Ayuna Sekar, gadis yatim piatu yang tulus dan pekerja keras, dikhianati oleh tunangannya sendiri—pria yang selama ini ia biayai hidup dan kuliahnya. Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya, ia justru dipermalukan dan dihina hingga mengalami serangan jantung.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua—kembali tiga hari sebelum hari itu. Kali ini, Ayuna membalikkan takdir. Ia membatalkan pernikahan dan nekat menikahi seorang satpam tampan bernama Arjuna.
Tanpa ia tahu, Arjuna adalah seorang miliarder yang menyamar. Pernikahan sederhana mereka penuh tawa, cinta, dan kejutan. Dan Ayuna akan membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah butuh harta... tapi hati yang setia.
Ayo ikuti keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
Beberapa hari kemudian…
Sebuah mobil tua pinjaman berhenti di depan gang kecil menuju rumah kontrakan Arjuna dan Ayuna. Dari dalam mobil, turun satu per satu keluarga besar yang berpakaian sangat “merakyat.” Kakek pakai celana bahan dan sandal swallow. Nenek bawa tas jinjing batik. Mami dan Papi mengenakan kemeja polos dan baju hasil belanja di pasar pagi.
Sepupu-sepupu Arjuna? Tak kalah niat. Alvin mengenakan kaos oblong dan celana pendek, Rio Pakai kemeja pendek , dan Celine bahkan pakai sandal jepit.
“Gue ngerasa kayak main film dokumenter,” gumam Celine sambil menatap rumah kecil di ujung gang.
“Syukurin! Biar lo ngerasain rasanya hidup nggak ada AC,” timpal Rio sambil cekikikan.
“Tenang, kita cuma sehari dua hari. Fokus ya, inget peran masing-masing. Kita keluarga dari daerah,” bisik Arjuna yang menyambut mereka di depan pintu.
“Ayuna pulang bentar ke minimarket. Ini kesempatan kita nyiapin peran sebelum dia balik.”
---
Di dalam rumah...
“Rumah begini nih yang adem. Rumah Arjuna yang di Jakarta tuh kebanyakan marmer, bikin pegel kaki,” celetuk sang nenek
“Nek! Jangan keceplosan!” tegur Mami cepat.
“Lho... iya ya? Hehehehe... lupa!”
---
Ayuna Pulang...“Assalamu’alaikum... Mas, aku beli sambel terasi kesukaanmu...”
Ayuna tertegun begitu masuk dan mendapati ruang tamu penuh orang asing. “Oh! Maaf... ini...?”
Arjuna langsung maju, tersenyum. “Na, kenalin... ini keluarga besar aku. Mereka baru datang tadi siang. Nggak sempet kabarin kamu, soalnya spontan banget.”
Ayuna membungkuk sopan, wajahnya masih kaget. “Oh... iya, maaf ya rumahnya berantakan... Salam kenal semua, maaf jika saya belum sempat menemui keluarga besar mas arjuna”
“Tidak masalah nak” jawab Mami dengan ramah, lalu menggenggam tangan Ayuna. “Aduh, kamu cantik banget, Nak. Pantas anakku milih kamu.”
Ayuna tersipu.
Alvin sudah asik mengangkat galon air. “Dimana dapur, Mbak Ayuna? aku biasa gantiin air galon di rumah.”
“Ya ampun, Kak... nggak usah, nanti saya aja—”
“Nggak apa-apa. Rumah ini udah kayak rumah sendiri!” jawab alvin
Ayuna nyaris terharu. Dalam benaknya, “Wah... keluarga Mas Arjuna walau sederhana, tapi sangat hangat...”
---
Malam Hari
Mereka semua makan malam bersama. Ayuna masak sayur asem, tempe goreng, dan sambel terasi. Semuanya makan lahap dan memuji masakan Ayuna.
Padahal diam-diam, Mami dan Bibi sangat menyukainya dan minta di ajari, mereka biasanya makan masakan mahal tapi tidak pernah senikmat ini. Mereka menyukainya bahkan yang lain sampai nambah
Celine bahkan sibuk memotret makanan. “Eh... eh maksudnya... ini buat dokumentasi keluarga! Bukan buat IG!” katanya grogi saat hampir keceplosan.
Arjuna tersenyum geli. Ia tidak menyangka semuanya akan semenyenangkan ini.
Setelah makan malam, Ayuna duduk di teras berdua dengan Mami.
