Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 07
"Hendrik, dia mengganggu saja."
"Ada apa Elsye?"
"Ibu tahu kan Aiden, kabar tentang dia kembali itu memang benar. Aku ingin mengenalnya lebih dekat, tapi Hendrik seolah tidak membiarkan aku melakukannya. Dia juga tidak mempersilahkan ku masuk ke rumahnya. Sungguh menyebalkan rasanya."
Elsye, sebenarnya usianya sekarang ini jauh dibawah Aiden. Dia berusia awal 30 tahunan. Wanita itu tahu tentang Aiden ketika dulu Aiden pernah kembali ke kota ini saat usianya Elsye masih belasan. Dia langsung menaruh perhatian kepada Aiden.
Ibaratnya, Elsye mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia pun mencari tahu segala hal tentang Aiden dan betapa senangnya dia saat tahu kalau Aiden adalah seorang profesor yang namanya cukup diperhitungkan.
Meski rumor berkata kepribadian pria itu buruk, tapi bagi Elsye itu malah menjadi daya tariknya.
Ketika rumor tentang kembalinya dia di Arnhem menyebar sebulan yang lalu, Elsye sangat bersemangat dan dia bertekad untuk bisa dekat dengan Aiden.
"Kalau hanya Hendrik, tak perlu kau risaukan. Jika memang kau suka padanya ya maju saja, coba dekati dia. Tapi, apakah dia tidak memiliki wanita di sisinya?"
"Aku rasa tidak Bu. Informasi yang ku dapat dari tempat terakhir dia bekerja, dia tidak pernah dekat dengan wanita. Hidupnya hanya fokus pada lab nya."
Elsye menjaring pertemanan dengan berbagai orang di banyak negara karena dia merupakan seorang content creator. Dia membuat konten tentang seluk beluk negaranya yang ternyata banyak mengundang perhatian.
Keberadaan Aiden di salah satu negara pun juga ia ketahui dari pengikutnya di media sosial. Maka dari itu melalui pengikutnya tersebut, Elsye mengetahui banyak tentang Aiden. tentu saja Aiden yang umum tampak di mata orang-orang, karena pada dasarnya tidak ada yang tahu sisi terdalam dari seroang Aiden De Vries.
"Ehmm, coba kamu kirimkan makanan untuknya. Pernah ada ungkapan bahwa cinta itu datang dari perut ke hati."
"Ah iya, benar kata Ibu, kenapa aku tidak terpikirkan sampai sana ya. Dia kan baru di sini, ya walau dia dulunya adalah asli sini sih, tapi kan sudah lama dia tidak kembali ke Arnhem. Pasti dia kesulitan untuk mendapatkan makanan. Dank u well, Mama. (Terimakasih Ibu)"
Elsye dengan penuh semangat membuat makanan sendiri untuk Aiden. Dia membuat bitterballen dan stamppot. Bitterballen adalah bakso goreng renyah yang biasanya disajikan dengan mustard. Dan Stamppot adalah hidangan kentang tumbuk yang dicampur dengan berbagai sayuran seperti wortel, kubis, atau bayam.
Dua makanan itu dipilih Elsye karena paling cepat dibuat. Selain kentang yang selalu ada di dapur, bakso juga sudah ada di lemari pendingin karena sang ibu selalu membuat persediaan.
Satu jam waktu yang digunakan Elsye untuk membuat dua jenis makanan tersebut. Ia bahkan sudah memindahkannya ke kotak makanan. tapi, Elsye tidak segera pergi ke rumah Aiden. Lebih dulu dia mandi dan berhias.
Karena dirinya adalah seorang konten kreator, apa yang sekarang ini dia lakukan pun tak lepas dari kamera. Elsye juga mengunggah hasil masakannya.
"Waah terlihat enak sekali."
"Sepertinya dibuat untuk orang yang spesial."
"Tidak pernah melihat zus* Elsye memasak. Dan tidak menyangka zus Elsye pintar memasak. Beruntung sekali pria yang bisa menikah dengan zus."
Elsye tersenyum senang membaca setiap komentar yang sebagian besar memujinya. Meski ada juga yang tidak menyukainya, tapi baginya tidak masalah karena yang suka terhadapnya lebih banyak dari pada yang tidak.
