NovelToon NovelToon
Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner

Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:52.6k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Mereka sama-sama pendosa, namun Tuhan tampaknya ingin mereka dipertemukan untuk menjalani cinta yang tulus.

Raka dan Kara dipertemukan dalam suatu transaksi intim yang ganjil. Sampai akhirnya keduanya menyadari kalau keduanya bekerja di tempat yang sama.
Kara yang supel, ceria, dan pekerja keras. Berwatak blak-blakan, menghadapi teror dari mantan suaminya yang posesif. Sementara Raka sang Presdir sebenarnya menaruh hati pada Kara namun rintangan yang akan dihadapinya adalah kehilangan orang terpenting di hidupnya. Ia harus memilih antara cintanya, atau keluarganya. Semua keluarganya trauma dengan mantan-mantan istri Raka, sehingga mereka tidak mau lagi ada calon istri yang lain.
Raka dan Kara sama-sama menjalani hidupnya dengan dinamika yang genting. Sampai akhirnya mereka berdua kebingungan. Mengutamakan diri sendiri atau orang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seven

“Siapa lu?” tanya Kara sambil memundurkan badannya dan mengernyit.

“Njir galak amat. Lu sendiri siapa? Wajah baru kayaknya.” Pemuda itu juga mundur ke belakang.

“Dia asisten pribadi ayah kamu yang baru.” kata Stephanie. “Raidan, ini Kara. Kara, ini anak pertama Pak Yudhis. Yudhistira Raidan namanya.”

“Umur lo berapa bocah?” desis Kara malas-malasan.

“Hah? Em.. jalan 17.”

“Jalan 17 jadi masih 16 tahun. kalo adek gue masih hidup, dia seumuran lo. Gue benci anak-anak. Urus sendiri diri lo. kalo lu mau gue dateng ke apa itu tanding bla bla bla, sujud dulu ke depan gue.”

“Widihhh…” seru Raidan sambil berdiri. “Udah galak, cakep pula. Lu mah cocoknya jadi cewek gue! Ayah mah udah banyak yang ngurusin, 5000 orang ngurusin dia nggak kelar-kelar masalah terus tiap hari. Dah lah lo jalan aja ama gue, yuk. Anak konglomerat nih!”

Kara langsung bengong melihat tingkah Raidan.

Ia pun berdiri, lalu menendang bokong Raidan.

“Sifat lo yang berandal itu mirip banget sama bapak lo! Lo tahu nggak kalo gue baru aja dibully bapak lo di depan seratus orang penting. Pake bilang dipecat pulak! Terus lo mau deket–deket gue? Yang ada hidup gue makin penuh warna! Ribet!!”

“Oh gitu?”

Kara terpekik pelan mendengarkan suara itu.

Stephanie langsung berdiri dan membungkuk hormat ke sosok yang baru saja datang itu.

Raidan melipir di belakang Kara.

dan ruangan sekretaris langsung hening.

hening tanpa suara.

Bahkan detik jam saja terasa silent.

Raka berjalan melewati Kara, masih dengan tatapan sinisnya ia menyapu tubuh Kara dengan pandangannya.

Lalu tangannya menarik leher Raidan dan menyeretnya masuk ke ruangan Big Boss.

Pintu ditutup dengan kencang, hampir dibanting.

Kara duduk perlahan dengan canggung.

Stephanie mengelus-elus tengkuknya yang merinding.

“Raidan memang anaknya meledak-ledak. Dia terobsesi kemenangan. Tapi diluar itu anaknya ceria dan supel.” Stephanie bercerita untuk meredakan ketegangan.

Ada sekitar 20 orang di ruangan itu, kini kembali bekerja setelah pintu ruangan boss besar ditutup.

“Yang sok-sok ceria gitu harus lebih diperhatikan, biasanya menyimpan luka yang dalam.” desis Kara.

“Yah… Pak Yudhis memang menekannya untuk jadi pewaris. Tapi sepertinya minat Raidan berbeda. Jadi anak itu sebisa mungkin tidak di rumah daripada bertemu ayahnya. Raidan memiliki kamar sendiri di rumah kami, saking seringnya dia menginap. Sementara Rachel, adik kembar Raidan,… dia sebenarnya berminat di bisnis tapi Pak Yudhis tidak ingin perempuan terjun ke dunia penuh muslihat seperti ini.”

“Kolot amat…” gumam Kara. Lalu ia menyadari satu hal. “Raidan punya kamar sendiri di rumah Bu Step?!”

“Begitulah.”

“Jadi… karena sekarang saya pengganti ibu…”

“Yah nggak harus kamar, tapi kamu siap-siap saja dia akan meminta kamu menemaninya kemana-mana. Daripada dia bergaul nggak bener sama anak-anak nakal.”

“Ya ampun, anak cowok pula. Bikin kotor rumah saya buuu.” keluh Kara. “Padahal saya sudah senang nggak diganggu sama suami saya yang hidupnya berantakan. Sekarang saya harus ngurusin cowok blingsatan?!”

