Kau adalah wanita simpananku, selamanya akan tetap seperti itu. Jangan harap ada cinta di antara kita, atau hubungan kita berakhir detik ini juga! Alfredo Hanscout Smith
Aku mencintaimu, Alfred. Tak bisakah kau membuka hatimu sedikit untukku? Davina Oliver
Mampukah Davina menaklukkan sosok Alfred yang begitu dingin dan alergi dengan seorang wanita? Ataukah cintanya akan kandas dan memilih pergi untuk merahasiakan suatu hal dari Alfred.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Amarah
"Kenapa kau mengkhianatiku, Davina? Apa kekuranganku padamu? Apa tak cukup semua yang ku berikan padamu selama ini, hah? Kekayaanku setara bahkan melebihi kekayaan Fahri. Aku tak menyangka kau serendah itu Davina ... bagaimana bisa kau mengkhianatiku dengan sepupuku sendiri." Masih dengan tatapan elangnya Alfred mencengkeram erat lengan Davina.
"Tidak! Kau salah besar Alfred, semua tak seperti yang kau bayangkan. Aku dan Fahri tak melakukan apapun malam itu. Aku hanya ...."
"Apa? Kau hanya apa, hah? Ayo, cepat katakan," desak Alfred memotong ucapan Davina.
Semua berubah 180 derajat, lelaki yang dulunya selalu bersikap lembut pada dirinya dalam sekejap berubah menjadi kasar. Memang benar Alfred memiliki kepribadian yang sangat buruk, sikapnya yang kaku, tempramen, egois, juga dia akan bersikap dingin pada semua wanita. Namun ada kalanya lelaki itu bersikap sangat manis pada Davina membuat wanita itu salah mengartikan semuanya. Hingga akhirnya Davina menaruh perasaan yang begitu dalam pada Alfred, meski dia tahu tidak boleh ada cinta di antara mereka.
"Sudahlah, tak ada untungnya aku menjelaskan hal itu padamu. Toh percuma saja penjelasan ku tak kan pernah membuatmu mempercayaiku bukan? Aku tahu kau hanya menginginkan ku untuk mengakui kesalahan yang tak pernah ku perbuat," jawab Davina.
"Memang kenyataannya seperti itu bukan? Kau hanyalah seorang j*lang yang menggoda lelaki untuk menyokong hidupmu saja. Aku yakin setelah ini kau pasti akan pergi ke pelukan Fahri," ucap Alfred sinis dengan pandangan mata yang merendahkan Davina.
"Coba katakan sekali lagi, kau menghinaku apa?" Davina tak habis pikir dengan lelaki yang ada di hadapannya kini. Semudah itu Alfred mengatakan kalau dia adalah wanita j*lang. Sekasar apapun lelaki itu tak pernah sekalipun menghinanya seperti itu.
"Dasar wanita j*lang!" Secepat kilat Alfred menghempaskan tubuh Davina ke atas ranjang.
"Cepat puaskan aku untuk terakhir kalinya, Davina!" titah Alfred dengan nafas memburu. Terlihat jelas kabut gairah yang terpancar di dalam sana.
Tak hentinya lelaki itu terus memaksa Davina untuk menuntaskan seluruh hasratnya. Tekanan yang di lakukan Alfred membuat Davina merasa sakit di bawah perutnya. Seketika dia sadar, sekuat mungkin dia menahan rasa sakit agar Alfred tak menaruh curiga padanya.
"Lepaskan aku, Alfred! Ini sangat menyakitkan!" ucap Davina sambil mendorong tubuh kekar Alfred.
Amarah Alfred semakin memuncak pada Davina. Lelaki itu sama sekali tak peduli dengan perempuan yang di bawanya meringis kesakitan. Alfred tetap melakukan tujuan utamanya untuk menyalurkan hasrat yang sudah beberapa Minggu ini tak tersalurkan.
Setelah puas melakukan pelepasannya, segera mungkin Alfred menyingkir dari tubuh mungil Davina. Lelaki itu menarik Davina ke dalam pelukannya.
"Inilah konsekuensi yang harus kau terima karena kau berani mengkhianatiku Davina," bisik Alfred tepat di telinga wanita itu.
Air mata lolos begitu saja membanjiri wajahnya. Kini Davina tak menghiraukan rasa sakit yang menjalar ke tubuhnya. Saat ini wanita itu hanya menanti Alfred terlelap, dia ingin sekali berlari dari genggaman Alfred.
Namun semua tak sesuai dengan ekspetasinya, tak lama terdengar suara dering telpon dari ponsel Alfred. Yang tadinya lelaki itu hendak terlelap, kini dia beranjak dan meraih ponselnya di atas nakas.