“Mami... eh, Tante... eh, Ibu... Aku panggil apa ya?” tanya Ayuna gugup
“Panggil Mami aja,” jawab Mami sambil tersenyum lembut.
“Aku bahagia banget Mas Arjuna punya keluarga seperti kalian... Aku takut nggak bisa jadi istri yang sempurna buat dia.” ujar Ayuna pada sang mami
Mami menggenggam tangan Ayuna. “Nak, Arjuna itu keras kepala, tapi hatinya lembut. Dan kamu... sudah berhasil masuk ke dalam hatinya. Itu lebih dari cukup.”
---
Malam Menjelang Tidur
Di kamar, Arjuna berbisik pada Ayuna.
“Gimana menurutmu soal keluarga besar kita?”
Ayuna tersenyum. “Aneh. Tapi hangat banget. Mereka kayak keluarga beneran.”
Arjuna membalas senyum itu. “Mereka memang beneran keluarga.”
"Tapi... bukan seperti yang kamu kira", batin Arjuna
---
Keesokan Harinya...
Mereka semua berencana tinggal beberapa hari untuk "liburan" bersama Arjuna dan Ayuna. Ayuna tak curiga sedikit pun, bahkan menyiapkan jadwal jalan-jalan ke taman kota dan pasar malam.
Tapi ada satu hal yang tidak mereka tahu:
Revan diam-diam sudah mengetahui alamat baru Ayuna. Dan ia sedang merencanakan sesuatu.
---
Siang itu, rombongan keluarga “besar” Arjuna tengah bersiap-siap untuk jalan-jalan ke taman kota. Ayuna sudah heboh dari pagi menyiapkan bekal—nasi uduk, ayam goreng, dan kerupuk udang. Di tengah dapur mungilnya, ia sibuk membungkus semua ke dalam wadah plastik.
“Astaga, ini masakan atau logistik bencana?” celetuk Celine sambil memotret Ayuna yang tengah berkeringat.
“Udah-udah, bantu aja bukannya komentar,” tegur Mami yang sedang melipat tikar.
Sementara itu, Alvin dan Rio sibuk mencari kaos oblong paling “ndeso” yang mereka punya. Mereka ingin total dalam penyamaran. Rio bahkan menambahkan bedak bayi di wajah agar kelihatan lebih kusam.
“Gue takut nanti viral karena dikira cosplay keluarga sinetron 2000-an,” keluh Rio.
“Aku justru suka... Jadi berasa bonding keluarga beneran,” kata Celine pelan.
Arjuna hanya tersenyum melihat kehebohan itu. Diam-diam, ia merasa... mereka semua benar-benar sedang berubah. Bukan cuma berpura-pura jadi keluarga “rakyat,” tapi seolah mereka menikmati peran itu—karena Ayuna.
---
Taman Kota – Sore Hari
Ayuna dan keluarga Arjuna berpiknik di bawah pohon rindang. Anak-anak kecil berlarian. Penjual es krim lewat dengan musik dangdut yang nyaring. Ayuna terlihat tertawa lepas saat Alvin menyuapkan kerupuk ke mulut Rio, lalu malah patah dan kena mata.
“Aduh! Ini kerupuk apa ninja shuriken?!” teriak Rio.
“Pasti karena kerupuknya homemade,” celetuk nenek bangga. “Kerupuk buatan kampung saya selalu keras!”
Ayuna tak henti-hentinya tertawa. Untuk pertama kalinya setelah semua luka, ia merasa lengkap. Dikelilingi orang-orang yang menyayanginya, meski ia tak tahu siapa mereka sebenarnya.
Sementara itu...
---
Malam Hari – Rumah Kontrakan
Setelah hari yang panjang, semua sudah tertidur. Ayuna duduk di depan rumah bersama Arjuna, mengelus perutnya yang terasa sedikit begah setelah terlalu banyak tertawa dan makan gorengan.
“Gila ya... hari ini kayak mimpi,” gumamnya.
“Mimpi buruk?” tanya Arjuna, pura-pura cemberut.
Ayuna tertawa. “Mimpi indah... Aku nggak nyangka keluarga kamu seramah itu. Walau... agak aneh juga sih. Beda sama bayanganku.”
“Ya... Kadang kenyataan lebih seru dari imajinasi,” balas Arjuna, pandangan matanya penuh arti.
Ayuna menatap langit. “Mas... aku takut kebahagiaan ini cepat berlalu.”
Arjuna meraih tangan Ayuna. “Nggak akan. Aku janji, aku lindungi kamu. Dari siapa pun.”
Bersambung
lanjut