"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra yang masih berbalut selimut, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK! "Kamu!" "Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu?" "Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!" "Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!" "Yakin?" "Yakinlah!" "Terus semalam yang minta lagi siapa?" "Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sandra kembali ke Apartemennya. Pikirannya masih terjebak oleh penawaran Gila yang diberikan oleh Revano.
"Emang Gila tih orang! Apa dia bilang? Nikah! Gak mungkin!"
Sandra bolak balik bagai setrika rusak tak tahu harus bagaimana menyelesaikan permasalahan Perusahaan.
"Ini semua gak bakal terjadi kalau Duo Racun gak bikin ulah! Emang paling tepat ngejauhin Mereka dari Papa. Biar nanti setelah Papa sembuh, Gue akan minta Papa depan Mereka! Cuma jadi benalu aja!"
Sandra mengumpat kesal. Dan Kini akibat masalah yang dibuat Andri Sandra kelimpungan membereskannya.
Sementara sekembalinya Revano bertemu dengan Sandra, Revano duduk di kursi kebesarannya dalam ruang kerja di Perusahaan miliknya.
Bukan sembarang Revano menawarkan menikah pada Sandra.
"Paling tidak, Aku akan bebas dari tuntutan Opa untuk kembali pada Yasmin. Toh gadis itu juga sudah memberikan hal yang paling berharga miliknya padaku. Aku gak rugi-rugi amat lah!"
Seorang Revano Narendra masih saja menganggap pernikahan yang Ia sendiri usulkan sebagai ajang bisnis.
"Ya, Perempuan itu gak punya pilihan. Dan A Crop sepertinya sangat berarti untuknya." Revano mengetuk-ngetuk jemarinya dan yakin bahwa keputusan yang Ia ambil paling tepat.
Sementara di Rumah Sakit, drama yang terjadi adalah Aisyah dan Andri memaksa masuk ingin melihat kondisi Papa Armando.
"Saya ini Istrinya Tuan Armando. Jadi tidak ada hak siapapun melarang Saya untuk menemui Suami Saya. Suami Saya membutuhkan Saya saat ini!" Bentak Aisyah pada penjaga yang menghalanginya masuk.
"Benar itu! Siapa yang melarang Bunda dan Aku menemui Papa!" Andri yang juga tersulut emosi kini pasang badan melindungi Ibunya.
"Ada apa ini!"
"Pasti Lo kan yang nyuruh Mereka buat larang Kita masuk jenguk Papa!" Andri berjalan mendekat langkahnya tinggal beberapa senti dari hadapan Sandra.
"Iya! Kenapa! Gak suka!" Tak takut, Sandra menantang balik Andri.
"Sayang, Bunda yakin Kamu tidak serius kan? Bunda mau menjaga Papamu Nak,"
Sandra muak! Mau muntah setiap kaki Aisyah berpura-pura bersikap baik kepada dirinya.
"Lo mending bawa nyokap Lo pergi dari sini! Sebelum Gue suruh Mereka nyeret Kalian berdua!"
"Lo kenapa kurang ajar sama Nyokap Gue! Oh jadi ini sifat asli Lo! Lo juga mau rebut Perusahaan Papa kan?"
"Apa Lo bilang, merebut! Eh! Denger ya Anak Dajjal! Lo gak pantes ngomong begitu sama Gue! Bagaimanapun Gue anak kandung Papa! Dan Lo harus inget siapa Lo dan dimana posisi Lo anak tuyul!"
"Ada apa ini ribut-ribut?"
Andri menatap menatap tidak suka akan kehadiran Om Seno. Sedangkan Sandra merasa ada pihak yang sedang membelanya.
"Begini Mas Seno," Aisyah mengulum bibirnya.
Tahu kalau Seno tak suka Dia memanggil seperti itu dan menghentikan bicaranya.
"Maaf Bu Aisyah, sekali lagi tolong jaga anak Anda, jangan buat ribut. Ini Rumah Sakit. Dan Kamu Andri, sudah cukup selama ini Saya diam. Saya hanya menghormati Armando sebagai atasan sekaligus sahabat Saya. Dan mulai sekarang Sandra yang akan memegang kendali dan memimpin perusahaan. Saya harap Anda bisa menasehati anak Anda Bu Aisyah agar sadar posisinya dimana."
Tatapan menusuk dan rasa tidak suka Om Seno memang sejak dulu bahkan saat tahu Armando menikah lagi dengan dirinya.
Bukan cemburu. Tapi Seno menganggap Aisyah penyebab kematian Mamanya Sandra.
Meski jalan hidup seorang manusia adalah takdir yang maha kuasa tapi Seno yakin ada keterlibatan Aisyah di dalamnya.
