Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Don't Try This At Home
Lima hari setelah sadarnya Erika, pengawasan terhadap adik kesayangan Robert menjadi sangat ketat. Sir Richard, selaku kesatria penanggung jawab Erika, selalu mengikuti Nona-nya ke mana pun pergi. Bahkan ketika makan, tidur, atau jalan ke taman, semua berada dalam pengawasannya. Sedangkan Rasha dan Asha selalu mencoba menghibur Erika, meskipun tidak ada respons baik darinya.
Erika masih bingung dengan keadaannya karena kehidupannya yang berubah total. Beberapa kali ia menatap langit di balkon kamar dengan tatapan kosong. Baginya, dunia ini adalah palsu, aneh, dan tidak bisa dipercaya. Untuk pertama kalinya, Erika dilayani layaknya seorang putri. Namun, Erika merasa sedikit tidak nyaman akan hal itu. Ada hal menyenangkan saat dilayani, tetapi ada juga yang ia benci, seperti waktu mandi. Para pelayan memang menyiapkan bak berisi air hangat dengan aroma yang akan dipilih oleh dirinya sendiri. Tapi ia tidak menyangka para pelayan memaksa masuk saat Erika ingin berendam dan mandi.
“Kami akan membantu Anda mandi, Nona Erika,” kata salah satu pelayan di luar pintu kamar mandi. Erika yang berdiri di depan pintu menahannya dengan badannya.
“APA KALIAN SUDAH GILA?! AKU BISA MANDI SENDIRI. JANGAN ADA YANG MASUK!” teriak Erika dengan kesal.
Namun, di sisi lain, ia juga senang pada waktu makan pagi, siang, dan malam yang sudah tersedia tanpa harus memasak. Bahkan, makanan tersebut diantar ke kamarnya. Pelayan pun juga memberikan tea time untuk Erika dengan kudapan cantik di depannya. Tetapi, setiap kali disajikan makanan-makanan tersebut, Erika tidak tertarik untuk memakannya.
“Ekh… berapa kalori dalam kudapan itu?” gumam Erika pelan sambil menatap kudapan di depan mejanya.
Tapi saat Erika tidak menyentuh kudapan itu sama sekali, para pelayan akan khawatir dan mempertanyakan apakah makanan itu tidak enak. Selain itu, Erika juga diberikan tempat tidur yang bagus, nyaman, dan wangi di setiap sudut kamarnya. Kamarnya tidak ada debu sedikit pun karena selalu ada pelayan yang membersihkannya. Taman rumah itu juga terlihat baik dan terawat. Banyak bunga yang mekar di setiap sudut taman. Anehnya, Erika masih merasa tidak nyaman dan asing di rumah ini.
“Apa yang harus kulakukan sekarang?” kata Erika pada diri sendiri sambil berjalan mengelilingi taman.
Dia begitu sedih, tidak tahu harus bertindak seperti apa di dunia barunya, atau kegiatan apa yang mungkin dia suka. Di sini, dia merasa kebutuhannya telah terpenuhi tanpa harus berusaha keras seperti kehidupan sebelumnya. Dia ingin berbicara dengan orang yang ingin dia percaya lalu menceritakan semua hal gila ini dan semua keresahannya. Namun, rasa untuk memunculkan kepercayaan adalah hal sulit baginya. Walaupun ia kini memiliki kakak yang baik, Robert tetap terasa asing bagi Erika. Tatapan lembut Robert begitu aneh di matanya. Apalagi dia selalu menanyakan, “Apa ada yang kau inginkan, Erika?” Tapi Erika selalu menjawab, “Tidak ada,” lalu memalingkan wajahnya.
Erika masih tidak yakin bahwa dia memiliki keluarga seperti ini. Tidak pernah dipukul, dimarahi, ataupun diabaikan. Rasanya cukup aneh. Hingga Erika merasa dirinya terkena Disorganized Attachment Syndrome. Walaupun ini hanya dugaan dirinya sendiri, tetapi sifatnya sekarang mendekati ke arah tersebut. Di mana sindrom itu muncul karena pengalaman masa kecil yang tidak baik, menakutkan, dan traumatis hingga membuat dirinya menjadi bingung dalam mencari kenyamanan ataupun reaksi terhadap lingkungan baru.
Suatu hari, Erika berjalan ke perpustakaan yang ada di rumah itu bersama Sir Richard.
"Apakah di perpustakaan ada komik? Ah! Maksudku, buku cerita bergambar?" tanya Erika kepada Richard.
