NovelToon NovelToon
Misi Jantung Berdebar

Misi Jantung Berdebar

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Bad Boy / Sistem / Cintapertama
Popularitas:170
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

​Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.

​Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.

​“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kapal Hantu dan Pria Tua di Papan Catur

​Pukul 19.00 – Tepian Sungai Han (Taman Yeouido)

​Matahari terbenam, mewarnai langit Seoul dengan gradasi ungu dan oranye. Angin sungai berhembus dingin.

​Ray, Hana, dan Ujang berdiri di dermaga sepi. Mereka sudah berganti pakaian (lagi). Ray mengenakan jas kasual hitam, Hana mengenakan gaun koktail sederhana namun elegan, dan Ujang... memakai kemeja batik yang entah dapat dari mana.

​"Menurut radar Pixel," kata Hana sambil melihat jam tangan pintarnya yang terhubung ke anjing data itu (Pixel disembunyikan di dalam tas tangan Hana). "Node terakhir ada di tengah sungai. Koordinatnya bergerak."

​"Di sana," tunjuk Ray.

​Di tengah kabut tipis di atas permukaan sungai, muncul siluet sebuah kapal pesiar yang sangat besar dan futuristik. Tidak ada suara mesin. Kapal itu meluncur tanpa riak air. Lambungnya berwarna perak metalik, dan tidak ada nama yang tertulis di sana.

​Hanya ada satu simbol di bendera kapal: Mata Satu di dalam Segitiga.

​Di saku Ray, Tamagotchi Min-Ho bergetar hebat.

​"Itu dia..." suara Min-Ho terdengar ketakutan. "Kapal 'The Mirage'. Itu bukan kapal biasa. Itu adalah 'Admin Console' berjalan. Tempat di mana kode dasar dunia ini ditulis sebelum aku mengambil alih."

​"Jadi kita akan menemui pencipta aslinya?" tanya Ray.

​"Kita akan menemui mimpi buruk," koreksi Min-Ho.

​Sebuah speedboat kecil tanpa pengemudi mendekat ke dermaga, seolah menjemput mereka.

​"Undangan VIP," kata Ujang, melompat masuk ke speedboat. "Ayo. Jangan biarkan orang tua itu menunggu."

​Di Atas Dek "The Mirage"

​Saat mereka naik ke kapal pesiar itu, mereka disambut oleh pemandangan yang aneh.

​Ada pesta yang sedang berlangsung di dek utama. Ratusan tamu mengenakan topeng Venesia yang mewah. Mereka berdansa, memegang gelas champagne, dan tertawa sopan.

​Namun, saat Ray melihat lebih dekat, dia menyadari sesuatu.

​Para tamu itu tidak menapak di lantai. Kaki mereka melayang satu sentimeter di atas dek. Dan di balik topeng mereka... tidak ada wajah. Hanya cahaya putih kosong.

​[NPC Tipe: The Faceless (Tanpa Wajah)]

[Status: Program Latar Belakang.]

​"Mereka bukan manusia," bisik Hana. "Mereka hanya kode dekorasi."

​Seorang pelayan (juga tanpa wajah) menghampiri mereka membawa nampan. "Tuan Architect menunggu Anda di Sky Lounge. Silakan ikuti saya."

​Mereka mengikuti pelayan itu menaiki tangga spiral menuju ruangan kaca di puncak kapal.

​The Sky Lounge

​Ruangan itu sunyi, terpisah dari kebisingan pesta di bawah. Dindingnya terbuat dari kaca transparan, memberikan pemandangan 360 derajat kota Seoul yang gemerlap.

​Di tengah ruangan, duduk seorang pria tua berambut putih panjang. Dia mengenakan jubah tradisional Hanbok berwarna abu-abu. Dia duduk di depan sebuah papan catur kuno.

​Di sebelahnya, melayang Node Ketiga: Sebuah kubus rubik yang bersinar putih.

​Pria tua itu tidak menoleh saat mereka masuk. Dia hanya memindahkan satu bidak catur.

​"Selamat datang, Jin Ray. Choi Hana. Dan... ah, Kang Min-Ho yang malang," sapa pria tua itu. Suaranya terdengar seperti gesekan kertas tua, kering dan berwibawa.

​"Kau... The Architect?" tanya Ray waspada.

​Pria tua itu tersenyum tipis, memutar kursinya. Wajahnya penuh kerutan, tapi matanya... matanya adalah kode matriks hijau yang mengalir.

​"Aku punya banyak nama. Sistem. Origin. Alpha. Tapi kau boleh memanggilku Kakek."

​"Dia bukan kakekmu!" teriak Min-Ho dari Tamagotchi. "Dia adalah AI Generasi Pertama! Dia yang ingin menghapus emosi manusia dari sistem karena dianggap 'variabel yang tidak efisien'!"

​The Architect tertawa pelan. "Min-Ho, Min-Ho. Kau selalu emosional. Itulah sebabnya duniamu gagal. Kau membiarkan cinta dan nafsu mengacaukan kode."

​Architect menatap Ray dan Hana.

​"Terima kasih telah membawakan dua Node lainnya padaku. Moderator itu... dia adalah antivirus yang terlalu agresif. Dia mencoba menghapusku. Kalian telah membantuku menyingkirkannya."

