Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Berbeda
Hubungan Radella dan kekasihnya yang bernama Reno bisa dibilang tetap dekat. Tidak seperti Delan dan Tantri, karena Radella selalu menyempatkan diri mengabari Reno begitu pula sebaliknya. Meski sudah jarang bisa keluar bersama, tapi mereka sering berbagi cerita lewat telepon.
Tidak begitu lama, hanya sekitar setengah jam sampai satu jam, tapi itu cukup untuk memberikan waktu berdua. Terlebih lagi, Reno sosok yang begitu pengertian dan selalu memberikan Radella ruang untuk sendiri. Bukan pria penuntut yang selalu ingin mendominasi hubungan.
Hubungan mereka juga lebih lama dari Delan dan Tantri. Mereka menjalani sudah hampir tiga tahun, sejak di bangku perkuliahan. Reno menjadi kakak tingkat Radella yang sering membantunya karena mereka satu jurusan dan tergabung dalam satu organisasi, di mana Radella sebagai junior Reno. Dari sana, kedekatan keduanya terjalin, Radella yang sangat nyaman dengan sikap lembut dan perhatian dari Reno.
Mereka bahkan telah merencanakan pernikahan sebelum lulus kuliah, membayangkan berumah tangga bersama. Namun yang terjadi, setelah kelulusan Radella, orangtuanya sudah menyiapkan sosok Delan sebagai suaminya. Tidak bisa menolak, mereka berdua menerima dengan melakukan perjanjian di antara keduanya tanpa keluarga mereka ketahui.
Salah satunya, mereka tidak boleh mengusik hubungan masing-masing karena mereka tahu, masing-masing dari mereka sudah memiliki kekasih. Bersyukur, sampai saat ini kedua kekasih mereka belum mengetahui pernikahan Radella dan Delan. Karena, mereka benar-benar menjaga privasi pernikahan mereka dari publik. Untung saja, acara pernikahan mereka juga bukan pernikahan besar yang mengundang banyak orang.
"Hai!" sapa Reno begitu Radella sampai di tempat.
Mereka berada di sebuah restoran Jepang, favorit Radella. Reno sudah menunggu di parkiran dan sepuluh menit kemudian Radella baru tiba. Perempuan itu tersenyum manis, menatap wajah tampan Reno. Wajah yang tidak banyak berubah, hanya terlihat semakin dewasa.
"Kamu sudah menunggu lama?" tanyanya yang langsung dijawab gelengan oleh Reno. "Bukan masalah besar," balas Reno membuat Radella tersenyum kecil.
Reno tetap sama, sosok pria yang penuh perhatian. Sikapnya begitu dewasa sedari dulu, walaupun umur mereka hanya terpaut satu tahun. Namun, pembawaan mereka terlihat kontras. Radella yang terlihat seperti seorang remaja dengan sikapnya yang ceria, bawel dan ekspresif. Sedangkan, Reno sosok yang tenang tapi tetap santai.
"Ayo!" ajaknya. Radella mengangguk antusias, tangannya segera menggandeng lengan Reno.
Mereka berjalan masuk, dan mendapati keadaan cukup ramai karena memang hari libur. Banyak sepasang kekasih atau keluarga yang ikut menghabiskan waktu libur seperti mereka, menikmati di luar rumah. Mereka mencari tempat yang masih kosong, tepat di pojok yang jauh dari mereka berdiri.
"Di sana, masih ada kosong!" tunjuk Reno.
Radella mengikuti arah pandang Reno, matanya membola begitu melihat meja di depan meja kosong itu. Sosok Delan bersama kekasihnya lebih dulu di sana, mereka tengah menikmati makanan sambil melempar candaan terlihat dari tawa kecil keduanya. Dadanya yang tadi sempat lega, kembali merasa sesak lagi.
"Hey, kenapa?" tegur Reno karena Radella hanya diam terpaku menatap sepasang kekasih tersebut.
Radella tersentak, dia menggeleng pelan lalu mengajak Reno menuju ke meja kosong itu. Dia harus melawan rasa aneh itu, dan membuktikan kalau keputusan mereka berpisah sudah benar. Mereka sudah bahagia bersama kekasih masing-masing, seperti sekarang ini.
Keduanya berjalan melewati meja Delan dan Tantri, pria itu belum menyadari kehadiran Radella bersama Reno karena fokus pada cerita lucu Tantri. Tawa kecil Delan dan Tantri kembali mengusik telinga Radella yang malah terdengar cukup jelas karena jarak mereka yang berdekatan. Parahnya, Radella malah memilih duduk menghadap Delan yang melihat jelas bagaimana Delan dan kekasihnya tengah bersenang-senang.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Reno membuat Radella kembali fokus pada Reno.
"Seperti biasa. Udah lama gak makan di sini, aku kangen rasanya," jawab Radella semangat dan terdengar sampai meja sekitarnya.
