NovelToon NovelToon
Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Status: tamat
Genre:Toko Interdimensi / Tamat
Popularitas:383
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Bayang-Bayang yang Tidak Pergi adalah sebuah novel puitis dan eksistensial yang menggali luka antar generasi, kehancuran batin, dan keterasingan seorang perempuan serta anak-anak yang mewarisi ingatan dan tubuh yang tidak pernah diminta.

Novel ini terbagi dalam tiga bagian yang saling mencerminkan satu sama lain:

Bagian Pertama, Orang yang Hilang, mengisahkan seorang perempuan yang meninggalkan keluarganya setelah adik perempuannya bunuh diri. Narasi penuh luka ini menjelma menjadi refleksi tentang tubuh, keluarga, dan dunia yang ia anggap kejam. Ia menikahi seorang pria tanpa cinta, dan hidup dalam rumah penuh keheningan, sambil mengumpulkan kembali kepingan-kepingan jiwanya yang sudah dibakar sejak kecil.

Bagian Kedua, Bunga Mawar, Kenanga dan Ibu, melanjutkan suara narator laki-laki—kemungkinan anak dari tokoh pertama—yang menjalani rumah tangga bersama seorang istri polos, namun hidup dalam bayangan cinta masa lalu dan sosok ibu yang asing. Kenangan, perselingkuhan, dan percakap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Epilog

Dua hari selanjutnya. Tanpa banyak alasan dan aku tidak terlalu tahu itu, aku pergi menuju desa, tempat di mana aku di lahirkan, tempat di mana aku juga tumbuh dan memiliki harapan. Aku membawa seikat bunga sedap malam, dan aku tidak tahu harus menaruhnya di mana. Di pemakaman ibu, atau yang lainnya?

Harapan pegunungan, kota-kota dan laut melambai-lambai padaku saat kereta melintasinya. Aku hanya memandangnya dan tahu, pegunungan bisa marah, laut bisa menyapu. Semuanya bisa menghancurkan.

Di dalam kereta itu, ada seorang wanita paru baya, memakai baju hangat dan duduk diam sedang membaca selembar surat usang yang telah banyak di lipat. Itu sepertinya surat dari orang penting. Jika aku menjadi dirimu, maka aku akan membuangnya. Seberapa baik kamu menjaganya, kertas itu akan hancur juga dan itu menyakitkan. Ada beberapa pria di seberang, dan bahkan seorang nenek-nenek tua yang berdiri. Aku tidak kasihan dan mungkin nenek itu tidak memerlukan bantuan. Jika nenek itu benar-benar tidak memerlukannya, maka aku yakin, dunia tidak akan menindasnya.

Dan waktu pun berlalu. Setelah berhenti di beberapa stasiun, di sore harinya, aku tiba, kemudian segera melihat rumah megah di bukit yang menjadi saksi bisu keberhasilan dan kegagalanku.

Aku pergi ke sana dan diam, mengamati bangunan yang di selimuti rumput Ivy yang hijau. Bangunan ini jauh lebih indah setelah di selimuti dengan tanaman hijau ini. Aku kemudian menghirup aroma masa lalu. Lalu perlahan-lahan membuka pintu depan dan melihat sebuah tali dengan simpul yang di gantung. Di sanalah, adiku, dan aku tidak salah, menggantung dirinya dengan kecerobohannya. Apa itu benar-benar kecerobohan?

Kemudian aku keluar dan menutupnya, lalu di terasnya, aku menaruh satu tangkai bunga sedap malam lalu pergi.

Kemudian aku melintasi sawah dan melihat gubuk tua tempat tinggal lamaku. Ada banyak orang, tapi aku memilih mengabaikannya. Gubuk itu semakin tua dan sawah yang mengelilinginya sudah di potong.

Berjalan-jalan dan aku melihat masa lalu, masa di mana aku menerbangkan layang-layang, membuat pesawat kertas yang penuh harapan dan akhirnya pergi dari sini kemudian membawa luka.

Aku diam di pinggir jalan, menatap hamparan sawah yang gundul.

Aku tidak menoleh. Kemudian aku mendengar banyak suara langkah dan langkah-langkah itu datang semakin dekat.

Mungkin mereka membawa ibuku.

Tapi aku tidak ingin melihat siapa pun dibawa pergi dalam kotak.

Di depanku, sawah yang pernah kami tanami telah menjadi tanah basah tak bertuan dan gundul.

Aku menaruh bunga sedap malam yang tersisa lalu pulang. Hanya begitu, tidak mampir atau mengunjungi pemakaman ibu. Aku tahu, inilah yang terbaik. Beberapa hari kemudian, aku baru menyadari ada kehidupan kecil diam-diam tumbuh di dalam perutku dan baru aku tahu, wanita yang menggantikan bunga sedap malam di bawah tiang tidak lain penjual bunga, serta ada orang lain lagi di jembatan kecil, yang duduk tenang dengan selembar surat usang.

Lalu anak kecil di sawah masih berjuang dengan mimpi-mimpinya.

...****...

Mungkin beberapa pembaca merasa aneh, dan saya juga merasakannya. Kita di bawa ke dunia yang indah, mencekam dan hening. saya menyukai naskah ini, dan terima kasih bagi yang telah membacanya. ceritanya singkat, saya akan kembali dengan cerita yang lebih baik dari ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!