"Alfred, cepat pulang sekarang. Ada hal penting yang ingin Oma bicarakan denganmu," ucap Oma Andini di sebrang telpon.
"Tapi Oma ...."
"Cepat Alfred! Oma tidak mau mendengar alasan apapun darimu. Lima menit dari sekarang kau harus tiba di mansion utama," titah Oma Andini yang tak ingin di bantah.
Alfred menghela nafas beratnya dan menghembuskannya secara kasar.
"Baiklah Oma, aku akan segera kesana." Dengan terpaksa Alfred mengiyakan perintah Oma nya. Secepat kilat lelaki itu memungut pakaiannya yang tercecer di atas lantai.
Beberapa detik kemudian Alfred telah rapi, kemudian berjalan mendekati Davina yang masih terbaring di atas ranjang.
"Aku pulang dulu, sebentar lagi aku akan datang kesini. Ingat jangan ada niatan untuk kabur dariku!" ucap Alfred memperingati.
Davina pun hanya terdiam menunduk, tak ada sepatah katapun yang terlontar dari bibirnya. Hingga akhirnya Alfred berjalan keluar meninggalkan Davina yang masih terbaring di atas ranjang.
"Ini adalah kesempatanku untuk kabur dari tempat neraka ini," gumam Davina yang kemudian beranjak dari atas ranjang.
Wanita itu tak mempedulikan pakaiannya yang tercecer di atas lantai akibat ulah Alfred. Yang dia lakukan hanya mengambil barang penting miliknya saja. Tak ada kesempatan sebaik ini, Davina harus segera pergi dari hidup Alfred selamanya.
Sebelum Davina pergi, dia meninggalkan semua fasilitas yang di berikan Alfred selama tiga tahun ini. Bahkan ATM pun yang di berikan oleh lelaki itu, dia tinggalkan begitu saja di atas nakas. Davina tak ingin di anggap sebagai perempuan matre, meskipun faktanya dia menjadi simpanan Alfred memang tujuannya karena uang.
Wanita itu tergesa-gesa pergi dari mansion Alfred. Saat berada di depan pintu utama, tiba-tiba langkahnya terhenti mendengar suara yang memanggil namanya.
"Nona Davina, anda mau kemana?" tanya Bi Tatik selaku asisten rumah tangga di mansion itu.
"Saya mau beli siomay di ujung jalan sana Bi," jawab Davina beralasan.
"Tapi Non, Tuan berpesan kalau anda tidak boleh pergi," balas Bi Tatik.
"Aku keluar sebentar Bi. Aku ingin makan siomay di ujung jalan sana," terang Davina dengan wajah melasnya berharap Bi Tatik memberikannya izin untuk keluar.
Sementara Bi Tatik tampak berpikir, menimbang sesuatu dengan hati-hati. Dia tak ingin mengambil resiko menyebabkan Alfred murka.
"Lebih baik Pak Didik saja yang membelikannya. Hanya beli siomay bukan?" tanya Bi Tatik memastikan.
"Tidak usah Bi, biar aku saja yang pergi membelinya. Tak bisakah Bibi memberikanku keleluasaan? Tolong jangan persulit diriku Bi, aku hanya ingin keluar membeli siomay. Aku tidak akan kemana-mana! Tolong aku Bi, izinkan aku pergi sebentar." Davina terus mengiba pada wanita paruh baya yang ada di hadapannya kini.
Seketika Bi Tatik terdiam dengan pandangan lurus menatap Davina yang menatapnya dengan penuh permohonan. Rasanya mustahil jika Davina akan pergi meninggalkan Alfred begitu saja, mengingat wanita itu sangat mencintai majikannya.
Ya, tanpa Davina bicara pun ... Bi Tatik bisa melihat cinta yang tulus dari sorot mata Davina. Diam-diam Bi Tatik mengetahui bagaimana perasaan Davina pada Alfred. Bahkan, dia hampir menyangka Alfred akan menjadikan Davina sebagai istrinya.
"Baiklah saya akan memberikan anda waktu sepuluh menit Nona. Bila anda tak kembali ke mansion selama sepuluh menit, maka Pak Didik akan menghampirimu dimanapun anda berada," ucap Bi Tatik mengingatkan.
Sebelum akhirnya dia mengiyakan keinginan Davina. Hal itu membuat Davina tersenyum lega, dia pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Segera mungkin Davina berjalan keluar meninggalkan mansion itu.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
masa dinsuruh pakai baju keramat mau tempur
Heh kamfreeet kamu bener bener yah DAM STUPID BIN IDIOT yg bikin Davina kabur tuh siapa bukanya intropeksi diri malah balagak jadi korban dasar manusia songong,,ajirrrroooo deh lo