NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Pria yang masuk ke dalam apotik itu berdiri tepat di samping Lily. Sekilas pria itu menatap Lily, seakan mengingat sesuatu lalu kembali menatap Lily dalam-dalam.

Pria: "Kamu Lily, kan?" tanyanya dengan rasa penasaran. Lily menatap Pria itu dengan penuh tanda tanya.

Lily: "Iya, saya Lily." sahutnya. Pria itu tersenyum lebar, dan kembali menatap Lily dalam-dalam.

Pria: "Apakah kamu lupa padaku, Lily?" tanyanya dengan rasa penasaran. "Saya, Toni. Kita satu kuliah dulu di Sidney." ucapnya lagi. Lily mengerutkan kedua alisnya, seakan mengingat sesuatu.

Lily: "Toni dulu agak kurusan. Kamu kelihatan berisi." ucapnya dengan ragu-ragu. Toni tertawa kecil, lalu mengatakan tentang berat badannya yang sudah naik. Beberapa saat mereka berbincang, Lily pamit pada Toni karena telah mendapatkan obat asam lambungnya. Toni sempat meminta nomor ponsel Lily, awalnya Lily tidak ingin memberikannya karena ingin menjaga perasaan Hans. Namun, Toni mendesaknya dengan alasan demi pertemanan mereka, akhirnya Lily memberikan nomor ponselnya. Lily masuk ke dalam rumahnya, dan melangkah ke kamarnya. Lily melihat Hans duduk di atas ranjang sambil membaca buku sejarah. Hans sangat menyukai buku-buku sejarah.

Lily: "Kenapa belum tidur, mas?" tanyanya sambil meletakkan obat yang dibelinya di atas meja riasnya.

Hans: "Kenapa lama, sayang?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Lily: "Pegawai apotik itu agak lama mencarinya, mas." sahutnya dengan wajah kesal.

Hans: "Lalu, bagaimana?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Akhirnya ada, mas." sahutnya sambil tersenyum kecil. "Kamu tidur duluan saja, ya." pintanya. "Aku ingin minum obat dulu." ucapnya lagi. Hans tersenyum hangat, lalu turun dari ranjangnya, dia menghampiri Lily yang sedang berdiri di depan cermin. Hans memeluk Lily dari belakang, lalu mencium leher istrinya itu dengan mesra membuat seluruh tubuh Lily bergetar.

Hans: "Kita sama-sama tidur, sayang. Aku telah menunggumu sejak tadi, sayang." bisiknya di telinga istrinya. Lily tersenyum, dia membalikkan tubuhnya lalu menganggukkan kepalanya.

Lily: "Aku minum obat lambung dulu, ya, mas." ucapnya dengan lembut.

Hans: "Iya, sayang." sahutnya. Hans kembali melangkah, dia naik ke atas ranjangnya lalu membaringkan tubuhnya dan menunggu istrinya. Hans sangat mencintai Lily, baginya Lily adalah wanita yang lembut, cantik, pintar, dan cukup liar di atas ranjang. Hal inilah yang membuat Hans ketagihan pada istrinya itu. Hans juga tidak pernah mempermasalahkan tentang kehadiran seorang anak. Hans tidak pernah menuntut Lily untuk berobat, demi menantikan kehadiran seorang anak. Malam itu Lily dan Hans bercinta dengan penuh gairah. Hans menyukai tubuh Lily yang ramping, dengan lincahnya meliuk-liuk membuat Hans sangat bergairah pada istrinya dan cukup kewalahan bercinta dengan Lily.

Lily: "Ahhh, mas. Aku basah." desahnya.

Hans: "Aku juga, sayang." bisiknya di telinga Lily. Keduanya telah mencapai puncaknya. "Kamu hebat, sayang." bisiknya dengan mesra. Lily menatap wajah Hans, dia tersenyum dengan puas.

Lily: "Kamu juga, sayang." sahutnya. Malam semakin larut, Hans tertidur pulas setelah bercinta dengan istrinya, sedangkan Lily membersihkan area sensitifnya di kamar mandi. Malam berlalu, berganti dengan pagi yang indah. Suasana pagi itu sedikit mendung, matahari enggang menampakkan dirinya. Cuaca di kota Bandung pagi itu sangat dingin, musim hujan telah tiba. Pagi itu bi Sita sibuk di dapur, memasak dan menyiapkan sarapan untuk Hans dan keluarganya, dan tante Meti ikut membantu pekerjaan bi Sita di dapur.

