NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejadian Masa Lalu

Mercedes Benz hitam meluncur memasuki jalanan pedesaan, lalu bergerak pelan sebelum mencapai sebuah bukit yang konon memiliki air terjun yang indah.

Proyek kawasan wisata. Hal itu menjadi dalih buat Adi Wijaya kembali mendatangi desa kecil ini meski sebelumnya ia sudah memutuskan untuk menunggu saja. Meninggalnya Badriah meski sempat diperhitungkannya, namun tetap saja bukan sesuatu yang ia harapkan akan terjadi.

Adi Wijaya pun mengajak CEO Wijaya Grup untuk secara pribadi meninjau lokasi yang telah diperhitungkannya.

"Kakek sudah menjadikan aku sebagai kambing hitam untuk melindungi cucumu hingga saat ini!" tetap dengan wajah datar nya William menyindir pria tua yang duduk di sebelah nya. William menggenggam erat kemudi mobilnya setelah menekan pedal rem ketika mereka sampai di kawasan pekuburan sebuah desa. "Kali ini kakek melakukannya lagi."

"Tapi kau menikmatinya, kan?"

William mengangkat sebelah alis nya. Ia ingat belasan tahun yang lalu ketika Adi Wijaya mendatangi dirinya yang masih muda belia serta ambisius saat kelulusannya dari salah-satu universitas teranama di Amerika . Waktu itu, Adi merayunya dan berhasil memboyong William muda untuk mengelola perusahaan Wijaya Grup yang memang memiliki prospek bagus menuju perusahaan raksasa yang memiliki bisnis disegala bidang.

Meskipun William tidak memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya sejak masa kecilnya, hal itu tidak membuat pria itu patah semangat. William, pria muda yang objektif dan ambisius.

Namun, seiring dengan semakin kuatnya posisi William di perusahaan, semakin sering juga ia mendapat masalah dan permusuhan terang-terangan diperlihatkan oleh Agung-menantu Adi Wijaya.

"Sekarang sudah tidak!" jawab William tenang. Tidak ada lagi hal menantang buatnya saat ini. Agung tidak lagi menjadi musuh yang menakutkan. Apalagi ayah serta adik-adiknya.

"Kau yakin?" goda Adi Wijaya, melirik ke arah pria dingin itu.

"Yah. Tergantung..." William mengangkat bahu. Ia merasa saat ini Adi Wijaya memiliki maksud tertentu padanya.

Adi Wijaya tersenyum. Itulah yang ku suka darimu Will! Tidak ada basa-basi.

"Jika...," ucap Adi Wijaya terputus. Sengaja memancing tanggapan William.

"Jika apa?" William mencoba mengikuti permaian Adi.

"Apa kau mau jadi cucu menantuku?"

William membelalak. "What?!"

Gila! Pria tua ini sudah gila! Pikir William. Ini hal terakhir yang bisa dipikirkan William bahkan ia rasa mustahil.

"Kau takut?"

Entah apa maksud pria tua itu?!

Takut? Pria tua ini sedang meremehkan nya, biasanya ia akan merasa tidak senang namun William merasa adrenalin nya -yang ia pikir sudah tidak sensitif lagi- tiba-tiba terpacu.

***

Berbaring, makan, dan tidur. Hanya itu aktivitas yang menemani keseharian Anna sejak nenek nya berpulang. Sesekali ia wara-wiri di pinggir sawah seperti orang stres. Fakta nya, Anna bisa dibilang memang sedang stres.

Anna kembali menghempaskan diri di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar. Lengannya menjangkau boneka besar kesayangan yang selalu menemaninya tidur. Boneka yang merupakan hadiah terakhir dari kedua orang tuanya.

Tidur. Buatlah aku tidur Puppy!

Anna mengusap-usap tubuh boneka yang dipeluk nya itu. Bahkan jarinya masuk ke dalam kantong sang boneka lalu merasakan ada secarik kertas di dalam kantong itu. Anna mengeluarkan lipatan kertas itu. Rasanya aku tidak pernah menaruh kertas ini di kantong Puppy.

Pada bagian luar lipatan tertulis 'Dari Nenek'.

Tanpa prasangka apa-apa, Anna membuka lipatan kertas itu.

Dari nenek? Kapan nenek menulis dan meletakkan kertas ini di sini?

Anna cucuku tersayang...

Rasanya belum mau nenek meninggalkan mu seperti ini. Namun, nenek merasa ini memang batas waktu yang diberikan tuhan pada nenek untuk hidup di dunia ini.

Anna... cucu nenek yang paling cantik.

Temuilah kakek mu. Adi Wijaya.

Meskipun penyesalan nya terlambat, tetap saja dia adalah keluargamu. Bapak dari ayahmu.

Anna. Tanyakan kepada Nimas tentang kebenaran kematian orang tuamu!

Jika kamu merasa tidak terima dan ingin membalas orang-orang itu, datangilah kakekmu!

Namun jika kamu ingin hidup damai. Diamlah dan carilah pria baik dan jauhi Adi Wijaya.

Apa pun pilihanmu. Nenek mendukung sepenuhnya.

Terimakasih telah menjadi hadiah terindah dan teman terbaik dalam hidup Nenek.