"Ko-komik? Apa itu, Nona? Kalau buku cerita bergambar mungkin yang Nona maksud adalah buku cerita anak? Tapi perpustakaan di kediaman tidak membeli hal itu. Karena dahulu keluarga…” Walaupun bingung, Sir Richard menjelaskan dengan baik.
Tapi belum selesai menjelaskan, Erika meninggalkan pengawalnya dengan wajah kecewa. Erika berjalan sambil menghela napas berat lalu keluar dari perpustakaan dan kembali ke kamar. Selama perjalanan, Erika berpikir dunia ini sangat ketinggalan zaman. Komik saja belum dikenal, hanya ada buku anak seperti buku dongeng. Apalagi ponsel, kamera, atau barang elektronik lainnya yang pasti tidak ada. Walaupun rumah yang dia tinggali sangat mewah dan luas, terkadang merasa capek hanya jalan dari kamar tidur ke ruang makan. Sialnya juga tidak ada eskalator ataupun lift, padahal kamar Erika di lantai 2. Erika yang merasa tidak bisa hidup di masa sekarang, mencoba berpikir untuk mengakhiri hidupnya supaya kembali ke dunia aslinya. Setidaknya kehidupan yang dulu, dia memiliki orang yang dipercaya, tidak seperti di dunia saat ini yang palsu, karena hidup di sini seperti kehidupan dalam lembaran kertas bergambar.
Berjalannya waktu, Erika mencoba menjalankan misi yang sudah ia pikirkan sejak kemarin.
Percobaan Pertama Di minggu pertama, Erika menyelinap ke dapur saat Sir Richard berganti jaga. Ia mengambil pisau dan mencoba menggores lengannya. Tetapi yang ada pisau itu tumpul, hanya bekas goresan tanpa darah. Dia mencoba mengambil pisau lain dan mencobanya lagi. Tapi Sir Richard berhasil menemukan Erika dan mencegah itu. Richard menggenggam kedua tangan Erika dengan kuat untuk menahan tindakan Nona-nya.
“Apa yang Anda lakukan, Nona?!” kata Richard sambil mengambil paksa pisau di tangan Erika lalu melemparnya jauh. Setelah kejadian itu, semua benda tajam diamankan dan dikunci sesuai perintah Robert.
Percobaan Kedua Di minggu kedua, Erika keluar malam lagi dan menenggelamkan diri di danau belakang rumahnya. Walaupun sekarang musim semi, tapi air danau di kediaman Serriot sangatlah dingin. Erika mengambil batu besar di pinggir danau lalu memeluknya sebelum dirinya meloncat jauh ke danau. Sebenarnya dia bisa berenang, tapi ia sengaja memeluk batu serta berdiam di dalam air dan menahan napasnya.
Tetapi tak lama kemudian Sir Richard berenang menyelamatkannya. Awalnya Erika menolak untuk ditolong, ia berusaha untuk tetap memeluk batu yang berat dan memberontak dari pegangan Richard. Tapi Richard adalah kesatria yang sangat kuat sehingga Erika tidak bisa mengalahkan tenaganya. Richard menarik paksa Erika keluar dari permukaan danau.
“Uhuuk! Uhuuk!” Erika batuk mengeluarkan air danau dan juga merasakan perih di hidung. Sir Richard juga terengah-engah karena menolong Erika.
“Sial. Mengakhiri hidup dengan tenggelam ternyata lebih menyiksa,” gumam Erika pelan tapi terdengar oleh Richard.
“Apa yang Nona pikirkan!” teriak Sir Richard yang tidak bisa mengontrol amarahnya.
Tapi Erika tidak mendengarkannya lalu berdiri dan menepuk-nepuk gaun rumah yang basah dan berjalan masuk kamar tanpa sepatah kata apa pun. Richard hanya melihat Erika melangkah menjauhinya. Setelah itu, penjagaan danau di kediaman Serriot diperketat oleh Robert. Tapi Erika tidak menyerah dengan tekadnya.
Percobaan Ketiga Di minggu ketiga, Erika menyuruh para pelayan untuk membelikan buah apel, aprikot, ceri, dan plum. Robert yang senang mendengar permintaan Erika untuk pertama kali langsung membelikan buah tersebut dengan jumlah yang banyak. Bahkan Robert juga memerintahkan ke pekerja kebun untuk menanamnya di belakang kediaman Serriot. Tapi setiap Erika makan buah tersebut, para pelayan dilarang untuk membuang biji buah. Di akhir minggu, Erika menghancurkan semua biji itu secara diam-diam di kamar lalu mencoba meminumnya. Saat minum, ia tersedak air tersebut dan membuat Sir Richard masuk kamar tanpa mengetuk pintu.