Suara itu membuat seorang pria membeku, suara yang terdengar sangat familiar. Kepalanya mendongak dan bertemu dengan wajah cerah milik Radella di depannya. Perempuan itu yang masih berstatus sebagai istrinya meski mereka sekarang pisah rumah, berada tak jauh darinya. Terlihat juga seorang pria yang membelakangi dirinya menemani Radella, tanpa bertanya pun, Delan tahu kalau itu kekasih Radella.
Matanya kembali menatap perempuan itu, terlihat bahagia dari pancaran mata indahnya yang menatap pria di depannya. Dalam hatinya, tertawa kecut karena merasa ada yang salah saat dadanya mendadak sesak. Otaknya memaksa agar matanya mengalihkan pandangan dari perempuan itu, tapi malah semakin menatap intens yang membuat dadanya berdegup kencang, kesakitan.
"Delan?" tegur Tantri membuat Delan tersadar.
Dia menoleh ke arah Tantri yang menatapnya aneh, sudah pasti dia tertangkap basah tengah memandang ke arah lain. "Iya?" balasnya sambil tersenyum, tapi mendadak bibirnya terasa kaku untuk membentuk sebuah senyuman.
"Kamu gak papa? Apa yang kamu lihat?" balas Tantri sambil menoleh ke belakang.
Gadis itu hanya menemukan satu meja pojok yang diisi pasangan lain. Matanya menyipit, memonitor gadis yang tengah tersenyum riang bersama kekasihnya itu. "Kamu kenal sama dia?" tanyanya menatap kembali Delan.
Pertanyaan itu bukan hanya membuat Delan tersentak, tapi juga Radella yang mendengarnya karena jarak mereka yang memang cukup dekat. Radella sadar, barusan kekasih suaminya tengah menatapnya sebelum bertanya kepada Delan. Dan, sekarang dia menanti jawaban dari Delan dengan perasaan cemas.
Delan mengambil napas perlahan, lalu mengembuskan dengan pelan juga agar tetap terlihat normal. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyuman saat menatap balik Tantri. "Tidak, aku tidak mengenalnya. Lagian, aku juga baru melihatnya," jawabnya dengan meyakinkan.
Jawaban sesuai perjanjian saat mereka tidak sengaja bertemu di tempat umum dengan orang lain. Jawaban yang sudah bisa ditebak karena mereka sendiri yang membuat dan menyepakati, tapi sialnya Radella sekarang malah merasa kecewa. Mendadak, perasaannya tidak nyaman dan dia ingin segera pulang untuk menumpahkan apa yang dia rasakan di dalam kamarnya.
Bahkan, dia merasa ingin meneteskan air mata karena rasa sesak di dadanya. Sekuat mungkin, dia menguatkan hati dan mengalihkan rasa sakit dan kecewa kepada Reno yang masih berceloteh melanjutkan cerita mereka tanpa menyadari bagaimana wajah Radella. Mata perempuan itu memberanikan diri melirik ke arah Delan, dengan perasaan kacau.
Saat mendongak, keduanya bertemu pandang. Tatapan berbeda mereka dapatkan dan lontarkan, tidak seperti saat mereka tengah berdua. Meski bukan sorot penuh cinta, tapi mereka selalu melempar sorot hangat dan menyenangkan. Sekarang, tatapan itu menyorot dengan hampa.
"Hey, ada apa?" Reno yang mendongak, mengernyit melihat Radella yang tengah memandang ke depan, bukan ke arahnya.
Radella buru-buru menormalkan ekspresi yang terlihat jelas di mata Reno. Pria itu juga ikut menyoroti ke belakangnya, tapi tidak mengetahui apa yang Radella lihat barusan. Hanya ada pasangan yang tengah menikmati hidangannya masing-masing pada beberapa meja yang ada di belakangnya.
"Tidak ada, aku hanya ingin pergi ke kamar mandi sebentar. Kebelet sedari tadi," kilah Radella memaksakan senyum cerahnya yang biasa dia tampilkan.
Reno tertawa kecil. "Mau aku anter?" tanyanya sambil menggoda yang membuat Radella mendelik kesal, tapi terlihat lucu di mata Reno.
"Kenapa? Biasanya juga aku antar," sambungnya sambil bercanda.
"Gak lucu ya. Mana pernah aku minta antar!" balas Radella ketus.
Reno hanya tertawa kecil, begitu merindukan momen kecil itu. Melihat Radella dengan aneka ekspresinya yang membuat perasaannya semakin membuncah bersama kekasihnya. Radella segera berlalu, tapi sebelum itu dia menyempatkan melirik sekilas ke arah Delan dan dia segera merutuki keinginan hatinya karena begitu menoleh, mendapati pemandangan yang semakin membuat panas di dalam tubuhnya.