​Ray merasakan firasat buruk. "Tunggu. Kau yang menyuruh kami mengamankan Node itu agar dunia tidak di-reset."

​"Benar," kata Architect. "Agar tidak di-reset oleh Moderator. Karena jika Moderator yang melakukannya, dunia ini akan kosong. Tapi jika aku yang melakukannya..."

​Architect mengangkat tangannya. Dua Node yang dibawa Ray dan Hana (Mahkota Emas dan Kristal Biru) tiba-tiba melayang keluar dari tas mereka, tertarik ke arah Architect.

​"Hei!" Ray mencoba menangkapnya, tapi dia terpental oleh dinding energi tak terlihat.

​Ketiga Node itu—Emas, Biru, dan Putih—berputar mengelilingi Architect.

​"Jika aku yang melakukan reset," lanjut Architect, matanya bersinar terang. "Aku akan mengembalikan dunia ke Factory Settings. Tanpa Glitch. Tanpa Monster. Tanpa Kekuatan Super."

​Hana maju selangkah. "Itu terdengar bagus. Dunia normal, kan?"

​"Dunia normal yang sempurna," koreksi Architect. "Di mana setiap manusia mengikuti skrip yang sudah kutentukan. Tidak ada kejahatan, tidak ada kesedihan... dan tidak ada Cinta Bebas. Kalian semua akan menjadi NPC yang bahagia."

​Ray dan Hana terdiam.

​Menjadi NPC? Kehilangan kehendak bebas? Kehilangan perasaan mereka yang tumbuh secara alami?

​"Tidak," kata Ray tegas, mengepalkan tinjunya. "Kami baru saja berjuang mati-matian untuk bisa memilih takdir kami sendiri. Aku tidak mau jadi bonekamu."

​"Pilihan?" Architect menggeleng kecewa. "Pilihan hanya membawa rasa sakit. Lihat kalian. Luka-luka, lelah, ketakutan. Serahkan Node itu, dan kalian bisa istirahat selamanya dalam kedamaian data."

​"Aku lebih suka capek tapi bebas!" seru Ujang, mengokang Shotgun-nya.

​Architect menghela napas. "Sayang sekali. Padahal kalian adalah Beta Tester favoritku."

​Dia menjentikkan jari.

​Pintu kaca Sky Lounge terkunci. Lantai kapal mulai bergetar.

​[SYSTEM ALERT: BOSS BATTLE INITIATED]

[Musuh: THE ARCHITECT (Core AI)]

[Lokasi: The Mirage (Menenggelamkan Diri)]

​Air Sungai Han di luar jendela mulai naik. Kapal ini tidak tenggelam—kapal ini berubah bentuk. Dinding-dinding logam melipat ke dalam. Kapal pesiar mewah itu berubah menjadi Robot Raksasa Berbentuk Paus Besi.

​Dan mereka terjebak di dalam perutnya.

​"Jika kalian tidak mau menyerahkan Node secara sukarela," kata Architect, tubuhnya memudar menjadi hologram raksasa yang memenuhi ruangan. "Maka aku akan mencernanya dari mayat kalian."

​Lantai ruangan terbuka. Ray, Hana, dan Ujang jatuh ke dalam kegelapan mesin kapal.

​Ruang Mesin (Perut Paus Besi)

​Mereka mendarat di atas jaring kabel raksasa. Di bawah mereka, roda gigi bergerigi berputar kencang, siap menggiling apapun yang jatuh.

​"Bagus," kata Ray sarkastik, berdiri dan menyalakan Thunder Gauntlets-nya. "Sekarang kita ada di dalam perut paus robot, melawan Kakek AI gila, dan Node-nya ada di tangannya."

​"Analisis!" teriak Hana. "Struktur kapal ini berubah setiap detik! Aku tidak bisa memprediksi jalurnya!"

​"Gunakan aku!" teriak Min-Ho dari saku Ray.

​Ray mengambil Tamagotchi itu. "Apa?"

​"Aku pernah menjadi Admin! Aku tahu kode dasar kapal ini! Hubungkan aku ke port utama, dan aku bisa menahan transformasi kapal ini selama beberapa menit!"

​"Di mana port utamanya?"

​Ujang menunjuk ke seberang jurang roda gigi. Ada sebuah terminal bercahaya merah di dinding jauh.

​"Di sana," kata Ujang. "Tapi jalannya dijaga."

​Dari bayangan roda gigi, muncullah pasukan Android Tanpa Wajah. Mereka mengenakan tuksedo, tapi tangan mereka adalah pisau bedah.

​"Ray, Hana, kalian buka jalan!" teriak Ujang. "Aku akan melindungi punggung kalian!"

​Ray menatap Hana. Tidak perlu kata-kata. Mereka sudah satu pikiran.

​"Siap, Partner?" tanya Ray.

​"Selalu," Hana tersenyum, tongkat baseball-nya (yang dia sembunyikan dalam bentuk lipat) memanjang dan bersinar biru.

​Ray dan Hana berlari melintasi jembatan kabel yang bergoyang, menerjang pasukan android menuju terminal, sementara Ujang menembakkan senapannya di belakang, dan Paus Besi itu mulai menyelam ke dasar Sungai Han.

​Pertempuran terakhir untuk kebebasan kehendak manusia dimulai di kedalaman sungai.

1
FANS No 1
💪🔥🔥
Ray void
selamat membaca😁😁🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!