NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Sang CEO

Istri Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Seiring Waktu / Romansa / CEO
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rienss

“Sah!”
Di hadapan pemuka agama dan sekumpulan warga desa, Alan dan Tara terdiam kaku. Tak ada sedikitpun senyum di wajah meraka, hanya kesunyian yang terasa menyesakkan di antara bisik-bisik warga.
Tara menunduk dalam, jemarinya menggenggam ujung selendang putih yang menjuntai panjang dari kepalanya erat-erat. Ia bahkan belum benar-benar memahami apa yang barusaja terjadi, bahwa dalam hitungan menit hidupnya berubah. Dari Tara yang tak sampai satu jam lalu masih berstatus single, kini telah berubah menjadi istri seseorang yang bahkan baru ia ketahui namanya kemarin hari.
Sementara di sampingnya, Alan yang barusaja mengucapkan kalimat penerimaan atas pernikahan itu tampak memejamkan mata. Baginya ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Ia tak pernah membayangkan akan terikat dalam pernikahan seperti ini, apalagi dengan gadis yang bahkan belum genap ia kenal dalam sehari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rienss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menguntit Tara

“Sial! Sebenarnya apa yang kau pikirkan, Alan?”

Di dalam mobil, Alandra menggeram, mengumpati dirinya sendiri.

Ia merasa seperti orang bodoh saat ini.

Niatnya semula kembali ke kantor adalah untuk mengambil berkas penting yang tertinggal di laci meja kerjanya. Tapi apa yang justru ia lakukan? bukannya melangkah menuju lift setelah pertemuan singkatnya dengan Dirga dan Tara di lobby, ia justru kembali duduk di balik kemudi dan  membuntuti mobil sang adik layaknya seorang penguntit bayaran.

Hanya demi memastikan apa yang dilakukan adiknya dan Tara.

Di tengah perjalanan, ponselnya sempat bergetar. Menampilkan sebuah pesan dari Lira.

“Mas, jangan lupa Cheese cake-nya ya. Aku lagi kepengen banget.”

Alan mendesah pelan. Dalam keadaan normal, mungkin ia akan langsung berbelok arah ke toko roti langganan mereka, menunggu dengan sabar di antrean panjang demi menuruti keinginan kecil istrinya.

Tapi kali ini tidak.

Jemarinya justru mengetuk aplikasi delivery order, memesan cheese cake favorit Lira dan mengaturnya untuk diantar langsung ke rumah.

“Pesanan diterima.”

Kalimat singkat itu muncul di layar, menandai satu urusan selesai.

Setidaknya urusan rumah.

Namun tidak dengan urusan yang kini memenuhi kepalanya.

Ia menarik napas panjang menatap mobil Dirga yang melaju beberapa meter di depan.

“Lihat dirimu sekarang, Alan,” gumamnya lirih. “Kau bahkan telah menjelma jadi penguntit untuk hal yang tak seharusnya.”

Mobil Alan melambat begitu papan bertuliskan “Jr. Brew Cafe” muncul di pinggir jalan. Tak lama kemudian, mesin mobil miliknya itupun mati.

Dari tempatnya berhenti sekarang, Alan menatap ke arah mobil Dirga yang barusaja terparkir di halaman cafe. Dan sesaat setelah lampu rem mobil padam, pintu bagian pengemudi terbuka.

Dirga turun lebih dulu. Blazer abu yang tadi pria itu kenakan kini sudah tanggal, menyisakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga ke siku.

Ia bergegas membukan pintu sisi penumpang, dan setelah itu Tara turun dengan senyum kecil di wajahnya. Rambut sebahunya yang digerai tampak berantakan tertiup angin.

Keduanya sempat berbicara sebentar di dekat mobil. Dirga menunjuk ke arah cafe sementara Tara mengangguk pelan. Gestur yang terlihat natural seolah keduanya nyaman dalam kebersamaan itu.

Di tempatnya, Alan menatap pemandangan itu tanpa berkedip. Dan tanpa sadar, genggamannya pada roda stir sedikit mengencang.

