NovelToon NovelToon
The Legend Of The Shadow Eater

The Legend Of The Shadow Eater

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / TKP / Hantu
Popularitas:483
Nilai: 5
Nama Author: Senara Rain

Bagi Lira, Yash adalah mimpi buruk. Lelaki itu menyimpan rahasia kelam tentang masa lalunya, tentang darah dan cinta yang pernah dihancurkan. Namun anehnya, semakin Lira menolak, semakin dekat Yash mendekat, seolah tak pernah memberi ruang untuk bernapas.
Yang tak Lira tahu, di dalam dirinya tersimpan cahaya—kunci gerbang antara manusia dan dunia roh. Dan Yash, pria yang ia benci sekaligus tak bisa dihindari, adalah satu-satunya yang mampu melindunginya… atau justru menghancurkannya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senara Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Tiba-tiba—BRUUSSHHH!—semburat cahaya keperakan menembus permukaan air. Sosok Yash terjun dengan kecepatan yang nyaris mustahil, mantel gelapnya berkibar bagai sayap hitam. Mata tajamnya menyala samar, menembus kegelapan air seakan ia bukan manusia biasa.

Kai yang berdiri di tepi sungai terbelalak, mundur setapak. “Astaga… apa lagi itu? Aku harus bagaimana?” gumamnya, separuh takut, separuh kagum, tak berani ikut campur.

Di bawah air, Yash bergerak cepat, seolah air sama sekali tak menghambatnya. Ia meraih tubuh Lira yang hampir tak sadarkan diri, lalu dengan tangan satunya mencabut sebilah pedang tipis berkilat perak dari punggungnya. Sekali tebasan, kilatan itu membelah kegelapan. Kepala siluman buaya hampir terlepas, tubuhnya melolong kesakitan, darah hitamnya meledak jadi asap pekat di dalam air.

Yash mengayun satu kaki, menghantam tubuh makhluk itu hingga terlempar jauh ke pusaran gelap. Ia langsung meraih Lira, menempelkan mulutnya pada bibirnya—bukan ciuman, tapi hembusan hidup, udara murni yang membuat dada Lira tersentak walau matanya belum terbuka.

Dengan kekuatan tak wajar, Yash membawa Lira menembus permukaan. BLUAAARRGH! Air terbelah keras, mereka muncul ke udara. Lira terkulai di lengannya, darah bercampur air mengalir di lehernya, racun berkilat samar seperti bara.

Di tepi sungai, Kai masih terpaku, suaranya tercekat. “Dia… dia benar-benar nolongin Lira…”

Yash menatap tajam ke arah Kai sambil mendekap Lira erat. Nafasnya berat, wajahnya dingin, tapi suaranya pecah penuh emosi. Yash berlutut di tepi sungai, tubuh Lira basah kuyup dan dingin di pelukannya. Lehernya penuh luka cakaran, dari celah kulit mengalir cairan kehitaman yang berkilat seperti bara racun. Napas Lira pendek, terputus-putus, dadanya naik turun dengan susah payah.

Kai maju setapak, panik. “Lira! Dia kenapa? Apa yang harus kita—”

“Diam.” Suara Yash berat, tegas, matanya hanya terfokus pada Lira.

Dengan gerakan cepat, Yash menyingkap rambut Lira yang menempel di wajahnya, lalu menempelkan bibirnya ke luka di lehernya. Ia mengisap dalam-dalam, menahan diri agar racun itu tak ikut masuk ke tubuh Lira. Cairan hitam pekat keluar bersama darah, menetes di tanah, berasap begitu menyentuh udara.

Kai menahan napas, wajahnya pucat. “Astaga… dia benar-benar menyedot racunnya…”

Lira mengerang pelan, tubuhnya sedikit kejang sebelum akhirnya napasnya mulai stabil. Warna hitam di sekitar lukanya perlahan memudar, berganti merah segar. Yash menarik diri, bibirnya ternodai darah dan racun hitam, matanya berkedip menahan perih.

Ia menunduk, menempelkan kening ke dahi Lira, suaranya nyaris berbisik namun penuh putus asa.

“Jangan pergi… aku tidak akan biarkan kau hilang lagi.”

Yash berdiri dengan tubuh basah kuyup, darah dan racun masih menetes dari sudut bibirnya. Nafasnya sedikit terengah, tapi matanya tak lepas dari wajah pucat Lira. Dengan hati-hati, ia mengangkat tubuh Lira dalam gendongannya. Beratnya nyaris tak terasa—yang lebih memberatkan adalah rasa takut kehilangan.

Kai mengikuti di belakang, kebingungan dan masih shock. “Ke… ke mana kita harus bawa dia?” tanyanya dengan suara bergetar.

“Pak Merta.” Suara Yash dalam, tak terbantahkan. “Hanya dia yang tahu bagaimana menahan racun ini.”

Langkah Yash mantap menembus jalan setapak yang semakin gelap, dedaunan bergesekan di atas mereka. Setiap hembusan angin terdengar seperti bisikan, seolah hutan itu mengawasi. Di dalam hatinya, Yash merapal doa yang sudah lama tak pernah ia ucapkan. Jangan ulangi lagi… jangan buat aku kehilangan dia untuk kedua kalinya.

Tangannya menggenggam erat tubuh Lira yang lemah, setiap detik berjalan terasa seperti siksaan. Suara detak jantung Lira yang lemah membuatnya semakin cemas. Ia menatap ke depan, rahangnya mengeras. “Aku sudah menunggumu ratusan tahun, Arum... aku tidak akan biarkan kau pergi sekarang.”

Dan langkah Yash terus berderap dalam kegelapan menuju rumah Pak Merta, dengan bayangan ketakutan yang membuntutinya di sepanjang jalan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!