Cucuku tercinta.

Anna meremas surat itu dengan perasaan tak menentu.

Apaan?!

Hik. Hik. Huuuu...

Anna menangis tersedu untuk kesekian kalinya.

***

"Tony udah berangkat ya, Tan?"

Pagi itu Nimas datang mengantarkan masakan buat Anna.

Anna menyambut tetangga yang sudah dianggap seperti ibu kandung nya sendiri itu dengan suka cita. Tidak hanya karena makanan yang dibawa, juga karena ada sesuatu yang harus ditanyakan kepada ibu dari Tony itu.

"Iya. Katanya, ia tidak ingin kehilangan kesempatan karena sudah diterima di perusahaan besar. Dan katanya, kamu juga udah duluan keterima di sana. Betul?"

Anna mengangguk. "Iya, Tan."

"Anna. Ada yang mau Tante omongin." Nimas menarik lengan Anna, membawa gadis itu ke dalam kamar Badriah.

"Sama, Tan. Anna juga ada yang mau diomongin sama Tante."

Nimas menatap dalam bola mata Anne yang hitam kecokelatan. Ia pun melangkah menuju laci di meja jati tua yang ada di kamar itu, mengeluarkan nya lalu membalik laci itu dan mengambil sebuah amplop besar dari balik laci. Begitulah yang dilakukan Badriah saat menunjukkan kepada Nimas.

Nimas menyobek bagian atas amplop lalu mengeluarkan foto-foto Anna bersama sebuah keluarga kecil.

"Wah ini foto Anna waktu sekolah bersama adik tante yang di Sumatera kan?"

Nimas mengangguk.

"Setelah ayah dan ibu meninggal, nenek yang sangat sedih menitipkan Anne di sana selama dua tahun."

Nimas kembali mengangguk.

"Anna... kamu pikir nenekmu menitipkan kamu hanya karena sedih?"

Anna terdiam sejenak, lalu mengangguk.

"Kamu baca berita ini!" Nimas mengeluarkan beberapa potongan koran lama dari kantong nya.

Awalnya Anna tidak paham,

"Pewaris WG meninggal dunia karena kecelakaan bersama anak dan istri."

Anna melihat di sana foto ayah yang dikenalnya.

Pewaris WG? Bersama anak dan istri?

Anna menatap tak percaya kepada Nimas.

"WG... Wijaya Gruop? Ayah pewaris Wijaya Gruop?"

Wajah Anna pias. Jantung nya berdebar kencang.

"Ya!" Nimas mengangguk.

Ayahnya adalah pewaris dari perusahaan ternama di mana ia diterima bekerja?!

"Tidak mungkin!" Anna menggeleng.

"Itu benar Anna," ucap Nimas. "Kakek tua yang datang sebelum kematian nenekmu adalah pemilik Wijaya Group."

Anna kembali berfikir. Biasanya ia anak yang cemerlang, tapi kali ini otaknya terasa buntu. "Oke. Baiklah! Kalau itu benar, apa maksudnya meninggal bersama anak dan istrinya? Aku kan ga punya saudara, Tan?!"

Anna melihat perubahan ekspresi Nimas, merenung. Tidak mungkin! Jangan-jangan.

Nimas terisak. Setelah bertahun-tahun kenyataan itu tersimpan dari Anna dan Tony yang saat itu masih kecil dan tidak mengerti apa-apa, kali ini akhirnya ia bisa memberitahu Anna.

Anna pun memeluk Nimas. Tubuh mereka berdua berguncang.

Setelah keduanya tenang, Nimas melanjutkan.

"Ayah dan ibumu tidak meninggal karena kecelakaan!"

Anna terdiam. Inikah yang dimaksud nenek tentang rahasia kematian ayah-ibu?

"Waktu itu, kalian berencana pergi wisata dengan menggunakan kendaraan kami. Dulu kami tinggal di desa sebelah. Karena Ayahmu dan ayah Tony bekerjasama mengolah ladang, jadi mereka akrab." Nimas berhenti sebentar.

"Ranti..." Nimas tercekat. "Ranti, adiknya Tony merengek minta ikut." Nimas menarik napas. "Kami pun mengizinkan Ranti ikut kalian."

Anna tidak ingat peristiwa itu. Ia terlihat bingung.

"Saat itu kamu ada acara di sekolah. Ayah dan ibumu beserta Ranti berangkat dari rumah kami untuk menjemputmu untuk pergi untuk berwisata. Namun, baru saja ayahmu berangkat dari rumah, ayah Tony baru ingat kalau surat-surat mobil belum dibawa. Dan ayahnya Tony mengejar dengan motor lalu menyaksikan sendiri peristiwa nahas itu." wajah Nimas berubah pias. ia terdiam sejenak. "Sejak itulah, ayah Tony memiliki trauma dengan mobil dan kami tidak lagi membeli mobil meski memiliki uang yang cukup!" Nimas kembali mengusap air matanya.

"Maafkan Anna, Tan!" Gadis itu kembali memeluk Nimas. Tidak menyangka Nimas menyembunyikan kesedihan ini bertahun-tahun. "Apa yang Om lihat, Tan?"

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!