Tante Meti: "Apa lagi yang kurang, bi?" tanyanya sambil mencicipi rasa dari masakannya sendiri. Tante Meti selalu menyuruh bi Sita mengoreksi hasil masakannya sendiri.

Bi Sita: "Rasanya pas, nyonya." ucapnya sambil tersenyum puas.

Tante Meti: "Taruh di atas meja, ya, bi." ucapnya sambil menyerahkan hasil masakannya kepada bi Sita. Aroma masakan tercium begitu nikmatnya. Mawar melangkah keluar dari dalam kamarnya.

Mawar: "Kelihatannya enak." pujinya. Mawar mengambil piring dan sendok, lalu mengambil makanan yang telah disajikan di atas meja makan itu.

Tante Meti: "Jadwal kuliahmu pagi, kan?" tanyanya sambil menoleh ke arah Mawar.

Mawar: "Iya, bu." sahutnya dengan singkat.

Tante Meti: "Ikut sama kakakmu saja, nak." ucapnya.

Mawar: "Rencananya sih begitu, bu." ucapnya sambil mengunyah makanannya. Hans dan Lily keluar dari dalam kamarnya, mereka bergandengan tangan, sambil tersenyum hangat pada Mawar dan tante Meti.

Mawar: "Mas Hans dan kak Lily kelihatan bahagia." ucapnya sambil menatap wajah keduanya.

Hans: "Kita semua harus bahagia." sahutnya sambi duduk di dekat meja makan itu. Lily mengambil beberapa piring dan sendok yang tersedia di atas meja, lalu mengambil makanan untuk suaminya terlebih dahulu.

Mawar: "Aku ikut mobil mas Hans, ya." ucapnya.

Hans: "Sejak kapan kamu minta ijin padaku, Mawar?" tanyanya sambil bercanda. Hubungan Hans dan Mawar terbilang sangat dekat dan manis. Mawar sangat menghargai Hans sebagai kakaknya. Mawar juga menghargai Lily sebagai kakak iparnya dan menganggap Lily sebagai kakak kandungnya sendiri. Lily sering memberikan jatah bulanan kepada Mawar, dan ibu mertuanya yaitu, tante Meti. Pukul 8.10 Hans dan Mawar pergi, setelah itu Lily juga pergi ke tokonya. Hans dan Lily masing-masing mempunyai mobil pribadi. Kantor Hans dan toko milik Lily berlawanan arah, mereka selalu pulang-pergi dengan mengendarai kendaraan pribadi. Hans mengantar Mawar terlebih dahulu ke kampusnya, karena jalur mereka searah.

Hans: "Kamu turun di depan kampus aja, ya, Mawar." ucapnya sambil terus menyetir dengan pelan karena hampir tiba di depan kampus.

Mawar: "Biasanya memang begitu, mas." sahutnya. 10 menit kemudian, Hans memberhentikan mobilnya di depan kampus Mawar.

Hans: "Akhirnya sampai juga." ucapnya dengan perasaan lega. Saat Mawar keluar dari dalam mobil Hans, tiba-tiba dia melihat Dewi tangan Dewi ditarik secara paksa oleh seorang pria dan pria itu adalah pacar dari Dewi yang bernama Andi.

Mawar: "Dewiii." teriaknya sambil berlari kecil menghampiri sahabatnya itu. Hans melihat dari kaca mobilnya Mawar berlarian ke arah Dewi ikut panik, dan dengan terpaksa Hans ikut keluar dari dalam mobilnya menyusul Mawar yang sedang menghampiri Dewi.

Mawar: "Lepaskan dewi." ucapnya dengan suara keras sambil menatap tajam pada Anto.

Anto: "Jangan ikut campur, ya. Ini urusan kami." sahutnya sambil menunjuk ke arah Mawar.

Dewi: "Tolong aku, Mawar." pintanya dengan mata yang berkaca-kaca. "Dia memaksaku untuk ikut dengannya." ucapnya lagi. Anto menatap Mawar dengan tatapan tajam dan penuh amarah.

Mawar: "Jangan ikut campur, ya. Aku sudah memperingatkanmu." ucapnya dengan suara yang lantang.

Mawar: "Lepaskan Dewi. Aku akan menelpon polisi." teriaknya sambil mengancam Anto.

Anto: "Pergiii." teriaknya dengan amarah yang memuncak. Hans tetap tenang menyaksikan semuanya, dia hanya peduli pada Mawar.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!