“Raidan anaknya lumayan rapi sih sebenarnya.”

“Standar rapi orang beda-beda bu.” gumam Kara.

Lalu ia mendengar teriakan keras di ruangan Raka.

sepertinya pria itu sedang sangat marah terhadap Raidan.

“Biasa begitu?” tanya Kara khawatir.

“Pak Yudhis dipanggil ke sekolah karena Raidan meninju anak pejabat. Padahal bapaknya si korban akan menjalin kerjasama penting dengan Topaz Industries.”

“Raidannya… dibully atau gimana?” Kara langsung merasa bersalah sudah mengejek Raidan.

“Hm… menurut CCTV sih… Raidan lah yang memalak anak itu lalu anak itu menolak dan Raidan meninju wajahnya.”

Kara langsung gebrak meja.

“Dasar kirik…” geramnya nggak jadi kasihan. “Siap-siap aja berhadapan ama gue!” Kara bertolak pinggang.

“Hati-hati Kara. Raidan sudah bukan anak-anak lagi. Dia akrab dengan saya karena saya mengasuhnya sejak bayi. Sementara kamu…seringkih ini.”

Kara langsung teringat saat Raka bercinta sambil mengangkat tubuhnya.

Ya memang dia seringan itu.

**

Siang itu Raidan duduk di pantry dekat ruangan Raka. Duduk diam dengan mata menerawang menghadap ke jendela.

Sepertinya dia dimaki habis-habisan oleh ayahnya.

Di belakangnya para karyawan berseliweran, bahkan ada yang mengomeli Raidan karena keberadaannya mengganggu lalu lintas.

“Daaaan, lo duduk agak ke belakang dong, gue kehalang mau bikin kopi.” omel salah satu karyawan.

“Orang lagi sedih bukannya dihibur.” Omel Raidan

“Lo bikin masalah sendiri sih Dan.” malah dibalas begini oleh karyawan lain.

Raidan hanya bisa terduduk lesu sambil menelungkupkan kepalanya di meja.

Kara memperhatikan suasana itu. Sepertinya semua Karyawan sudah memperlakukan Raidan seperti bagian dari mereka sendiri. Tidak peduli Raidan adalah anak sang Big Boss.

Budaya kerja di sini juga lumayan aneh. Mereka begitu hormat pada Boss mereka, saat Raka datang mereka berdiri, menunda pekerjaan mereka, dan menunduk hormat. Tapi setelah Raka masuk ruangan, semua orang kembali berisik dan fokus ke pekerjaannya masing-masing.

“Dan, daripada lo sedih melulu, nih. Tolong lu scanning dokumen.” seorang karyawan bahkan menghampiri Raidan dan memintanya ‘bekerja’. Padahal jelas-jelas dia masih menggunakan seragam SMA-nya. “Sama benerin printer di belakang itu yang putih. Kayaknya tintanya bermasalah.”

“Hadoooh baru kemarin gue utak-atik nggak ada masalah kok, makanya beli tinta yang ori dong Maaaas,” balas Raidan.

“Lu deh yang ngomong ke umum, Bu Yuli galak bet kalo gue minta tinta, berasa gue minumin tuh tinta tiap hari kali ya.”

“Nasib gue jadi anak bapak gue.” Raidan menggerutu.

“Keberhasilan Kita kan adalah cuan buat keluarga lo, Dan. Bantu-bantu dikit gapapa lah ya buat biaya wisuda looo. Kheheheh.”

“Iyeee!” Raidan sewot lalu mengangkat dua bantex untuk ia mulai scanning.

Dan Tampaknya Raka tidak masalah saat Raidan ikut bantu-bantu di kantornya sepulang jam sekolah.

Tapi Raidan masih merengut sambil mengerjakan scanningannya. Jadi Kara pun tarik nafas panjang lalu mengambil persediaan jus buah dari tasnya.

“Minum nih, biar seger.” desisi Kara sambil menyodorkan botol jus jeruk.

“Wah, tumben ada minuman ginian di kantor? Gue nggak suka Teh Kopi, minuman orang tua.” kata Raidan sambil membuka tutup botolnya lalu menegaknya. “Njirrr enaaak.”

“Itu persediaan gue. Sengaja bawa karena di kantor adanya hanya teh dan perkopian. Nggak di sini, nggak di sana.” kata Kara sambil membuka file bantex untuk membantu Raidan mensortir beberapa lembar ke dalam mesin scan. “Lo ngerjain ginian dibayar nggak?” tanya Kara penasaran.

“Dibayar. Duit jajan gue dari sini.”

“Oooh, bokap lo sengaja biar lo familiar sama suasana kantor ya.”

“Iyah begitulah. Dan cara mendapatkan uang dengan usaha sendiri. Mendingan gini kan daripada gue kerja sama orang lain. Belum tentu diperlakukan adil. Dan gue bisa kerja sepulang sekolah.”