"Nah sekarang waktunya untuk menemui seorang Aiden. Aku berharap dia menyukai masakanku ini."
Dengan langkah yang pasti dan percaya diri, Elsye menuju rumah Aiden. Rumahnya dan rumah Aiden hanya berjarak dua rumah saja, jadi tidak butuh waktu lama untuk sampai di sana.
Tok tok tok
"Selamat sore, Aiden ini aku Elsye."
Terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah pintu. Elsye tersenyum lebar karena ternyata tidak butuh menunggu untuk bertemu dengan pria tersebut.
"Hai Aiden, masih ingat aku kan?"
"Maaf ada apa ya?"
"Ini aku membawakan mu makan malam. Aku pikir kamu akan sedikit sulit untuk mencari makan terlebih kamu juga belum punya kendaraan. Jadi aku membuatkannya untuk mu."
Aiden mengerutkan keningnya, mereka memang tetangga dan kadang biasanya ada sejenis tradisi memberi tetangga baru hadiah selamat datang berupa makanan. Tapi Aiden tidak pernah berpikir kesana, karena baginya hidup sendiri tanpa harus beramah tamah dan berbasa-basi dengan tetangga adalah hal yang terbaik.
"Oh, baik terimakasih."
Klaak
Apa?
Elsye membulatkan matanya ketika Aiden mengambil makanannya tapi tidak menyuruhnya masuk ke rumah. Dia juga sagat heran karena pria itu sama sekali tidak berbasa-basi lebih dulu dan langsung menutup pintu begitu saja.
"Apa yang baru saja aku lihat? Dia mengabaikan ku. Dia mengabaikan seroang Elsye Bouwman. Waah benar-benar tidak bisa dibiarkan. Lihat saja, aku yakin aku pasti bisa meluluhkan hatinya. Akan aku buat dia memelukku lebih dulu. Aku bersumpah akan hal itu."
Drap drap drap
Elsye meninggalkan rumah Aiden dengan menghentakkan kakinya. Dia sungguh sangat kesal dengan perlakuan Aiden terhadapnya baru saja.
Elsye merasa diabaikan. Dan dia tidak terima akan hal itu. Padahal sifat asli Aiden memang demikian. Katanya Elsye sudah mencari tahu tentang segala hal tentang Aiden, tapi mungkin sepertinya dia tidak memahami makna dari Aiden yang memiliki perangai buruk terhadap orang lain.
Disisi lain, Aiden saat ini tengah menikmati makanan yang diberikan oleh Elsye tadi. Perutnya memang lapar, sehingga dia tidak terlalu mementingkan rasanya.
"Ya tidak buruk, bisa dimakan. Tapi kalau ada pilihan lainnya aku pasti akan memilih lainnya dan bukan ini."
Reaksi Aiden memang begitu. Dia tidak suka hanya saja dia memakannya karena terpaksa.
Haaah
Aiden merebahkan tubuhnya di kamar setelah menyelesaikan makan malam yang lebih awal itu. Karena tidak ada yang bisa ia kerjakan, akhirnya ia hanya berbaring sambil menatap kosong ke arah langit-langit kamar.
"Sebenarnya apa tujuan ku untuk hidup? Aku tak lagi memiliki siapa-siapa. Kehidupan ini pun juga sangat membosankan. Tidur, bangun, tidur lagi bangun lagi. Haah seperti itu saja. Kalau bekerja maka rules nya hanya ditambah dengan bekerja. Lalu untuk apa sebenarnya hidup ini?"
Aiden mengusap wajahnya kasar. Ketika tengah sendiri seperti ini dan tidak ada yang ia ingin kerjakan lagi, Aiden merasa dirinya sama sekali tidak memiliki tujuan.
Karena lelah, akhirnya ia pun memejamkan matanya. Dan tak sampai satu menit, dirinya sudah berpindah alam yakni di alam mimpi.
"Tolong atu, apa tamu ta bisa menolong tu?"
Hah hah hah
Aiden langsung membuka matanya, nafasnya sedikit tersengal.
"Itu lagi, kenapa mimpi itu lagi?"
TBC
*Zus\= kakak perempuan dalam bahasa Belanda
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin