"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Mas Bams!" Anita melambaikan tangannya, memberi kode agar Bambang mendekat. Gerak manja nan menggoda membuat Bambang terbuai meski sudah tahu baik Anita maupun Irma keduanya sama saja. Piala Bergilir!
Bambang menghampiri, Ya. Bukan ada kerjaan tambahan dari Si Boss. Tapi, Anita mengirim Chat meminta Bambang mengantarnya kesuatu tempat.
"Kok gak di kontrakan minta jemputnya?" Bambang memang diminta Anita menjemputnya disebuah Apartement, dan Bambang disuruh menunggu di parkiran dan sesuai perjanjian Anita memang sudah menunggu disana.
"Biasa Mas, Aku kan sama kayak Irma. Dan Mas Bams udah mirip Anjelo!" Tawa ringan dengan kedipan menggoda, membuat Bambang tertawa skeptis.
Bambang memutar bola matanya malas. Tapi lumayan uang ngojeknya. Bisa buat tambahan dapur dirumah.
Anita memakai helm yang Bambang berikan. Helm yang sama yang tadi pakai oleh Nisa saat Bambang mengantarnya ke tempat kerja.
"Langsung balik apa mau dianter kemana dulu nih?"
"Makan dulu lah! Capek! Tenaga habis dikuras! Hehehe."
"Oke."
Bambang sudah tak kaget lagi, Irma dan Anita dua Wanita yang memiliki pekerjaan ganda. Ya Biduan juga, Ya Open BO juga. Salome!
"Mas, tumben udah sedia helm dua, darimana? Jangan-jangan habis anter Irma ya?"
Sumpah! Demi apapun. Anita duduk begitu menempel. Tentu saja dua melon berukuran sedang pres menempel di punggung Bambang.
Meski terbalut jaket namun saat polisi tidur tetap saja benda padat dan kenyal itu menggelayar di belakang punggung namun sukses membuat Si Imron naik.
Sial! Lo jangan baperan kenapa Jon!
"Mas Bams sengaja banget cari jalan gak rata. Emang enak cuma punggungnya doang yang gesek-gesek? Nita sih boleh aja kalo sesekali bayar upah ojeknya pake yang enak-enak. Kali-kali cobain sama Nita, bedain sama Irma."
Sial! Kenapa kalau yang haram-haram gampang banget ON nya!
"Oh iya Mas, Bams, nanti makan di warung bakso yang dekat perempatan ya. Yang sebelah kiri lampu merah, sebelum fly over. Disitu baru buka. Kata orang sih Baksonya enak. Jadi penasaran kepingin cobain!"
Melihat Bambang tak merespon, Anita denga jahilnya membawa jemarinya merayap ke depan dan, "Nita! Mas lagi bawa motor! Bahaya!"
Buset! Ni Lont@ gak kira-kira! Main asal remes aja! Mana di atas motor! Ini lagi Si Imron! Malah bikin repot! Susah kalo urusan sama cewek model begini!
"Hahaha! Udah keras tuh Mas Bams! Mau dikocokin gak? Apa diisep aja gitu? Bebas deh! Mau nusuk juga boleh!" Bukannya malu atau khawatir dilihat orang lain, Anita malah sengaja betul, kembali bermanuver kali ini mengusap-ngusap paha Bambang.
"Nit! Udah dong! Jangan jahil! Dijalan ini loh! Bahaya! Salah-salah Kita berdua kena ciduk netizen! Bahaya kalo ada yang rekam terus viral!"
"Astaga! Katak artis aja! Gapapa juga kali Mas Bams. Jaman sekarang justru orang pengen viral. Gapapa dihujat. Paling sebentar, seminggu dua minggu, terus selebihnya malah follower naik terus banyak endorse deh. Nita sih mau banget kalo begitu!"
"Ya Kamu! Mas kan sudah ada Istri. Kalo begitu bisa bahaya!"
"Ups! Lupa. Mas Bams sih ada pawangnya!" Ledek Anita yang masih memeluk Bambang dari belakang.
"Mas Bams, baksonya mau Bakso apa?"
Bambang dan Anita sudah sampai di warung Bakso tujuan Mereka.
"Samakan saja."
"Serius? Kalo Nita soalnya pesen Bakso keju! Soalnya kalo pas digigit ada yang muncrat terus meleleh! Enak buat dijilatin!" Bisik Anita sambil mendesah.
"Mas bakso urat aja kalo gitu!"
"Duh, nguratnya tegang! Jadi pengen ngelemesin deh!"
Pusing ngeladenin Anita! Atas Bawah senut-senut!
"Mas Bams, Istrinya hamil berapa bulan?" Bambang dan Anita duduk berhadapan, sambil menunggu pesanan Bakso Mereka.