Beberapa detik kemudian, Tara dan Dirga terlihat berjalan beriringan menuju pintu masuk cafe. Sedangkan Alan hanya bisa menatap punggung mereka dari balik kaca mobil, hingga akhirnya bayangan keduanya hilang di balik pintu kaca.

Alan menghela napas dalam-dalam.

Dadanya berdenyut tak karuan oleh rasa yang sulit ia jelaskan. Apakah itu cemburu? Atau perasaan lainnya.

*

Alan masih duduk di kursinya memandangi bayangan Tara dan Dirga dari balik kaca depan mobilnya. Keduanya terlihat duduk di meja dekat jendela.

Sesekali ia melihat Tara tertawa kecil, sedangkan Dirga menatap gadis itu dengan ekspresi hangat yang menurutnya terlalu mudah disalahartikan.

Untuk kesekian kalinya Alan menghembuskan napas kasar melihat kebersamaan mereka, jemarinya mengetuk setir dengan ritmme tak beraturan. Pikirannya mulai kacau.

“Apa yang mereka bicarakan sebenarnya? Kenapa bajingan tengil itu duduknya terlalu dekat? Sejak kapan mereka seperti itu?”

Ia tahu apa yang dipikirkannya itu terlalu berlebihan. Tapi logika itu tidak cukup kuat untuk menenangkan sesuatu yang bergolak di dadanya.

Ia memejamkan mata, berusaha menepis pikirannya yang mulai kemana-mana. Namun yang terjadi justru pikirannya berkembang semakin liar, skenario-skenario yang bahkan tidak masuk akal mulai bermunculan. Terlebih ia tahu pria seperti apa adiknya.

Merasa tak tahan lagi, Alan meraih ponselnya yang sejak tadi ia geletakkan di dashboard. Dengan cepat ia menekan salah satu nama di urutan teratas daftar kontaknya. Tatapannya kemudian kembali ke dalam Cafe tempat dimana Tara dan Dirga berada.

Nada sambung terdengar dua kali, sebelum akhirnya terdengar sahutan dari seberang.

“Halo, Bang! Kenapa?”

“Kau di mana sekarang?” sahut Alan yang balik bertanya.

Sempat tak ada sahutan dari seberang, hanya suara berisik yang samar terdengar.

“Biasa, Bang. Lagi nongkrong sama teman-teman,” jawab Dirga akhirnya. “Memangnya kenapa sih, Bang?”

Alan tersenyum miring, pandai sekali adiknya itu berbohong.

“Kau pulang sekarang,” perintah Alan kemudian. “Ada hal penting yang harus Abang bicarakan denganmu.”

Di seberang sana Dirga mengumpat pelan. “Bang, baru juga duduk!” protes Dirga yang tak ingin kebersamaannya dengan Tara petang itu berakhir begitu saja dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

“Lagipula hal penting apa yang harus kita bicarakan? Tak bisakah kita bicara di telpon saja?”

Tapi Alan tak menanggapi rengekan itu. Ia justru menegaskan bahwa ucapannya adalah hal yang mutlak, tak bisa di ganggu gugat.

“Aku tunggu di rumah.”

Setelah itu, sambungan terputus.

Alan meletakkan ponselnya di kursi sebelah, lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi yang ia duduki.

Ia tahu tindakannya impulsif, Tapi ia juga tak bisa diam terlalu lama melihat sesuatu yang membuat pikirannya porak poranda seperti ini.  Itu terasa jauh lebih menyakitkan.

Alan memperhatikan kondisi di dalam cafe lagi. Saat ini Dirga tampak berdiri, berbicara pada Tara dengan ekspresi kesal, sebelum akhirnya keduanya beranjak dan melangkah keluar.

Alan menegakkan tubuh, matanya masih menatap setiap gerak Dirga dan Tara hingga keduanya keluar dari pintu utama. Setelah itu, iapun menyalakan mesin mobil dan melaju pergi tanpa menoleh lagi.

