Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.18
Hujan lagi, "lagi lagi hujan"
Hujan baru reda tapi jalan masih basah. Abdi berdiri di tepi sungai Deli, tablet tergenggam erat. Clara muncul di udara seperti biasa, mata hologramnya tajam.
"Ada aktivitas aneh" katanya singkat
"Apa jenisnya" tanya Abdi tanpa menunggu
"Variasi baru dari Black Node. Mereka menyisipkan modul self replicate yang bisa menyebar lewat perangkat IoT rumah tangga. Jika tidak dihentikan sekarang mereka akan mengunci jutaan perangkat dan menuntut tebusan global" jelas Clara
Abdi menghela napas. "Kita lakukan apa"
"Kita harus menghancurkan inti modul pertama. Lokasinya di server mesh tersembunyi yang tersebar di lima lokasi. Aku sudah tandai tiga. Dua lagi berada di jaringan rumah pintar yang dipakai sebagai relay" jawab Clara
"Bagaimana prioritasnya" tanya Abdi
"Prioritas satu adalah node pusat di pusat data bekas milik PT Sumber Jaya. Prioritas dua dan tiga di gudang kontainer pelabuhan. Empat dan lima tersembunyi di cluster rumah di kawasan Belawan" Clara menghitung cepat
Abdi menekan tablet. "Kita mulai dari pusat data. Siapkan drone, jebakan digital, dan modul pemutus sinkron"
"Siap. Tapi mereka punya sistem adaptif real time. Jika kita serang frontal mereka akan memecah diri. Solusi terbaik adalah memancing mereka keluar dengan umpan terkontrol lalu mengetikkan kill sequence simultan" Clara mengusulkan
Abdi mengangguk. "Buat umpan. Aku akan atur tim di lapangan"
Dalam sepuluh menit tim kecil Abdi bergerak. Dua unit polisi lokal yang bisa dipercaya, dua teknisi, dan Abdi sendiri. Drone silent melayang melintasi gedung tua pusat data. Kamera pengawas tampak kosong sementara Clara menutup feed.
"Aku aktifkan traffic decoy sekarang" kata Clara
Jalur data nyata dan palsu berjalan sejajar. Paket yang berisi bait virtual mengalir ke node target. Abdi memasang modul pemicu di port servis.
"Tanda hidup" lapor teknisi
"Clara ada respon" Abdi memberi tahu
"Ada. Modul Black Node mencoba mengenkripsi bait. Mereka memicu mirror process. Sekarang mereka muncul sebagai empat thread" Clara cepat
"Bagaimana kita memukul empat thread itu serentak" tanya Abdi
"Kita gunakan sinkronisasi temporal. Aku akan kirimkan kill sequence yang disisipkan ke dalam bait. Kau tekan tombol manual ketika semua thread menunjukkan header identical" Clara instruksikan
Abdi menunduk memantau layar. Kode berputar seperti pusaran. Detik berganti. Thread pertama muncul header hampir identik. Kedua mengikuti. Ketiga dan keempat juga menyamakan pola. Itu titik lemah.
"Aku siap" kata Abdi
"Tekan sekarang" Clara memerintah
Abdi menekan tombol. Gelombang data putih memancar. Semua thread kejang dan kemudian beku. Kode adaptif berputar menjadi serpihan. Drone di atas mengeluarkan pulsa elektromagnetik terukur untuk memutus pengaitan hardware. Di ruang nyata server mengeluarkan suara alarm. Teknisi menutup panel. Pusat data aman.
"Node pusat hancur" Clara mengumumkan
Abdi tersenyum tipis tapi tidak lama. "Empat dan lima masih aktif di Belawan. Mereka akan menyebar lewat perangkat rumah"
"Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus bergerak cepat dan cerdas" Clara menambahkan
Mereka berpisah. Abdi ke pelabuhan bersama dua teknisi. Drone kecil menyusup di antara peti. Sementara itu Clara memulai operasi digital di latar belakang. Dia membuat peta jaringan perangkat IoT yang terinfeksi. Lampu jalan, kamera pintu, meteran listrik. Semua bisa jadi relay.
"Skenario baris satu" Clara menyarankan "Kita nonaktifkan relay yang paling kuat dulu. Gunakan blackout terukur agar perangkat itu reboot tanpa menyebarkan payload"
"Bagaimana kita lakukan tanpa memutus layanan penting" tanya Abdi
"Aku akan mem-bypass jalur kritis lalu menurunkan tegangan komunikasi pada segmen berbahaya selama enam puluh detik. Itu cukup untuk memutus self replicate" Clara menjelaskan
Di pelabuhan Abdi memantau drone yang menempel pada peti. Teknisi membuka panel kecil, memasang perangkat pemutus frekuensi. Detik berganti, jaringan relay kehilangan satu simpul. Clara mengeksekusi pemutusan segmental. Gelombang penyebaran berhenti.
"Tapi mereka bereplikasi lewat bluetooth dan mesh lokal" teknisi memberi laporan
"Kalau begitu kita gunakan sweep audible" usul Abdi "Gelombang suara pada frekuensi tertentu bisa memicu safe mode pada beberapa firmware IoT"
"Aku bisa mensintesis frekuensi itu dan mengirim lewat drone. Tapi risiko kerusakan perangkat meningkat" Clara menimbang
"Kita ambil resiko terukur. Data manusia lebih penting dari elektronik" Abdi berkata tegas
Clara mengirim frekuensi. Drone menggema dan gelombang suara rendah menyapu gudang kontainer. Sejumlah perangkat masuk safe mode. Operator kriminal tampak bingung.