"Kata Bidan kemaren waktu periksa sudah lima minggu."
"Ih! Enaknya jadi Istri. Bisa hamil. Terus diperhatiin Suami. Nita kepengen deh! Tapi kan Nita kerjanya begini, mana ada laki-laki yang mau serius. Yang ada tiap malem tuh Keju Mozarella kalo gak ditelen ya dibuang diatas perut! Nasib Cewek Panggilan ya gini deh! Mana bisa bangga hamil, yang ada kalo hamil repot! Gak bisa nyari duit!"
"Nih Mas, maksud Nita yang muncrat tuh ini loh!"
Anita benar-benar memperagakan bagaimana memakan bakso keju yang saat digigit muncratlah isi keju didalamnya.
Bambang sampai meneguk salivanya. Aksi Anita menjilat lelehan keju membuat fantasi Bambang kemana-mana.
Anita tahu Bambang memperhatikannya, Semakin menjadilah Anita dengan segala skill yang Ia miliki.
"Mas Bams, kok diem aja. Itu Bakso uratnya gak dimakan? Gak enak ya? Biasanya kalo yang berurat gitu nikmat loh!"
Semakin ambigu saja, meski pembahasan soal Bakso namun isi kepala tak singkron malah membayangkan hal lain yang membuat Si Imron jadi tegang.
"Udah makan aja! Dari tadi ngomong mulu! Katanya minta dianter ke Mall setelah ini!"
"Mas Bams maunya buru-buru aja! Biasanya yang buru-buru gak enak Mas! Pelan-pelan tuh, baru berasa!"
"Biar cepet kelar!"
"Apa cepet keluar?"
Bambang gak tahu lagi harus gimana, ternyata Anita lebih liar dari Irma.
"Ok, ayo makan. Mas Bams serius banget. Gini nih kalo lama gak dikeluarin. Bawaannya sepaneng terus!"
Bodo amat lah! Udah mumet kepala atas bawah!
***
"Nis, ini belanjaan laundry sudah semua kan ya?"
"Sudah Mbak. Tadi sudah Nisa cek, sesuai dengan yang dicatatan, seperti yang Ibu pesen."
"Iya takutnya ada yang lupa, malah bolak-balik. Oh iya, sudah siang, Kita makan dulu. Ibu juga kasih uang makan buat Kita. Yuk! Bumil mau makan apa. Bebas! Pesen Ibu tadi katanya Kita boleh milih mau makan apa dan dimana."
"Duh, Nisa jarang ke Mall Mbak, gak paham juga disini ada makanan apa. Nisa ikut Mbak deh!"
"Em, apa ya. Mbak sih pengen banget nyoba itu. Yang disitu Nis, Kamu mau gak?"
"Tapi mahal gak Mbak? Gak enak sama Ibu. Walaupun Ibu sudah mengizinkan tapi gak enak Mbak kalo sampai mahal."
"Iya sih, atau Kita tanya aja sama Masnya yang jaga. Kalo harganya pas, baru Kita pesen. Udah Mbak aja yang tanya. Ayo!"
"Mas Bambang," Nisa mengikuti arah matanya, Bambang terlihat digandeng seorang perempuan dan Bambang berjalan sambil membawakan kantong belanjaan.
"Nis, Ayo!"
"Sebentar Mbak," Nisa dari arah sebaliknya segera memutar langkah, menuju seberang area yang dilewati Bambang dan Perempuan yang menggandengnya.
"Mas Bambang! Lagi apa disini! Siapa Perempuan ini!!"
"Nisa. Kamu lagi apa? Kok malah ke Mall! Sama siapa? Ini Mas antar temen kerja. Dia nyater ojek, Mas diminta sekalian bawain belanjaannya."
"Ini Mbak Nisa ya. Saya Anita. Saya juga temannya Irma. Saya sama Irma ini kerja ditempat Cafe yang sama dengan Mas Bambang Mbak."
"Nis, ada apa?"
"Oh, ini Suaminya Nisa ya. Mas, Saya sama Nisa kesini karena habis Belanja keperluan Laundry disuruh Boss."
Anisa masih diam. Tatapan penuh tanya dan rasa marah menjadi satu namun bukan dengan meledak-ledak hanya dengan tatapan tajam Anisa butuh penjelasan Bambang lebih rinci.
Bambang sadar, Istrinya dalam mode marah. Namun begitulah Anisa kadang diamnya lebih membahayakan dari marah atau mengomel.
"Em, gini deh, sebaiknya Mas Bams sama Mbaknya ngobrol aja. Saya gapapa kok batal ngojek. Bisa naek ojol juga baliknya."
Anita meraih belanjaan miliknya dari tangan Bambang, kemudian meninggalkan tanpa dosa kedua suami istri yang pasti tidak akan baik-baik saja.
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri