NovelToon NovelToon
Cek Khodam Online

Cek Khodam Online

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu
Popularitas:720
Nilai: 5
Nama Author: ef f

gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Hah? Di kuburan??" deni mengernyitkan dahi sambil mengingat-ingat lagi peristiwa yang membuat semvak nya ketinggalan di kuburan.

"Oh, iya, iya, aku ingat. Kalo gak salah, aku meninggalkan semvak di kuburan tua yang terletak di perbatasan desa. Syukurlah, ternyata dugaan temanku salah, ku kira kamu ingin menculikku." ucap Deni dengan polosnya.

Wajah putih pucat yang masih menyisakan sedikit kecantikan itu sempat membuatnya lupa jika wanita di depannya ini bukan manusia. Gambaran seram Wewe gombel itu seakan menghilang begitu saja.

Deni berdiri tanpa rasa takut, ia memindai makhluk itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan pandangan nya terpusat pada bagian yang membuat setan di depannya dipanggil setan tobrut.

Diam-diam pikiran pemuda itu mulai traveling kemana-mana, mulai dari ukuran BH sampai membayangkan gimana jika ukuran sebesar dan sepanjang itu dimiliki oleh manusia.

Menyadari jika sorot mata Deni mengatah ke bagian tertentu, sontak saja membuat setan itu segera menutupi bagian dadanya.

"Eits! Punya mata di jaga mas, jangan mesum gitu!"

"Idih! Aku juga gak napsu sama setan. Dahlah, aku mau masuk dulu, mau ganti kostum. Tadi ada bapak-bapak lari ketakutan gara-gara liat aku pakek kostum beginian".

Sambil melompat-lompat masuk ke dalam gerbang, Deni meninggalkan makhluk yang masih menatapnya. Ia merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Semua udah terbukti bahwa setan itu cuma ingin mengembalikan celana dalam miliknya.

\*\*\*

Tegar masih mondar mandir di depan pintu toilet. Lebih dari sepuluh menit ia menunggu Dimas, tapi tak kunjung keluar.

"Cepetan Dim! Deni keburu marah nih." panggil Tegar sambil mengetuk pintu berkali-kali, sampe akhirnya keluar juga yang ditunggu-tunggu.

Dengan langkah cepat, mereka berdua segera menghampiri tempat ritual tadi, mereka terkejut karena tempat itu udah kosong.

"Duh Gar! Deni gak ada!"

"Kamu sih kelamaan. Pasti dia ngira kita lagi ngerjain dia".

"Terus gimana ini?"

"Cepetan kita cari Deni, semoga gak kenapa-kenapa tuh anak."

Dimas mengangguk, keduanya segera pergi ke arah pintu gerbang. Dan benar aja, mereka udah menemukannya.

"Astaghfirullah Gar! Ada pocong gar!" dimas terkejut melihat pocong dengan posisi kepala menunduk yang kesulitan berjalan.

"Ck! Payah banget kamu Dim! Itu bukan pocong tapi Deni! Perhatikan tuh mukanya. Muka pocong tuh serem, bukan melarat." balas Tegar yang menilai kondisi sahabatnya.

"Lah bener! Ayo cepetan kita susul."

Keduanya langsung menghampiri Deni, namun saat melihat kedatangan temennya itu, Deni justru acuh tak acuh. Ia masih kesal karena ditinggal.

"Den! Kamu gak kenapa-kenapa kan? Ada yang luka? Kamu ketemu hantu nya?" cecar Tegar dan Dimas bergantian. Mereka cemas sekaligus merasa bersalah.

"Gak kenapa-kenapa matamu! Kalian kemana aja ha?"

"Kami minta maaf Den, si Dimas tuh, takut ke toilet sendiri."

"Halah alesan, bilang aja kalian mau ngerjain aku kan? Tadi aja ada orang yang lewat sampe lari ketakutan gara-gara liat aku."

"Terus gimana hasilnya Den? Kamu ketemu setan itu kan?"

Deni terdiam, ia ragu jika menceritakan pertemuannya dengan Wewe gombel itu. Apalagi tujuannya diluar nurul. Hanya ingin mengembalikan celana dalam yang tertinggal.

"Nggak! Ritualmu yang terinspirasi dari kreator yusube itu gagal. Aku gak ketemu sama setan tobrut itu." jawab Deni mengelak

"Seriusan Den?"

Di tengah-tengah obrolan itu. Tiba-tiba Dimas mencium bau tak sedap.

"Dim, ngapain kamu ngendus-ngendus gitu?"

"Kalian nyium sesuatu gak?"

"Sesuatu apa?"

"Entah, aromanya kayak bau rendaman kaos kaki"

Sontak saja Deni mendelik, ia tau jika bau itu adalah celana dalamnya.

"Kaos kaki apaan? Mulutmu yang bau rendaman kaos kaki! Cepetan bantu aku masuk, aku capek gara-gara iku ritual konyol kalian." sambung Deni mengalihkan perhatian.

Situasi malam yang semula mencekam kini menjadi peristiwa yang lucu untuk dikenang.

\*\*\*

malam yang panjang baru terlewati, burung-burung berkicau di pagi hari. Aktivitas kerja kembali seperti semula. Pekerjaan hari ini tidak menemukan kendala apapun. Hingga sampai petang tiba, Deni dan dua sahabatnya siap-siap pulang ke rumah masing-masing.

"Inget ya, ritual kemarin cuma rahasia kita bertiga" ucap Deni memberi peringatan.

"Beres Den, kalo sama kita mah rahasia dijamin aman. Tapi dari tadi aku masih khawatir kalo mahkluk itu masih menghantui kamu. Apa gak sebaiknya kamu ke tempat nya Lek To? Biar badanmu dibersihin?"

"Ngapain dibersihin? Emangnya badanku berdaki? Aku udah yakin seribu persen setan tobrut itu gak bakal ngikutin aku".

"Kok kamu bisa yakin? Katanya semalam gak ada hasil? Timpal Tegar hingga tenggorokan Deni tecekat.

"Eh, pokoknya kalian percaya aja." Deni memacu kendaraan meninggalkan dua sahabatnya yang kebingungan. Bahkan saat sudah menghilang di pintu gerbang, Dimas dan Tegar masih diam dengan perasaan janggal.

"Dim! Jangan bengong." ucap tegar sambil menepuk pundak Dimas.

"Mikirin apa?" Tanya nya lagi.

"Mikirin Deni Gar. Tiba-tiba aku khawatir sama anak itu. Kira-kira ada peristiwa ya yang menimpa dia saat kita ninggalin dia?" gumam Dimas yang digawab gelengan oleh Tegar.

Setelah Deni tiba di rumah, ia masuk ke dalam. Pintu utama gak terkunci, menandakan jika ibu udah pulang dulu. Akan tetapi rumah dalam kondisi sepi, ia tidak menemukan keberadaan sang ibu.

Ia kemudian memutuskan duduk sambil merokok. Karena kelelahan, Deni menyandarkan bahu di sofa, sayup-sayup matanya terpejam, namun belum sempat terpejam, ia dikejutkan oleh suara radio yang tiba-tiba berbunyi dengan sangat keras.

Sontak saja Deni bangkit menuju asal suara. Ia heran pada radio usang milik almarhum ayahnya. Benda itu masih bersuara melagukan tembang era 80-an.

Lagu lawas yang harusnya berkaitan dengan kenangan justru terasa mistis sebab lagi itu yang sering di putar saat ayahnya masih ada.

Dengan rasa penasaran, Deni kemudian mendekatkan telinganya. Anehnya tembang yang ia dengar sayup-sayup perlahan menghilang. Tanpa sadar Deni pun semakin mendekat hingga ia dapat mendengar suara yang berbeda.

"Sumolo wis teko." (Sumolo sudah datang).

"Gusti!"

1
Ikhsan Adriansya
lanjut kk
Ikhsan Adriansya
astoge/Joyful/
Ikhsan Adriansya
bagus
Slemkleseman
semoga menghibur
Slemkleseman: update tiap hari ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!