Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 8 Perhatian
Wajah Mia masih merona, padahal kejadian tadi sudah terlewat dan kini dirinya tengah menyiapkan makan siang untuk Tuan Mudanya.
"Tuan Muda Januar tidak suka makan daging, dia lebih suka sayur, seafood dan buah buahan. Jadi usahakan kau mengingatnya pengasuh Mia, jangan sampai teledor!"
Gerakan tangan Mia terhenti udara, gadis itu merubah haluan tangannya yang hendak meraih daging ayam, menuju sayur capcay dan udang asam manis.
"Aku mengerti Kepala Pelayan!" sahutnya tenang.
Mia menghirup napas, dan perlahan menghembuskannya. Sepertinya orang orang di rumah ini begitu kaku, kecuali Nyonya Eyang dan Janu pastinya.
Entah kenapa Mia merasa tatapan para pelayan di rumah ini begitu sinis dan tidak menyukainya. Apa mungkin dirinya sudah melakukan hal yang fatal, tapi tidak disadarinya?
Mia menggeleng pelan, gadis itu menipiskan bibir kala melihat piring makan untuk Januar sudah terisi penuh. Mia juga tidak lupa membawakan jus semangka dan satu gelas air putih.
Mia bergegas pergi, dia mengabaikan tatapan tidak nyaman dan bisik bisik para pelayan rumah ini. Mia merasa tidak memiliki masalah dengan mereka, jadi jalan terbaik adalah mengabaikannya.
Setiap langkah yang Mia ambil, ada sepasang mata yang selalu mengawasinya. Mata sendu itu menatap kagum pada Mia, dia berharap gadis cantik itu semakin dekat dengan cucunya.
🍭
🍭
🍭
Mia bersusah payah menempel card di pintu, bahkan nampan yang dia bawa hampir saja terjatuh kalau saja dirinya tidak sigap.
Mia menghembuskan napasnya kala pintu terbuka, gadis itu melangkah cepat- dia yakin kalau Januar sudah menunggunya.
"Janu?" panggilnya.
Dahi Mia mengernyit saat tidak menemukan anak asuhnya dimana pun.
"Janu, Mia udah bawa makan siangnya!"
Mia meletakan nampan di atas tempat tidur, kedua tungkainya melangkah menuju balkon kamar. Senyuman samar Mia terbit saat melihat Januar di sana.
Pria berkaos abu abu dan bercelana selutut itu tengah berdiri membelakanginya. Tatapannya tertuju ke arah halaman rumah besar keluarga Rajendra, sedangkan tangannya terlihat lihai memutar balikan rubik rumit yang selalu Januar bawa kemana pun.
"Janu disini? Mia nyariin loh," Mia pura pura merajuk, gadis itu ikut berdiri di sisi balkon.
Mia mengikuti tatapan Januar, dahinya berkerut kala tidak melihat hal aneh di bawah sana.
"Janu lihat apa sih? ayo makan dulu! Mia udah bawain capcay sama udang asam manis, Mia yakin Janu pasti suka,"
Mia kembali menghela napas, gadis itu mengusap dadanya pelan- mencoba menambahkan kadar kesabarannya.
'Sabar sabar, cewek sabar di sayang pacar,' gumamnya dalam hati.
"Ayo! Janu udah ngantuk, tapi kalau Janu enggak makan nanti bobo nya enggak nyenyak,"
Mia mematung, matanya berkedip pelan saat melihat Januar tersenyum padanya- bahkan anak asuhnya yang tampan rupawan itu memeluk lengannya erat.
Persis seperti anak anak yang tengah merayu ibunya agar tidak marah, setelah gagal membujuknya.
"A-ayo!"
Mia mengusap pelan lengan Januar, dia berusaha bersikap tenang dan sebiasa mungkin. Sikap anak anak yang di tunjukan Januar padanya, membuat Mia semakin nyaman dan yakin kalau dirinya bisa bertanggung jawab pada tugasnya.
Mia juga merasa Januar mudah di ajak kerja sama, bermain, dan berdiskusi saat mereka berinteraksi.
"Mia, suapin Janu kan?"
Mia mengembangkan senyum, gadis itu mengangguk penuh semangat. Dengan telaten Mia menyuapi Januar, gadis itu terkekeh dalam hati saat melihat sikap Januar yang terlihat menggemaskan di matanya.
Mulut pria itu penuh dengan makanan, namun kedua mata serta tangannya terus saja tertuju pada rubik rumit yang sedang di pegangnya.
"Janu enggak suka daging, Mia jangan kasih Janu daging ya," pintanya.
"Iya Mia tau Janu enggak suka daging, lihat Mia bawain udang sama sayur. Janu suka udang sama ikan kan?"
Mia tersenyum lembut, gadis itu tertawa kecil saat melihat Januar mengangguk seperti anak kecil. Bahkan Januar menggoyang goyangkan kepalanya, saat lidahnya merasakan rasa nikmat.
"Nanti malam Janu mau salad buah aja! enggak mau nasi!"
"Iya, nanti Mia buatin Janu salad buah,"
Januar tersenyum, pria itu membuka mulutnya lebar- saat makanannya sudah tertelan habis.
Tapi Januar mengatupkan mulutnya kembali, pria itu meraih sendok yang ada di tangan Mia. Lalu mengarahkan benda itu ke mulut pengasuhnya.
"Ayo, Mia juga harus makan sama Janu!"
Mia berkedip cepat, gadis itu tidak bersuara sedikit pun atau membuka mulutnya.
"Mia belum makan kan? ayo makan sama Janu, nanti kalau Mia enggak makan Mia bisa sakit,"
WOKE DEDE JANU😘😘😘😘
jadi pengasuh malah 🤗