NovelToon NovelToon
Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.

Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

Malam itu, suasana villa terasa sunyi. Hanya suara detak jam dan semilir angin malam dari balik jendela yang terdengar samar. Liana berdiri kaku di dalam kamarnya—kamar yang kini akan dibagi dengan Kenzo.

Wajahnya terlihat gugup, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan perut. Nafasnya tidak teratur. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, seolah hendak meloncat keluar. Selama ini, tak pernah sekalipun ia berbagi ruang pribadi dengan seorang pria—selain ayahnya, satu-satunya sosok laki-laki yang ia percaya.

Kenzo menyadari kegugupan itu. Tatapannya melunak. Ia bukan pria yang terbiasa bersabar, tapi malam ini… ia tahu, ia harus menjadi seseorang yang berbeda.

Perlahan, ia mendekat. “Duduklah,” ucapnya lembut, menuntun Liana ke tepi tempat tidur.

Liana menurut, walau tubuhnya masih sedikit gemetar.

Kenzo menatapnya dalam diam beberapa saat, sebelum akhirnya bertanya, “Apa ini… yang pertama buat kamu?”

Liana mengangguk pelan, menunduk dengan malu. “Iya... saya belum pernah dekat dengan pria sebelumnya... selain Ayah,” suaranya nyaris tak terdengar. “Maaf… saya sedikit takut.”

Kenzo menarik napas dalam, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh jemari Liana. Sentuhan itu hangat, tidak menekan—hanya sekedar menenangkan.

“Kamu tidak perlu minta maaf,” ucapnya lirih. “Aku tidak akan menyakitimu.”

Liana menoleh perlahan, menatap mata Kenzo yang tampak lebih manusiawi malam ini—tidak setajam biasanya, tidak sedingin sebelumnya.

“Aku tahu ini aneh... tiba-tiba jadi suami istri, lalu tinggal serumah... Tapi kamu tidak sendiri, Liana. Aku akan menjagamu. Dan kalau kamu belum siap, katakan saja. Aku bisa menunggu.”

Air mata Liana menitik. Bukan karena takut, tapi karena merasa dihargai. Karena untuk pertama kalinya, ia merasa didengarkan.

Dengan suara pelan, ia menjawab, “Terima kasih… Tuan.”

Kenzo tersenyum tipis. “Kita sudah menikah. Panggil aku Kenzo saja.”

Liana masih menunduk, air matanya belum kering sepenuhnya. Tapi kali ini bukan karena takut—melainkan karena keputusan yang berat telah ia ambil.

Dengan suara pelan namun mantap, ia berkata, “Tuan… saya siap.”

Kenzo menoleh cepat, menatap wajah Liana dengan raut terkejut yang samar.

Liana menggigit bibirnya, lalu melanjutkan, “Kalau sampai tiga puluh hari saya belum hamil… Nyonya  claudia dan ibu tiri saya akan menyakiti Ayah. Saya tidak bisa membiarkan mereka melakukan itu. Ayah satu-satunya orang yang selalu percaya pada saya.”

Hening sejenak. Kenzo menatap mata Liana, menelusuri luka dan keteguhan di dalamnya.

“Aku tahu, Liana,” jawabnya akhirnya, suaranya dalam dan pelan. “Aku tahu ini bukan hal mudah untukmu… Tapi baiklah, kita coba.”

Liana menunduk pelan, menyembunyikan gejolak yang berkecamuk di dadanya. Ia tidak pernah membayangkan malam pertamanya terjadi seperti ini—dalam tekanan, tapi juga dengan harapan bahwa ia bisa menyelamatkan orang yang paling ia cintai.

Kenzo bangkit perlahan, lalu menoleh ke arahnya. “Sebaiknya kamu mandi dulu. Aku akan menunggumu di sini.”

Liana mengangguk kecil, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Langkahnya pelan, namun pasti. Hatinya masih berdebar, tapi tekadnya telah bulat.

Kenzo menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Dalam diam, ia menghela napas berat. Tak ia sangka, di balik wajah lembut gadis itu, ada keberanian sebesar itu.

Liana keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan, tubuhnya hanya terbalut handuk putih yang melilit hingga sebatas paha. Uap hangat dari kamar mandi masih menempel di kulit putihnya yang bersih dan bercahaya. Rambutnya yang setengah basah jatuh tergerai, memberi kesan segar dan alami. Wajahnya polos tanpa riasan, tapi justru di situlah letak pesonanya.

Kenzo yang semula duduk di tepi ranjang, langsung menoleh saat mendengar suara langkah Liana. Matanya terpaku.

Ia menarik nafas panjang tanpa sadar. Wajahnya terlihat terkesima.

Liana terlalu cantik malam ini. Bukan seperti wanita glamor dengan parfum mahal dan gaun malam, tapi seperti lukisan hidup—murni, lembut, dan memikat.

