NovelToon NovelToon
Apocalypse: Akhir Dunia Disekolah

Apocalypse: Akhir Dunia Disekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Zombie
Popularitas:540
Nilai: 5
Nama Author: Shuhajar@24

Saat semuanya masih dalam keadaan damai situasi yang tak disangka terjadi.

Virus yang entah datang dari mana menguasai sekolah saat melihat diberita dalam talian rupa-rupanya bukan hanya sekolah tetapi virus itu telah merebak diseluruh dunia saat ini.


Bagaimana caranya untuk mereka bertahan hidup diakhir dunia yang seperti ini?

yuk ikuti kelanjutannya..jangan lupa ninggalin jejak kalian dengan Like dan komen Author ya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shuhajar@24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

sesaat ShuFia tidak dapat meneruskan ucapannya ia terlalu berat dan sakit untuk diutarakan sendiri olehnya,ia berasa ragu-ragu untuk memberitahu apa yang terjadi pada Zane dan Kyla saat itu,

'sepatutnya aku tidak meninggalkan mereka saat itu, sepatutnya mereka ikut sekali bersama kami..sial..ini salah ku..'batin ShuFia merasa sesak dan bersalah pada dirinya sendiri saat itu ia tidak bisa bilang sendiri pada Liam ia tidak sanggup lagi untuk berkata-kata.

Ekspresi Liam bertukar serius apabila dia menyedari keraguan ShuFia. Dia melangkah ke hadapan, meletakkan tangan yang menghiburkan di bahunya. "apa yang berlaku? Di manakah Zane dan Kyla?"

Bilik itu sunyi, berat kata-kata ShuFia yang tidak diucapkan tergantung berat di udara. Aiden bertukar pandangan dengan Erika, mengetahui bahawa mereka perlu memberitahu Liam yang sebenarnya.

Aiden menarik nafas dalamdalam, suaranya rendah dan berat dengan emosi. "Mereka sudah tiada, Liam. Kami menjumpainya di makmal... tetapi mereka sudah dijangkiti."

Wajah Liam pucat, matanya melebar kerana terkejut dan tidak percaya. "tidak... itu tidak boleh. Mesti ada beberapa kesilapan."

Iris tersentak, tangannya terbang ke mulutnya. "ya Tuhan..."

Erika bergerak lebih dekat ke Liam, meletakkan tangan lembut di lengannya. "Saya minta maaf, Liam. keduanya sudah melakukan semua yang mereka boleh...jadi jangan salahkan mereka berdua"

walaupun Erika sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada keduanya tapi ia bisa tembak hanya dengan sekali lihat Kerna ia juga kehilangan sosok yang berharga buat dirinya Kerna situasi ini,

Air mata mengalir di pipi Liam ketika dia bergelut untuk memproses berita itu. Realiti keadaan mereka tenggelam rakan-rakan mereka Zane dan Kyla telah tiada, dan mereka berjuang untuk terus hidup menentang musuh yang tidak dikenali hingga saat ini

"Sial..sepatutnya mereka ikut bersama kita saja jika tahu akan terjadi seperti ini..sial"

ujar liam menendang kotak yang berhampiran di kaki nya saat itu ia kesal pada dirinya ia tidak menyalahkan mereka berdua tetapi ia menyalahkan dirinya sendiri saat itu langsung tidak terpikirkan hal itu.

"Liam..maaf..ini radio yang sempat aku ambil saat itu..sebelum kami mengurung Zane dan Kyla..di makmal..kami tidak membunuh mereka tapi..mereka bukan lagi Zane dan Kyla yang kita kenal"

ungkap Aiden saat itu membuat liam mengenggam radio pemberian Aiden saat itu situasi itu terjadi tanpa mereka duga,dan menyesal sekarang sudah tidak lagi berguna di situasi seperti ini banyak hal yang tak bisa mereka prediksi apa yang akan terjadi di asa depan.

"Liam..yang penting sekarang kita harus mengumpul semangat untuk terus bertahan hidup disituasi seperti ini"

ujar Aiden memberikan semangat kepada Liam dan semuanya walau dalam hatinya turut bersedih tetapi ia tidak ingin memperlihatkan kesedihan itu kepada semuanya kerna ia tahu ia harus menunjukkan contoh yang baik buat mereka ia tak boleh goyah di saat situasi mereka seperti ini.

ShuFia menjauh dari yang lain saat itu,

saat ShuFia seakan kehilangan sebahagian semangatnya dalam menghadapi hal seperti ini, energy nya seakan menghilang tanpa jejak tangis dirinya mula terlihat.

ia menjauh dari semuanya ke bahagian belakang dapur di tengah kesunyian itu,

ShuFia terdiam sambil mengingati ingatan mereka berlima melakukan projek bersama di bilik makmal, berseronok dengan ingatan memori yang mula datang di pikirannya saat itu yang secara tidak langsung mempengaruhi dirinya serta-merta membuatnya menangis dalam diam.

Saat itu Aiden mengikuti jejak langkah ShuFia dan terhenti di balik bayangan ShuFia saat itu,terlihat seperti orang yang kehilangan semangat nya kala itu yang dilihat dari Aiden.

'ShuFia anda selalu berlagak kuat dihadapan orang lain tapi anda tidak bisa menahannya saya tahu Kerna saya mengenal anda lebih dari yang anda tahu'batin Aiden hanya berdiri di balik bayangan ShuFia kala itu.

Hati Aiden sakit ketika dia melihat ShuFia menangis secara senyap, mengingati saat-saat gembira yang mereka kongsi dengan Zane dan Kyla. Dia bergerak ke sisinya, melingkarkan lengan di bahunya dan menariknya dekat.

Liam mengesat air matanya, ekspresinya mengeras dengan keazaman. "Kita tidak boleh membawa mereka kembali, tetapi kita boleh menghormati ingatan mereka dengan terus hidup. Itulah yang mereka mahukan."

Iris mengangguk, suaranya stabil walaupun kesedihan di matanya. "Liam betul. Kita perlu memberi tumpuan untuk terus hidup dan mencari jalan keluar daripada mimpi ngeri ini."

Erika memandang setiap daripada mereka secara bergilirgilir, pandangannya tertumpu pada ShuFia. "ShuFia, pemikiran pantas anda telah membuatkan kami hidup setakat ini. Kami memerlukan anda untuk membantu kami menyusun strategi langkah seterusnya."

ShuFia menghidu, mengesat air matanya dan menarik nafas dalam-dalam. "okey... okey. Mari kita fikirkan perkara ini. Kita memerlukan bekalan, senjata, dan tempat yang selamat untuk berkumpul semula."

ShuFia akhirnya mencoba untuk melepaskan rasa sedih itu supaya tidak berlarutan Kerna ini bukan saja berkaitan dengan nyawanya tetapi nyawa orang-orang yang berada disini saat ini,sekarang mereka terlihat sangat bergantung kepada dirinya jadi ia harus kuat buat mereka dan bukan hanya dirinya saja yang bersedih saat ini.

"Baiklah untuk menetapkan strategi seterusnya kita akan mulakan sesi perkenalan diri semula... saya ShuFia dari kelab sains tahun ketiga"

Mereka memulakan sesi perkenalan diantara mereka seraya berharap situasi mereka akan sedikit sebanyak lebih membaik lagi dari situasi yang mengerikan saat ini,mereka tahu diluar mereka akan lebih buruk dari saat ini jadi mereka harus menghargai waktu-waktu mereka saat ini sedikit sebanyak membantu mental mereka untuk bertahan.

Erika mengangguk, melangkah ke hadapan. "Saya Erika, guru kesihatan sekaligus pakar perubatan Saya telah berkhidmat di sekolah selama lima tahun mohon kerjasama untuk kedepannya."

Aiden berdeham. "Saya Aiden, presiden majlis pelajar tahun ketiga. Saya berada dalam kelab yang sama dengan ShuFia."

Liam mengangkat tangannya. "Liam, naib presiden majlis pelajar tahun ketiga. Juga dalam kelab yang sama dengan Aiden."

Iris tersenyum lembut. "Saya Iris, presiden kelab memanah tahun ketiga. Saya sedang berlatih di gim apabila terjadi kekecohan saya bersembunyi di sini."

Kumpulan itu terdiam seketika, masing-masing hilang dalam fikiran mereka sendiri. Perkenalan itu berfungsi sebagai peringatan tentang kenormalan yang telah mereka hilang, dan ikatan yang kini mereka kongsi sebagai mangsa yang terselamat.

ShuFia memecah kesunyian, suaranya tegas dengan tujuan. " Baiklah, kita akan tetapkan begitu kerna sekarang setelah kita mengenali satu sama lain dengan lebih baik, mari kita fokus pada langkah seterusnya. Kita perlu mengamankan kantin ini dan mengumpul bekalan. jika bisa secepatnya sebelum wajah virus ini tersebar luas lagi"

ujar ShuFia ditanggapi oleh yang lain dengan anggukan kepala setuju tanpa bantahan.

Bersambung

jangan lupa Like dan komen ya supaya Author bisa lebih semangat lagi buat update nya..

1
Shu@08
semangat untuk diri sendiri walau masih tidak jalan juga mahu gimana lagi..tetap semangat ya
Siti sarimas Ar-rashid
malas nk komen banyak, semangat wak cerita ni kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!