilla menoleh dan mengangguk hormat, Ferni lantas pamit agar memberi ruang pada keduanya. Erik segera meraih gelasnya dan memberikan pada Nabilla, jarak rumah mereka jauh jadi Nabilla pasti haus.

"Terimakasih." Ucapnya seraya menerima gelasnya.

"Ada apa kamu ke sini, kamu sudah mau maafkan aku?"

"Kamu sengaja membuat ku jadi bersalah, kenapa kamu mau melukai diri kamu seperti ini."

"Sutt, ini bukan salah kamu Billa. Tidak ada yang mengatakan itu, aku baik-baik saja jadi jangan khawatir."

Nabilla menggeleng lantas menunduk, bagaimana bisa Nabilla tidak khawatir jika ternyata ucapan Tyas itu benar. Erik terluka dan itu karena Nabilla, jika kemarin Nabilla tidak kerasa kepala mungkin Erik tidak akan seperti itu.

"Hey, kenapa?"

Erik menyentuh dagu Nabilla dan mengangkatnya perlahan, Erik tersenyum ketika melihat mata Nabilla yang memerah. Sepertinya ini bagus karena Nabilla merasa bersalah, dengan begitu seharusnya lebih mudah untuk Erik merayunya.

"Kamu nangis, aku tidak apa-apa."

"Maaf."

"Tidak, tidak perlu seperti ini."

"Maaf."

Erik semakin tersenyum ketika akhirnya air mata itu menetes di pipi Nabilla, seharusnya Nabilla tidak perlu berlagak galak jika padanya kenyataannya hatinya lembut. Perlahan Erik merangkul Nabilla, ingin rasanya memeluknya tapi sepertinya Nabilla akan ngamuk jika seperti itu.

"Aku tidak apa-apa, kamu jangan seperti ini. Tyas sudah temui kamu, dia baik-baik saja kan?"

Nabilla hanya menggeleng, entah apa yang terjadi dengan Tyas karena Nabilla belum berbicara dengan wanita itu. Bukankah Tyas juga masih mabuk ketika datang tadi, untuk bicara panjang lebar sepertinya hanya akan membuat kesal saja.

"Baiklah, aku minta maaf ya sudah buat kamu sedih sekarang. Tapi aku gak apa-apa kok, aku gak salahin kamu."

Erik meraih kontak cincin itu dan mengeluarkan cincinnya, jika Nabilla sudah luluh pasti Erik bisa membujuknya lagi. Erik tersenyum ketika Nabilla menoleh, segera ia menunjukan cincin yang di pegangnya itu.

"Baikan, pakai lagi ya please." Mohon Erik.

Nabilla jadi malu sendiri sekarang karena ulahnya kemarin, seharusnya Nabilla tidak melepaskan cincin itu apa pun alasannya. Janji Nabilla itu pada orang tua Erik, dan kemarin Nabilla sudah mengingkari janjinya sendiri.

"Mami sama Papi belum tahu kamu lepaskan cincin ini, bagus tadi Mami gak sadar. Jadi tolong kamu terima lagi ya, tolong pakai lagi, kamu boleh marah boleh hukum aku tapi tolong jangan seperti ini lagi."

Nabilla justru terisak, ternyata memang sesabar dan selembut itu Erik, Nabilla sepertinya harus mulai memahami itu. Mungkin sudah waktunya Nabilla sabar dan sadar jika hidupnya sudah mulai lebih diatur lagi, kebebasannya harus mulai dibatasi lagi tidak bisa seenaknya saja.

"Mau?"

"Malu." Gumam Nabilla seraya menutup wajahnya.

Erik tertawa kecil dan meraih tangan kiri Nabilla, ia memasangkan cincin itu dengan mudah tanpa penolakan apa pun lagi. Nabilla semakin malu saja dibuatnya, kini tak ada keberanian lagi untuk menatap Erik.

"Baikan ya."

"Hem-" Gumam Nabilla seraya mengangguk.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!