Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Enam
***
Nadine sudah berada di kamarnya, mereka baru saja makan malam dan sudah masuk kembali ke dalam kamar mereka masing-masing.
Karena memang belum ngantuk, Nadine berjalan menuju Jendela kamarnya. Ia membuka dan keluar, di balkon kamarnya ada satu kursi panjang dan ada beberapa tanaman juga.
Ia melirik ke balkon samping, terlihat lampunya masih nyala. Itu berarti yang punya kamarnya belum tidur.
Nadine duduk di kursi panjang itu, ia membawa satu Novel untuk di bacanya. kalau. belum tidur dan tidak ada tugas biasanya akan menghabiskan waktu membaca novel.
Sudah beberapa menit Nadine duduk disana sambil membaca Novel, ia tidak menyadari kalau dari tadi ada yang memperhatikan nya dari balkon sebelah.
Saling fokusnya membaca novel, Nadine sampai tidak sadar kalau Raka sudah berdiri disampingnya membawa dua gelas coklat panas dan satu selimut.
Nadine baru tersadar ketika Raka menaruh Dua gelas Coklat panas di kursi yang masih kosong.
Gerakan selanjutnya Raka menyampirkan selimut yang di bawanya pada bahu Nadine.
“Eh...”
“Nggak dingin apa?” tanya Raka.
“Cuma dingin dikit.” jawab Nadine.
Raka hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat pakaian Nadine. Dimana Nadine memakai baju tidur lumayan nerawang dengan tali kecil, bahkan bagian depannya lumayan rendah, jadi kalau nunduk sedikit saja sudah terlihat isinya. apalagi bagian bawahnya lumayan pendek, saat duduk saja Sekarang sudah hampir Terlihat dalaman nya.
Raka ikut duduk disamping Nadine, ia memberikan satu gelas coklat panas kepada Nadine.
“Kenapa nggak di dalam bacanya?” tanya Raka.
“Butuh suasana dingin, jadi disini. dan ya ternyata lebih nyaman baca disini.” jawab Nadine. ia menghentikan membacanya, kedua tangannya sekarang memegangi gelas yang berisi coklat panas.
keduanya kembali diam dan sama-sama menatap lurus kedepan.
“Tenang banget, kalau di Apart. Udah malam juga tetap ramai kalau lagi nyantai di balkon.” ucap Nadine.
“Kalau mau gini pindah lantai, coba di lantai paling atas. pasti nggak akan terlalu kedengeran suara kendaraan nya.” saran Raka.
“Sempat mau beli yang di paling atas, tapi nggak ada yang kosong. Adan ya di lantai tiga.” balas Nadine.
“Kalau gitu pindah kesini aja.”
Nadine Melirik sekilas. “Aku itu mau tanya sama Abang, tapi lupa Mulu.”
“Mau tanya soal Apa?” tanya Raka.
“Kenapa Abang nggak marah Pas Ayah sama Ibu nikah? belum lagi Ibu bawa anak.”
Raka terkekeh. “Sebelum ngasih restu, Abang cari tahu dulu siapa yang akan jadi Ibu sambung Abang, keluarganya seperti apa. Dan setelah tahu dan hasilnya baik, Abang kasih Restu. Abang nggak jauh beda sama kamu, Abang kehilangan sosok Ibu, sementara Kamu sosok Ayah. Mereka sama-sama nggak mau ngurus kita, mereka sama-sama nggak ngeharepin kita hadir di dunia ini, makanya sekarang Abang senang karena bisa ngerasain kasih sayang seorang Ibu, walaupun bukan ibu yang melahirkan Abang, Abang ngerasain Setiap sarapan ada nyiapin, kalau belum bangun di bangunin, kalau mau pergi selalu bilang hati-hati, ada yang nge-khawatirin selain Ayah, kalau Jam enam sore belum pulang ada yang telepon tanya lagi dimana? kenapa belum pulang?, kalau baru pulang dari kampus suka ada yang tanya, gimana di kampus? Ada masalah nggak? Skripsinya lancar nggak?, beda sama Ayah, Ayah jarang ngelakuin itu, mungkin karena sibuk kerja.”