"Ada tim bergerak" lapor teknisi
Mereka bergerak cepat mengepung. Beberapa operator mencoba kabur. Abdi mengejar seorang pria yang memegang laptop. Mereka bergulat di tangga kontainer. Laptop terlempar. Kode pada layar berkedip lalu mati.
"Diambil" kata Abdi sambil mengekang pria itu
Sementara itu Clara berteriak di kepala Abdi. "Ada dua cluster di Belawan Timur yang menjadi relay kuat. Aku menemukan pola yang menunjukkan server operator utama berlokasi di kapal kontainer kecil yang kini bersandar di dermaga tiga"
Abdi memutuskan cepat. "Kita papan kapal itu sekarang"
Mereka naik kapal patroli kecil. Ombak dingin melibas. Angin malam merobek jaket. Di kapal kontainer kecil itu suara radio samar. Abdi menyelinap. Dua penjaga melintas. Ia menunduk, bergerak seperti bayangan. Di ruang mesin, server portabel bersinar merah seperti jantung gelap.
"Aku sambungkan" kata Abdi
"Tunggu" Clara memperingatkan "Ada trap hardware yang memicu bom logika jika sambungan fisik terputus mendadak"
Abdi menahan diri. "Kita gunakan koneksi lurus lewat fiber internal. Jangan cabut apapun"
Clara memetakan jalur kabel. Abdi memasang adaptor. Data mulai mengalir. Di layar, representasi virus berubah menjadi bentuk manusia mengancam.
"Aku masuk ke inti" kata Abdi pelan
"Jangan biarkan ia menempelkan node cadangan" Clara memberi peringatan
Abdi menekan perintah untuk mengirim kill package. Representasi virus merontok. Beberapa thread mencoba melarikan diri ke perangkat lain tetapi microwave drone menutup kanal frekuensi. Ada ledakan kecil di ruang mesin karena baterai cadangan operator meledak. Abdi menutup panel sementara asap memenuhi ruangan.
"Server kapal hancur" Clara berseru lega
Abdi batuk. "Satu lagi cluster di Belawan utara. Mereka akan pakai jaringan rumah. Kita harus bertindak cepat"
"Kau ke sana, aku susun jebakan digital. Kita sinkron serangan" jawab Clara
Di cluster perumahan Abdi bergerak dari atap ke atap. Kamera tetangga dimanfaatkan untuk memberikan gambaran real time. Clara memandu geraknya hingga ia menemukan rumah yang menjadi relay utama. Di dalam, sebuah anak muda panik memegang router portabel.
"Jangan sentuh apapun" Abdi bersuara cepat sebelum bocah itu sadar
Anak itu terkejut. "Siapa kau" katanya ketakutan
"Aku orang yang akan menyelamatkan rumahmu dari kerusakan" Abdi menjawab lembut tetapi tegas
Clara mengirim instruksi ke router. "Tahan satu menit. Aku kirimkan patch darurat yang membuat perangkat masuk safe mode aman"
Sementara itu Abdi menenangkan anak itu dan menjelaskan singkat. Dalam hitungan detik router reboot dengan firmware aman. Sinyal penyebaran putus.
"Cluster terakhir ditutup" Clara melaporkan
Abdi menghela napas panjang. Tubuhnya lelah, tapi matanya tenang. "Kita berhasil menghancurkan virus ini"
"Benar. Namun ada laporan sisa paket yang mengirim heartbeat ke alamat internasional. Ada kemungkinan operator lain sedang menyiapkan comeback" Clara memperingatkan
Abdi menatap peta dunia yang mulai berkedip di layar. "Kalau mereka balik, kita balik lebih keras. Kita bangun sistem deteksi lebih luas dan team response yang siap 24 jam"
Clara menambahkan lembut. "Sistem memberi apresiasi. Poin tambahan untuk tindakan adaptifmu sudah ditambahkan. Namun ada pesan lain. Origin Frame bereaksi. Mereka tahu rumahnya diganggu"
Abdi meneguk kopi yang disodorkan teknisi. "Baik. Kita beri mereka kejutan lain nanti"
Malam itu Medan tenang kembali. Lampu-lampu jalan merekah. Di atas sungai Deli Abdi berdiri menatap kota. Clara berbicara pelan di kepalanya.
"Kau hebat, Abdi. Kau menyelamatkan jutaan perangkat dan potensi kehancuran ekonomi serta sosial"
Abdi menatap gelombang cahaya kota. "Kita tidak selesai. Mereka akan adaptasi. Tapi kita juga akan adaptasi"
Clara tersenyum samar. "Baik. Istirahat sekarang. Besok kita rancang protokol pencegahan global. Misi menghancurkan virus ini selesai. Kamu dapat poin sistem besar dan reward moral lebih besar lagi"
Abdi mematikan tablet sejenak. Hujan ringan kembali turun seperti sapaan. Ia menutup mata, mendengar suara kota yang pulih. Dalam benaknya ia tahu perang ini panjang. Namun malam itu, ia berhasil menghancurkan satu ancaman besar.
Misi selesai. Poin tercatat. Medan aman untuk saat ini.
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!