NovelToon NovelToon
Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita / Bad Boy / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yourhendr

Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Pemaksaan

Liora menghela napas panjang, jemarinya menekan pelipis seakan ingin menahan beratnya beban yang terus menghantam. Di hadapannya, tumpukan kertas laporan yang baru saja selesai ia susun rapi tampak seperti sebuah kemenangan kecil di tengah kehidupannya yang berantakan. Perempuan itu menutup mata sejenak, membiarkan rasa lelah menenggelamkan dirinya.

Sejak beberapa minggu terakhir, hidup Liora terasa seperti sebuah kutukan. Ia tidak lagi mengenali dirinya sendiri; setiap detik dipenuhi kekhawatiran, amarah, sekaligus kesedihan yang bercampur menjadi satu. Rasanya seperti terjebak dalam lorong gelap tanpa ada cahaya di ujungnya.

Nada dering ponsel tiba-tiba memecah keheningan ruang kerjanya. Liora mendesah malas, mengulurkan tangan meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Saat matanya menangkap nama di layar, hatinya mencelos. Mom.

Wajahnya seketika berubah; tatapan kosong, bibir yang semula mengerucut pelan, kini terkatup rapat. Ia membeku beberapa detik, seolah tak yakin harus apa. Sudah tiga tahun sejak Liora meninggalkan Gainesville, Florida, demi pekerjaan di New York. Sejak saat itu, jarak antara dirinya dan kedua orang tuanya semakin terasa nyata, bukan hanya karena jarak ribuan kilometer, tapi juga karena kebohongan yang ia pelihara.

Ia tahu, sekali saja ia mengangkat telepon, pertanyaan itu pasti muncul: “Bagaimana persiapan pernikahanmu dengan Kevin?” Dan Liora belum siap menghadapinya. Ia menelan ludah, jari-jarinya gemetar sebelum akhirnya menekan tombol merah.

“Maaf, Mom,” gumamnya lirih. Dengan cepat ia ketik pesan singkat: ‘Sedang meeting. Aku telepon nanti.’ Sebuah dusta lagi.

Liora meremas ponselnya erat, rasa bersalah menusuk dadanya. Namun apa boleh buat? Ia tak ingin orang tuanya tahu bahwa pertunangannya dengan Kevin, pria yang dulu ia kira akan menjadi takdirnya, kini tinggal puing. Ia masih butuh waktu, setidaknya untuk menguatkan hatinya sendiri.

Bangkit berdiri, ia merapikan kertas laporan, lalu menatap bayangan dirinya di cermin. Mata sembap yang tadi pagi masih jelas, kini sedikit mereda. Untunglah, ia tak perlu lagi menyembunyikannya di balik kacamata hitam. Liora mengatur napas, mencoba meneguhkan hati. Hari ini ia harus tetap bersikap profesional, apa pun yang terjadi.

Felix Dawson. Nama itu saja sudah cukup membuatnya ingin lari jauh. Pria itu adalah CEO baru perusahaan tempatnya bekerja—dan sayangnya, pria yang sama dengan siapa Liora pernah melakukan kesalahan besar: one night stand. Sejak malam itu, hidupnya berubah kacau. Ia ingin melupakan, namun justru takdir seakan terus mempertemukan mereka.

Namun, pekerjaan adalah pekerjaan. Selama ia masih terikat kontrak, ia tak punya pilihan selain menghadapi Felix. Di luar sana mungkin ada ribuan lowongan kerja, tapi untuk menemukan yang sesuai dengan pengalamannya, dengan gaji yang cukup untuk bertahan hidup di New York? Bukan hal mudah.

Liora melangkah ke ruangan Felix. Ia mengetuk pintu pelan, mendengar suara bariton khas Felix yang menyuruhnya masuk. Saat itu, ia melihat Stella, salah satu direktur utama, baru saja berpamitan. Liora buru-buru menunduk sopan.

Felix duduk santai di kursi kebesarannya. Tatapannya jatuh pada Liora yang masih berdiri di ambang pintu. “Kau hanya ingin berdiri di sana?” suaranya rendah, tenang, namun mengandung dominasi yang tak bisa diabaikan.

Dengan langkah hati-hati, Liora menghampirinya lalu menyodorkan dokumen. “Ini laporan yang Anda minta, Tuan Dawson.”

Felix menerima laporan itu, membuka lembar demi lembar, matanya bergerak teliti. Liora menahan diri untuk tidak gelisah, meski jantungnya berdetak kencang. Awalnya, ia menduga Felix akan mencibir atau menemukan kesalahan. Namun alis pria itu justru terangkat tipis—ekspresi yang jarang muncul.

Laporan itu rapi, detail, tidak menunjukkan sedikit pun bahwa sang penyusunnya sedang patah hati. Dalam hati, Felix mengakui, Liora adalah pekerja yang luar biasa.

Ia menutup berkas itu, lalu mendongak. Senyuman samar tersungging di bibirnya. “Aku kira wanita patah hati sepertimu akan bekerja berantakan. Rupanya aku salah besar.”

Tatapan Liora membalas dengan tenang. “Saya dibayar untuk bersikap profesional, Tuan Dawson. Itu yang akan selalu saya lakukan.”

Felix bangkit, langkahnya mendekat, membuat udara di ruangan seolah menipis. “Bagus. Aku suka caramu berpikir.” Suaranya semakin dekat, aroma parfumnya menyeruak, memaksa indra Liora menyerah. “Tapi, kau memakai kacamata hitam tadi pagi. Itu bukan karena begadang, kan? Itu karena kau menangis semalaman.”

Wajah Liora memerah. “Tidak! Aku hanya kurang tidur.” Nada suaranya meninggi, lebih seperti pertahanan rapuh.

Felix terkekeh, rendah, seakan menertawakannya. “Kau bisa menipu banyak orang, tapi tidak denganku.”

Kepalan tangan Liora mengepal. “Anda tidak tahu apa pun tentang saya, Tuan Dawson.”

Felix menunduk sedikit, senyumnya penuh arti. “Satu malam bersamamu, cukup membuatku tahu lebih banyak daripada rekan kerjamu yang lain. Dan sekarang kau karyawanku. Tentu saja aku semakin mengenalmu.”

Jarak mereka tinggal sejengkal. Liora tercekat, tubuhnya tegang. Ia ingin lari, tapi kakinya seperti tertancap. Saat Felix menyentuh dagunya, mengangkat wajahnya agar mata mereka bertemu, Liora hampir kehilangan kendali.

“Laporanmu sempurna,” bisik Felix, suaranya serak menggoda. “Tapi menangisi pria yang sudah tak lagi menginginkanmu? Itu konyol. Lebih baik kau nikmati hidupmu, seperti malam itu. Kau tahu? Aku sangat menyukai berada di dalammu.”

Kata-kata vulgar itu menghantam keras. Pipi Liora terbakar malu sekaligus marah. “Jika tidak ada lagi yang Anda butuhkan, saya pergi,” katanya terburu-buru, sebelum berbalik dan keluar ruangan.

Heels tingginya nyaris membuatnya oleng, tapi ia tetap berhasil menjaga langkah hingga pintu tertutup rapat.

Di dalam ruangan, Felix menyandarkan tubuh ke kursi, mengambil segelas wine. Senyum tipisnya masih tersisa. Baginya, cukup sedikit godaan untuk membuat Liora salah tingkah.

---

Sore itu, jam pulang kantor tiba. Liora yang biasanya betah menumpuk pekerjaan, kali ini justru bergegas. Ia hanya ingin segera meninggalkan gedung, menjauh dari Felix, dan pulang untuk menenangkan pikirannya.

“Liora? Pulang sekarang?” tanya Rose, sahabat sekaligus rekan kerjanya, heran melihat Liora yang terburu-buru.