“Emang passion lo di dunia bisnis?”

“Nggak.”

“Bangor…” Kara mencubit pipi Raidan.

Pemuda itu hanya terkekeh.

“Lo kenapa sih pake nonjok temen lo?!” tanya Kara akhirnya.

“Gue sebenarnya nagih hutang. Eh dia nolak. ya udah gue tonjok. Katanya ‘duit cuma 500ribu aje ditagih lo kan anak orang kaya. Bapak lo mau bangkrut apa gimana?’ Ya emosi lah gue. Dia anak pejabat BUMN 500ribu aje kagak bisa bayar malah menghina bokap gue.”

“Semua salah paham, mereka bilang lo malak.” kata Kara. “Gue aja dengernya emosi jiwa sampe hampir nonjok lu barusan.”

“Makin galak lo makin manis, Kak.”

“Awas lu ye macem-macem. Gue milik bokap lu.”

“Ya semua yang di sini milik bokap gue.” kekeh Raidan.

“Lain kali lo kasih aja seikhlasnya tanpa berharap kembali.”

“Ya harusnya gitu. Gue pikir dia amanah. Gue juga lagi butuh duit buat beli sepatu. Ayah nggak mau beliin karena katanya modelnya norak dan harganya kemahalan. Padahal dia punya jam Patek Philippe harga 14 miliar gue kagak protes.”

“Jangan dibandingin, Dan. Jam tangan bokap lo yang mahal itu sebagai identitas dia di mata klien kalau perusahaannya sukses, jadi investor nggak ragu buat taro investasi di sini. Semua ada maksudnya bukan berarti bokap lo bergaya hedon.” jelas Kara.

tipikal orang Bisnis yang memiliki sesuatu yang mahal hanya dipakai sesekali. Semua itu untuk menunjukkan prestise perusahaan semata, bukan berarti pemiliknya gemar koleksi.

Raidan pun menatap ke arah Kara.

“Baru elo yang ngomong gitu tentang bokap.” ia bilang begini sambil mengangkat alisnya.

Kara menyeringai. “Gue Auditor di kantor lama, terbiasa melihat dari dua sisi. Terbukti kan, orang lain nyangkanya lo malak, ternyata lo lagi nagih hutang.”

“Gue jadi kesengsem nih ama lo. Manis banget sih lo mbak. Dah punya pacar?!”

“Berisik lu ah, gue baru cerai. Lagi anti laki-laki.” Kara melanjutkan obrolannya mengenai sekolah Raidan, mengenai adik kembarnya, mengenai hobi Raidan dan lainnya.

**

1
SasSya
😃😂
ketahuan
udahhhh
gas.. dapat restu dr sahabat dan seng mantan gebetan
dian😺
lah? jadi? kok isoh???😂
Nurlela Nurlela
komplikasi atau kontraksi?
dian😺
tuman! 🤣
Murdiyanti Soemarno
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Hesti Ariani
istilah anyar iki
Memyr 67
𝖽𝗂𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖺𝗇𝗃𝗎𝗍𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺
mboke nio
mas raka ....mas raka bucin kan jadinya....😁
Hesti Ariani
baru nyadae kau kawan😄
fitri sasmita
karya ini banyak .emberikan saya pelajaran ,bagaimana seharusnya bersikap kepada orang lain saat bekerja. profesional dalam bersikap di kantor duhhh kebayang hidup saya dulu sebelum baca2 novel kak septira
jutek, g senyum, ngomong asal2an. dari novel ini saya belajar cara bersikap, belajar bahasa2 gaul, singkatan gaul yg saya juga g paham bahasa anak muda sekarang.
keren bagus novelnya
buaaagusssss
Angspoer: Alhamdulillah kalau bermanfaat ya jeeeeng
total 1 replies
Hesty Mamiena Hg
lhaa? Kenapa security ini selalu datangnya telat dibandingin lakonnya ya? 🤔
Hesty Mamiena Hg
eehh.. Dasar Banci!
Beraninya sm perempuan? di depan umum lagi? Waahhh kasus inih! 😠🤨🧐
Hesty Mamiena Hg
novel karyanya Madam emang gk main2..👍🤩
mamaqe
mamaq manggut2
Ama Lorina Raju
double update yg gini nih bikin happy 😍😍😍😍😍👍👍👍 sehat2 ya tor
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
entahlah apa maksud kmrn" Raka & cathlyn slalu bareng ...
Wiwit Duank
tuuhh kan Raka gitu loh 😂
Daisy🇵🇸HilVi
hadeeeww mas alaaaann baik bangeeett huhuhuhu
Daisy🇵🇸HilVi
idiih mau ngapain sih, bikin emosi reader aja wkwk
Indah
Caitlyn jodohnya Alan kan dah bonding banget ma anaknya caitlyn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!