Nadine terdiam, Dari kecil sampai sekarang ia merasakan itu dari Ibu nya. Bahkan walaupun sekarang tidak tinggal bareng, Ibu nya selalu rajin mengirimkan pesan tanya ini itu, kadang Telepon.
Untuk sosok Ayah? menurut nya perubahan nya tidak begitu banyak, hanya nambah uang jajan saja. Kalaupun Ayah nya menghubungi nya tidak jauh tanya kabar sama bilang kalau mau apa-apa bilang saja jangan sungkan.
“Kalau kamu gimana? Ada perubahan nggak?” tanya Raka.
“Nggak terlalu ada perubahan sih, dari seratus persen mungkin hanya dua puluh persen doang.” jawab Nadine.
“Abang sering ketemu sama Mama Abang?” tanya Nadine dengan hati-hati. Ia cuma tahu kalau Ibu nya Raka pergi dengan selingkuhan nya.
Raka menghela napasnya dan tersenyum kecut. “Dulu nggak pernah, dari sudah setahun ini lumayan sering ketemu, cuma kita nggak ada interaksi lebih, ngobrol aja nggak pernah. biasanya ketemunya di Kafe atau di Mall, dan itu cuma lewat doang.”
“Tapi beliau tahu kalau Abang anaknya?” tanya Nadine. kepo dikit tidak masalah bukan?.
“Tahu, soalnya pernah waktu itu dia lagi jalan sama suaminya. Terus suaminya ngasih tahu kalau dia Mama Abang, Abang cuma diam terus pergi.”
“Kalau Ayah kamu gimana?” tanya Raka.
Jujur saja, saat menatap wajah Nadine. Raka seperti tidak asing, seperti Mirip orang yang ia kenal.
“Entah ada dimana, tapi kata Nenek masih tinggal di Jakarta, udah bahagia mungkin sama Selingkuhan sama anaknya, Nenek sama Kakek juga sudah nggak peduli katanya, bahkan sekarang mereka tinggal di Bandung pas tahu kalau Dia talak Ibu dan kembali ke selingkuhan nya.” jawab Nadine.
“Mukanya tahu?” tanya Raka lagi.
“Tahu, waktu SMA pernah di kasih liat sama Nenek. Tapi sekarang udah mulai agak lupa.”
“Kalau misalnya ada yang nyari kamu, terus katanya dia Ayah kamu pengen ketemu. Kamu bakalan gimana?” tanya Raka.
“Nggak gimana-gimana, mau liat dulu, dia lagi sakit atau nggak. Kalau sakit mungkin mau lihat.” jawab Nadine.
Raka mengerutkan keningnya. “Kenapa harus sakit?”
“Abang pernah nyumpahin Mama Abang nggak?” tanya balin Nadine.
Raka menggelengkan kepalanya. “Belum pernah, walaupun sudah bikin Abang kecewa, tapi nggak pernah sampai begitu.”
“Kalau aku pernah, Makanya mau nunggu kabar tersebut. Ucapan aku jadi nyata atau nggak.”
“Nyumpahin biar sakit apa?” tanya Raka.
“Stroke.” jawab Nadine singkat.
Raka terkejut tapi berusaha menyembunyikan keterkejutan nya. “Kenapa bisa sama? bokap nya Fahri juga lagi sakit stroke udah tiga tahun, terus katanya pernah nikah juga punya anak perempuan. Apa jangan-jangan.....,” gumamnya dalam hati.
Seperti nya Raka akan mencari tahu kebenaran nya, soalnya Fahri juga katanya ingin mencari Adik perempuan nya itu dan ingin membawanya ke hadapan Ayah nya. Ayah nya ingin meminta Maaf kenapa Mantan istri dan putrinya.
Raka melirik jam yang ada di layar hp nya, sudah jam Sepuluh Malam.
“Sudah Malam, lebih baik masuk kamar. nanti bisa masuk angin kalau terlalu lama disini.” ucap Raka.
Mereka berdiri, Raka mengantuk gelas kosong di tangan Nadine.dan Nadine memberikan selimut nya kepada Raka.
Raka kembali ke balkon samping dan Nadine masuk ke dalam kamarnya.
Ada perasaan lega ketika sudah saling cerita, kayak beban di pikirannya berkurang, walaupun cuma sedikit.