Liana menunduk, merasa canggung diselimuti tatapan Kenzo. “Maaf… saya lupa tidak membawa baju ganti …”

Kenzo berdiri perlahan, mendekat tanpa suara. Ia menatap wajah Liana, karena kecantikannya.

“Kamu tidak perlu minta maaf,” bisik Kenzo pelan. “Kamu… cantik. Sangat cantik.”

Liana menggigit bibirnya, tak mampu membalas. Wajahnya memerah, jantungnya berdetak kencang.

Kenzo mengulurkan tangan, menyentuh pipi Liana dengan hati-hati. Ia tidak terburu-buru, tidak memaksa. Sentuhannya lembut, penuh pertimbangan, seolah ingin memastikan bahwa Liana merasa aman.

“Aku tidak akan menyakitimu,” ucapnya, masih dengan suara yang sangat tenang. “Kita lakukan ini bersama… dengan perlahan.”

Liana mengangguk pelan. Ada ketakutan, tapi juga kepercayaan yang mulai tumbuh. Ia tak berkata apapun, hanya membiarkan Kenzo menggenggam tangannya dan membawanya ke tempat tidur.

Sentuhan lembut Kenzo di kulit Liana membuat nya tak bisa berkata apa apa ia hanya diam Menikmati setiap sentuhan Kenzo ,lumayan kecil di bibir yang awalnya lembut kini semakin menuntut untuk lebih merasakan yang lain. Liana terbuai dengan kelembutan Kenzo, Hingga handuk yang menempel pada tubuh Liana di lepaskan begitu saja oleh Kenzo. Liana sepontan menutupi bagian intimnya. 

“Aku malu …..”.

Kenzo menarik tangan Liana dengan lembut,

“ Biarkan sayang itu sudah menjadi milikku.”

Kenzo melepaskan semua pakeannya,di depan Liana. Liana yang melihat itu membuang pandangan nya kesamping.

“ Jangan malu sayang ,kau nanti akan terbiasa dengan semua ini ..Hemmm…..”

Ciuman  dan belaian lembut Kenzo membuat Liana mabuk kepayang. Hingga tak terasa Kenzo sedah sampai pada titik inti Liana ….

“Ah…..sakit …”.

“Tahan sayang sebentar lagi ….ah..”

“ Ken….sakit..”

Air mata Liana keluar saat kenzo berhasil menerobos kewanitaan Liana. Rasa perih dan juga sakit ia rasakan. Kuku kuku nya menancap di punggung Kenzo sebagai pelampiasan rasa sakit nya.kenzo diam sejenak memberikan waktu pada liana untuk terbiasa dengan miliknya.

“ Apa masih sakit sayang ?”. 

Liana megeleng pelan, 

“ Baiklah kita lanjutkan hemm…”.

Malam itu tidak  Kenzo sia siakan ia mengempur tubuh Liana dengan rakus, kelembutan yang di janjikan hilang sudah berganti dengan panas nya gejolak nafsu yang tinggi. Dan itu berlangsung cukup lama ,Hingga Liana kelelahan. Setelah puas dengan tubuh Liana ia berbaring di sisi Liana, dadanya masih naik-turun pelan, memandangi wajah gadis itu yang setengah tenggelam di bantal,dengan peluh membanjiri wajah nya.

Jemarinya mengusap lembut rambut Liana yang terurai, lalu mengecup keningnya dengan penuh kehangatan.

Liana tak berkata apa-apa, hanya memejamkan mata. Tubuhnya terasa letih, namun ada ketenangan yang perlahan menyusup ke relung hatinya. Meski rasa nyeri itu masih ada, ia tahu dirinya baru saja melangkah ke babak hidup yang sama sekali baru.

"Terima kasih, Liana," bisik Kenzo lirih, "karena mempercayakan semuanya padaku… Aku menjadi yang pertama bagimu."

Liana hanya mengangguk pelan. Ia tak tahu harus menjawab apa. Di balik semua ketakutan dan beban yang mengiringinya, ada harapan kecil yang tumbuh—mungkin dari kelembutan sesaat, atau dari kehangatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Setelah ini," lanjut Kenzo lembut, "kau tidak akan merasa sakit lagi. Aku akan memastikan itu."

Keduanya terdiam, hanya ditemani detak jam dan angin malam yang perlahan merayapi jendela kamar.  Kenzo menyelimuti tubuh Liana yang polos. Malam itu menjadi awal dari kisah yang tak hanya tentang janji, tapi juga tentang hati yang mulai terlibat—meski mereka belum menyadarinya sepenuhnya.

Cahaya pagi menembus lembut dari celah tirai, menyinari kamar dengan kehangatan yang tenang. Liana perlahan membuka mata, tubuhnya terasa berat dan pegal. Ia mencoba menggerakkan kakinya, namun rasa nyeri membuatnya meringis pelan.