“UHUK UHUK!” Batuk Erika.
Richard yang menyadari keadaan langsung berlari dan membuka paksa mulut Erika. Kedua jari tangannya masuk ke rongga mulut hingga membuat Erika memuntahkan semua isi perutnya.
“WOEEEKKKK!! UHUK UHUK,” Asha yang melewati lorong dekat pintu kamar Erika itu juga mendengar suara Nona-nya. Asha terkejut setelah melihat Erika yang memuntahkan semua perutnya di lantai.
“Panggil dokter sekarang! Dan beritahu keadaan sekarang kepada Tuan Robert!” perintah Richard kepada pelayan itu.
Robert yang mendengar laporan tersebut langsung berlari menemui Erika. Richard yang berdiri di belakang dokter terus mengawasi dokter yang sedang memeriksa Erika. Robert yang mendengar penjelasan dokter setelah pemeriksaan pun terkejut. Bahwa Erika hampir meminum racun yang ada di biji buah-buahan. Tapi untungnya Richard berhasil mencegah itu terjadi dan belum sempat Erika menelannya. Robert bergetar ketakutan mendengar keadaan Erika semakin parah. Jika Richard terlambat, mungkin dirinya kehilangan adik satu-satunya itu. Robert akhirnya memerintahkan kembali untuk membuang semua buah yang diminta oleh Erika dan membakar kebun yang ditanam sebelumnya. Pekerja dapur juga hanya boleh menyajikan buah yang tanpa biji di dalamnya.
Percobaan Keempat Di minggu keempat, Erika melepas lonceng pada tali dekat kasurnya. Lonceng tersebut adalah satu cara untuk memanggil pelayan di dunia itu. Setelah berhasil melepasnya, ia menaruh lonceng itu di meja dan menarik kuat tali tersebut. Ia mengikatnya ke salah satu lubang udara di kamarnya dengan kuat. Setelah itu, mengambil kursi rias dan berdiri di atas kursi itu. Dia melakukannya sangat perlahan supaya tidak menimbulkan suara, karena dia tahu bahwa Richard ada di depan pintu. Ia mengikat juga kuat ke lehernya dengan tali tersebut. Tapi Robert tiba-tiba masuk ke kamarnya.
“Erika? Aku punya sesua…” Robert yang melihat Erika berdiri di kursi dengan tali terikat di lehernya langsung terkejut.
“ERIKA!” teriak Robert sambil menjatuhkan buku bergambar yang ia pesan untuk hadiah Erika.
Erika sadar kehadiran Robert langsung menendang kursi yang dia naiki hingga tali di lehernya terikat kuat. Richard yang di belakang Robert langsung menyadari keadaan tersebut. Richard loncat dan memutus tali tersebut dengan pedang yang ia bawa. Sebelum Erika terjatuh, Robert menangkap Erika dan memeluknya.
“UHUK UHUK!” Erika batuk karena dia merasakan sejenak ikatan di lehernya. Robert memeluk adiknya dengan kuat dan menangis dalam pelukannya.
“Bagaimana… bagaimana bisa kau melakukan itu, Erika?” kata Robert dengan suara bergetar. Erika yang mendengar suara isak tangis Robert hanya terdiam. Dia tidak menyangka Robert ketakutan yang luar biasa.
“Jangan tinggalkan kami,” kata Robert yang membuatnya bergetar takut atas kehilangan adiknya.
“Kenapa kau menangis? Kau hanya kehilangan satu keluargamu,” kata Erika yang membuat Robert kesal dan marah. Erika yang tidak memahami keadaan itu hanya terdiam. Karena di kehidupan sebelumnya, ia bahkan senang kehilangan kedua orang tuanya.
“APA YANG KAU KATAKAN?! KAU PIKIR KAMI SENANG JIKA DITINGGALKAN OLEHMU?!” kata Robert penuh amarah.
Ini pertama kalinya Erika melihat tokoh pendukung, yaitu kakaknya, marah. Padahal di cerita dalam komik, Robert adalah orang yang tidak pernah marah dan tenang. Seperti ayahnya yaitu Grand Duke Arode Serriot.
“Apa kau sekarang akan memukulku?” tanya Erika dengan wajah datar.
“A-apa? Mana mungkin! Huuuh… maafkan aku Erika telah berteriak,” kata Robert sambil menghela napas berat dan mata masih berair. ‘Apa yang terjadi padamu?’ pikir Robert dengan kesal. Sedangkan Richard yang memperhatikan kakak adik tersebut juga ikut tercengang dengan ucapan Erika.
Bersambung...