Beberapa menit kemudian, mobil hitam Alan berhenti tepat di halaman depan kediaman Hardinata yang besar dan mewah. Langit sudah benar-benar gelap ketika pria itu membuka pintu mobil dan turun.

Namun meski sudah berada di rumah yang selama ini selalu bisa membuatnya nyaman terlebih oleh keberadaan wanita yang sangat dicintainya di dalam sana, Alan bahkan tidak segera masuk seperti kebiasaannya sebelum hari ini.

Ia berdiri beberapa detik lebih lama di sisi mobilnya, menatap sekitar dengan disertai helaan napas panjang yang terasa berat. Barulah setelah itu ia melangkah menuju pintu utama.

“Mas...” panggil Lira pelan begitu melihat Alan muncul. Ia bergegas menghampiri Alan dan seperti biasa langsung mengamit lengan pria itu dengan manja meski hanya sesaat.

“Kuenya sudah diantar kurir tadi. Aku pikir Mas sendiri yang ambil di toko seperti biasa.”

“Alan tersenyum samar. “Maaf, Sayang. Mas tidak sempat mampir. Jadi Mas pesan lewat aplikasi,” jawab Alan datar.

Lira mengangguk pelan, meski agak kecewa tapi ia berusaha tak mempermasalahkan. “Pertemuannya lancar?” tanyanya mencoba mencairkan suasana.

“Cukup,” jawab Alan singkat. Ia lalu melepas jasnya dan menyampirkannya di sofa. Kemudian ia melangkah menuju dapur, membuka lemari es hanya untuk menutupnya kembali beberapa saat kemudian.

Lira yang memperhatikan mengerutkan kening sebentar. Tidak biasanya Alan suaminya, melakukan hal seperti ini. Biasanya sepulang kerja, Alan hanya akan duduk di sofa bersamanya, berbagi cerita bersamanya sambil menunggu pelayan yang datang untuk melakukan ini dan itu.

Tapi kali ini... ada yang berbeda dari pria itu.

“Mas terlihat capek,” ujar Lira kemudian. “Biar aku suruh Jimmy menyiapkan teh hijau.”

“Tidak usah, Sayang.” Alan menggeleng. “Mas hanya ingin mandi. Ada sesuatu yang harus Mas bahas dengan Dirga setelah ini.”

“Dirga? Ada apa lagi memangnya dengan dia, Mas?”

Alan menatap wanita itu sekilas. “Tidak penting, “ ujarnya pelan. “Hanya urusan pekerjaan.”

Lira menatap suaminya beberapa saat, lalu mengangguk meski jelas tidak puas.

“Baiklah,” katanya pelan. “Tapi Mas belum makan malam.”

Tapi Alan sudah melangkah pergi sebelum sempat menjawab.

Langkah kakinya terdengar berat menaiki tangga, meninggalkan Lira di ruang makan sendirian.

Perempuan itu menatap cheese cake yang sudah ia tata di atas meja, biasanya Alan akan menemaninya makan kue favoritnya itu. Tapi malam ini, suaminya itu bahkan tidak meliriknya sama sekali.

Sementara itu di lantai atas, Alan berdiri di depan cermin kamar mandi, memandangi wajahnya sendiri.

Bayangan Tara dan Dirga dari kafe tadi masih berputar di kepalanya, menindih semua suara lain. Bahkan senyum lembut Lira pun tak cukup kuat untuk menghapusnya.

Ia meremas keran air. “Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan, Alan…” gumamnya menatap pantulan dirinya dengan tatapan kebencian.

1
Rahmat
Dirga rebut tara dr pria pengecut seperti alan klau perlu bongkar dirga biar abang mu dlm masalah
Rahmat
Duh penasaran gimana y klau mrk bertemu dgn tdk sengaja apa yg terjadi
ida purwa
nice
tae Yeon
Kurang greget.
Rienss: makasih review nya kak. semoga kedepan bisa lebih greget ya
total 1 replies
minsook123
Ngakak terus!
Rienss: terima kasih dah mampir kak. Salam kenal dan semoga betah baca bukuku ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!