“Ya, Rose. Aku ingin istirahat di rumah.”

Alis Rose terangkat curiga. “Terburu-buru sekali. Jangan-jangan kau ada janji kencan dengan Kevin?”

Liora langsung menatapnya dengan jengah. “Rose, tolong. Jangan bahas Kevin.”

Rose semakin bingung. “Kenapa? Bukankah biasanya kau tak henti-henti membicarakan Kevin, apalagi setelah lamaran itu? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Liora hanya mendesah. “Aku benar-benar ingin pulang. Tolong jangan bahas dia lagi.” Ia lalu meninggalkan Rose yang berdiri dengan wajah penuh tanya.

---

Di perjalanan pulang, mobil Liora melaju tenang membelah jalanan Brooklyn. Langit sore cerah, namun wajah Liora tetap kusut. Ia merasa kepalanya penuh benang kusut yang sulit diurai.

Biasanya, jika sedang kacau karena masalah pribadi, Liora melarikan diri dengan bekerja lebih lama. Namun kali ini berbeda—ia hanya ingin pulang, bersembunyi dari semua orang.

Namun, takdir seakan ingin mempermainkannya. Mobilnya tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Mesin masih menyala, tapi ban terasa berat. Jantung Liora berdetak panik. Ia menepikan mobil, keluar, dan menemukan ban depan mobilnya kempis parah.

“Tidak… tidak… astaga!” Ia mengumpat frustrasi. Ban itu benar-benar pecah, terkena ranjau kecil yang entah dari mana. Dan parahnya, ia sama sekali tidak tahu cara mengganti ban.

Ia hendak mengambil tas dari dalam mobil ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Liora membeku. Saat pintu terbuka, sosok yang paling ingin ia hindari muncul dari sana. Felix Dawson.

Astaga, kenapa harus dia lagi?

Felix menoleh sekilas ke arah ban, lalu ke wajah Liora. “Banmu bocor.”

Liora menjawab dingin, “Ya, aku tahu.”

“Ayo naik. Aku antar pulang. Orangku akan mengurus mobilmu.”

Liora langsung menolak. “Tidak perlu. Aku bisa urus sendiri. Terima kasih.”

Felix mengangkat sebelah alisnya, tatapannya penuh tantangan. “Benarkah? Dari tadi aku lihat kau hanya berdiri diam, tidak melakukan apa pun.”

Mulut Liora terbuka hendak membalas, namun tak sempat. Felix tiba-tiba meraih pergelangan tangannya, menariknya dengan paksa menuju mobil.

“Felix! Apa yang kau lakukan? Lepas!” Liora memberontak, namun genggamannya terlalu kuat.

Ia terdorong masuk ke kursi penumpang. Pintu langsung ditutup, terkunci rapat. Nafas Liora memburu, wajahnya merah karena marah sekaligus tak percaya.

“Felix, kau gila!”

Pria itu duduk di kursi pengemudi, menyalakan mesin. “Aku hanya tidak punya waktu melihatmu berpura-pura kuat. Aku antar kau pulang, selesai.”

Liora terdiam, menatapnya tajam penuh kebencian. Lagi dan lagi, ia terjebak. Semakin ia berusaha menjauh, semakin kuat pula takdir menariknya kembali ke sisi pria itu.

Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang menemani. Namun, di dalam hati Liora berteriak. Ia tidak tahu sampai kapan bisa bertahan menghadapi Felix Dawson—pria yang perlahan membuat benteng pertahanannya runtuh, sedikit demi sedikit.

1
🦋™Chanzi®🦋
Aku mampir kak.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah
bububbb
semangat kakak🥰
Piwpiwputri Pubg
BANTU RAMAIKAN NOVEL BARU AKU YUK 🫶
bububbb
keren banget kak...
kinggg
semangat thor
Yourhendr
bikin hati deg deg an, tunggu episode selanjutnya.!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!