Kenzo yang baru saja selesai mengenakan kemeja, langsung menoleh ketika mendengar suara lirih dari Liana. Tatapan matanya melembut saat melihat wajah pucat gadis itu yang berusaha bangkit dari ranjang.

“Jangan paksa dirimu,” ucap Kenzo pelan, mendekat. Tanpa menunggu jawaban, ia menyelipkan satu tangan di punggung dan satu lagi di bawah lutut Liana, lalu mengangkat tubuh mungil itu dengan mudah.

Liana terkejut dan refleks memegang pundaknya. “A-aku bisa sendiri, ken…”

“Diam saja. Kamu terluka karena aku, jadi biarkan aku yang merawatmu,” jawab Kenzo tegas, namun nadanya tetap lembut.

Ia membawanya masuk ke kamar mandi, tempat bathtub sudah dipenuhi air hangat yang mengepul lembut. Perlahan ia menurunkan Liana ke dalam air, memastikan gadis itu merasa nyaman.

“Berendamlah sebentar, itu akan membantumu rileks. Aku akan minta Maria mengantar sarapan ke kamar.”

Liana hanya mengangguk pelan, matanya sedikit berkaca-kaca, entah karena rasa nyeri yang masih tersisa atau karena perlakuan Kenzo yang tak ia duga bisa sehangat ini.

Kenzo keluar dari kamar mandi, lalu menyuruh Maria menyiapkan sarapan dan membawanya ke kamar. Ia kembali duduk di tepi ranjang, menanti Liana sambil menatap kosong ke luar jendela. Banyak hal berputar di kepalanya, terutama tentang wanita muda yang kini diam-diam telah ia ikat dalam pernikahan rahasia.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian santai berwarna lembut, Liana perlahan melangkah keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih sedikit basah, pipinya memerah karena uap air hangat. Di atas meja kecil dekat sofa, sarapan telah disusun rapi—roti panggang, omelet, jus jeruk, dan teh hangat.

Kenzo berdiri di dekat jendela, menoleh saat mendengar suara langkah Liana. Ia tersenyum lembut, menatap gadis itu dengan cara yang berbeda dari sebelumnya—ada rasa yang mulai tumbuh perlahan dalam tatapannya.

“Kamu kelihatan lebih segar, apa masih sakit?” ujarnya sambil menarik kursi untuk Liana.

“ tidak Ken ,terima kasih,” jawab Liana pelan, lalu duduk dengan hati-hati. Tubuhnya masih terasa lemah, namun ada kehangatan baru di dalam dirinya—bukan hanya karena air hangat, tapi karena perlakuan Kenzo yang tak ia duga akan sepeduli ini.

Mereka mulai menyantap sarapan dalam suasana hening namun nyaman. Liana perlahan mulai terbiasa dengan kehadiran Kenzo di dekatnya. Tatapan Kenzo sesekali mencuri pandang ke arahnya, menatap gadis itu dengan penuh tanda tanya—tentang keberanian, ketulusan, dan pengorbanan yang baru saja Liana lakukan dalam hidupnya.

Namun suasana hangat itu seketika pecah…

BRAK!

Suara pintu utama dibanting keras disertai suara langkah cepat dan teriakan nyaring.

“KENZO!”

Kenzo langsung berdiri dari duduknya. Wajahnya berubah tegang seketika.

Liana ikut terkejut, tubuhnya membeku, sendok di tangannya nyaris terlepas.

“CLAUDIA…” bisik Kenzo lirih.

Suara sepatu hak tinggi mendekat cepat. Tak lama, Claudia muncul di ambang pintu kamar, napasnya memburu, wajahnya penuh amarah dan tatapan menusuk… tertuju pada Liana yang masih duduk di sofa.

Claudia berdiri diam sejenak, lalu suaranya melengking tajam.

“APA begini Kenzo ? kau lalu melupakan aku Karana terbuai dengan WANITA INI?!”

1
watashi tantides
Nyesel ya pak gara gara nikah lagi😔 Kasian nasib Liana anak kandungnu pak😭
watashi tantides
Sakit banget💔😭 Liana 🫂
watashi tantides
Semoga Kenzo jatuh cinta ke Liana🥰 maaf Claudia istri sah itu semua karna kamu yang mepersatukan Kenzo dan Liana dan yang terlalu tega ke mereka😔
watashi tantides
Sakit banget💔😭
watashi tantides
Please ini mengandung bawang😭
watashi tantides
Mulai tumbuh benih sayang Kenzo ke Liana🥹🤍
Mira j: trimakasih KK dah singgah 🙏🏻💞
total 1 replies
watashi tantides
Liana😭❤️‍🩹
watashi tantides
Liana😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!