Tak mau tambah malu, Aisyah segera menarik Andri agar pergi dan meninggalkan Rumah Sakit.
Sandra menatap layar kaca di depan ruang ICU. Kondisi Papa Armando masih sama. Hanya suara bunyi dari alat-alat yang terpasang dibadannya saja. Tak ada respon meski nafas masih teratur dibantu oleh alat pacu jantung yang masih melekat di dada Papa Armando.
"San," Om Seno sudah tahu bahwa pertemuan Sandra dan Revano tak berjalan dengan lancar.
"Om, haruskah Aku menerima tawaran Tuan Revano. Tapi, apakah bisa Aku menyelesaikannya sementara Papa masih berbaring Koma?"
Sandra menatap Om Seno, "Ada apa San, cerita sama Om?"
Dengan tatapan kembali pada Sang Papa tang masih tertidur dengan damai Sandra buka suara, "Tuan Revano memberikan penawaran untuk semua masalah yang Kita hadapi dengan solusi yang membuat Aku ragu Om,"
"Maksud Kamu apa? Om tidak mengerti."
"Menikah."
"Menikah? Kamu dan Tuan Revano?"
"Ya. Dia memberikan solusi itu. Agar bisa menyelesaikan secara internal dan para pemegang saham tetap yakin untuk stay di Perusahaan. Persoalan yang dibuat Cecunguk itu tidak sederhana Om. Dia menggadaikan Perusahaan Papa. Dia menyalahi aturan kontrak kerjasama dan disana tertera tanda tangan Papa. Asli. Dan kalau Aku tidak bisa menyelesaikannya maka Perusahaan alan diambil alih oleh Narendra Group."
Om Seno menarik nafas berat. Sejujurnya kondisi A Crop dan Sandra bagai buah simalakama.
"Om, Aku harus bagaimana? Satu sisi Aku begitu ingin menjaga Apa yang Papa miliki, tapi disatu sisi, apakah Aku harus melangkah sejauh ini?"
"Andin, Aku sedih melihat Putrimu seperti ini? Tapi Aku tidak bisa menolongnya. Aku gagal menjaga Putrimu Din. Armando, lekas bangun Bro! Putrimu tak harus menanggung beban seberat ini,"
"Om, tolong tanyakan seperti apa jika memang Aku harus menikah disaat Papa sedang terbaring tak sadarkan diri. Apakah bisa Aku menikah dengan wali hakim."
"Kamu yakin San? Kamu tak harus menerima solusi itu. Kita pikirkan sama-sama."
"Ini solusi paling cepat dan paling menguntungkan untuk semuanya Om."
"Baiklah San, Om akan cari tahu dan akan mengurus segalanya jika memang keputusanmu sudah bulat."
"Makasi Om. Om,"
"Ya San,"
"Tolong selalu dampingi Aku dan Papa. Kami masih membutuhkan Om."
"Iya. Pasti."
*
"Tuan, Tuan Seno dari A Crop ingin bertemu."
"Suruh masuk."
Revano menanti dengan tangan melipat dan tatapan tak lepas dari sosok yang terlihat tenang namun menyimpan segudang rahasia dihadapannya.
"Tuan Seno, apa kabar?" Revano bangkit, mengulurkan angannya pada Om Seno.
"Kamu benar-benar ingin menikahi Angelina Casandra?"
Dengan senyum dan kembali menyilangkan kedua tangannya, Revano menatap balik pria paruh baya dihadapannya yang sangat tenang namun terlihat garang.
"Ya. Jika memang Nona Angelina setuju. Saya tidak memaksa. Hanya saja solusi itu paling baik bukan?"
"Bagi Saya Sandra bukan sekedar anak daei atasan Saya. Armando san Andin adalah kedua sahabat Saya. Mereka orang tua Sandra. Kini, Armando sedang terbaring di ruang ICU, aoakah mungkin melakukan pernikahan? Tolong pertimbangkan bagaimana perasaan Sandra dalam hal ini."
Revano manggut-manggut namun kemudian senyum tipis menghiasi wajahnya dan perlahan drngan langkah pelan, Revano berjalan mendekat kearah Om Seno, "Sebenarnya Saya enggan mengatakan hal ini, tapi sepertinya Tuan Seno harus tahu sesuatu,"
Wajah penasaran Om Seno menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Revano, dengan membungkukan sedikit tubuhnya, Revano berbisik di telinga Om Seno, "Sepertinya Tuan Armando akan segera memiliki Cucu, karena Saya dan Angel pernah menghabiskan malam bersama."
"Apa?!"