NovelToon NovelToon
Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: ila akbar

‎Menjalin hubungan dengan pria lajang ❌
‎Menjalin hubungan dengan duda ❌
‎Menjalin hubungan dengan suami orang ✅
‎Mawar tak peduli. Bumi mungkin adalah suami dari tantenya, tapi bagi Mawar, pria itu adalah milik ibunya—calon ayah tirinya jika saja pernikahan itu dulu terjadi. Hak yang telah dirampas. Dan ia berjanji akan mengambilnya kembali, meskipun harus... bermain api.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ila akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Mawar bangkit dengan gemetar. Langkahnya cepat, nyaris tanpa suara, keluar dari kamar ibunya.

Di tangannya, ia menggenggam erat dua hal yang tak ternilai: Sebuah buku diary tua—saksi bisu dari penderitaan yang tak terbayangkan.

Dan foto keluarga mereka 17 tahun lalu—gambar yang menangkap kebahagiaan yang pernah ada, sebelum semuanya dihancurkan.

Matanya berkilat, penuh tekad. Ada sesuatu yang baru tumbuh di dalam dirinya.

Sesuatu yang tak bisa lagi ia redam.

Dendam.

Tanpa ragu, ia bergegas masuk ke kamarnya. Tangannya bergerak cepat, meraih pakaian dan memasukkannya ke dalam koper. Tak lupa, ia menyelipkan foto keluarga dan diary ibunya yang telah kusam—dua benda yang kini menjadi penguatnya, pengingat akan luka yang harus ia balaskan.

Ia tidak berpikir panjang.

Tidak peduli pada detail.

Ia hanya tahu satu hal:

Ia harus menemukan Lusi.

Ia tidak tahu di mana tantenya itu tinggal sekarang. Tidak tahu harus mulai dari mana.

Tapi itu tidak penting.

Ia akan menemukannya.

Tidak peduli sejauh apa pun ia harus mencarinya.

Dan malam ini juga…

Ia akan ke Jakarta.

**

Sementara itu, di luar rumah...

Anjani duduk di teras, menatap langit dengan tatapan kosong. Angin malam berembus lembut, membelai wajahnya yang masih sembab oleh air mata.

Di sampingnya, seorang pria duduk diam sambil menggenggam secangkir kopi yang masih mengepul hangat.

Aryo.

Kekasihnya.

Pria yang selalu ada untuknya. Untuk keluarganya.

“Maafkan aku, Anjani. Aku benar-benar baru dengar kabar duka ini,” ucap Aryo pelan, suaranya sarat dengan penyesalan.

Aryo baru saja pulang dari laut. Sebagai seorang nelayan, ia sering mengarungi lautan, terpisah dari Anjani dalam waktu yang lama. Namun, sejauh apa pun ia pergi, hatinya selalu tertambat di tempat yang sama.

Di sini.

Di sisi Anjani.

Anjani menoleh, menatapnya dengan senyum kecil yang penuh kelelahan. “Tidak apa-apa, Mas.”

Ia menarik napas panjang, berusaha mengusir sesak yang masih bertengger di dadanya. Dalam segala keterpurukan, Aryo selalu ada di sisinya. Tidak peduli apa yang orang-orang katakan tentangnya—tentang keluarganya.

Tidak peduli saat tetangga mencemooh mereka.

Tidak peduli saat orang-orang menyebutnya ‘gadis dari anak orang gila.’

Aryo tetap di sini.

Tetap menggenggam tangannya.

Tetap memilihnya.

“Terima kasih, Mas…” ucap Anjani dengan suara yang sedikit bergetar. “Selama ini Mas Aryo selalu ada. Untuk aku, untuk Mawar, untuk Ibu… Kalau bukan karena Mas Aryo, mungkin kami sudah kewalahan mengurus Ibu.”

Aryo tersenyum kecil, lalu menyesap kopinya. Ia tidak butuh terima kasih. Cukup dengan melihat Anjani tetap bertahan, itu sudah cukup baginya.

Anjani kembali menatap langit, menatap bulan yang bersinar temaram.

Seolah ibunya ada di sana.

Seolah ibunya sedang tersenyum padanya dari kejauhan.

“Ibu sudah damai sekarang… Ibu sudah tidak merasakan penderitaan lagi,” bisiknya pelan. “Ibu pasti sudah bahagia.”

Aryo menatapnya, tak mengatakan apa-apa. Hanya mengulurkan tangannya, meraih jemari Anjani, memberinya kehangatan di tengah dinginnya malam.

Tapi keheningan itu mendadak pecah.

BRUK!

Suara pintu kamar terbuka kasar.

Mawar berdiri di ambang pintu dengan napas memburu, wajahnya penuh emosi. Tangannya mencengkeram erat koper besar, seakan apa pun yang mencoba menahannya tidak akan bisa menghentikannya.

Anjani langsung berdiri, hatinya mencelos melihat tatapan adiknya yang begitu gelisah, begitu penuh amarah.

“Mawar…” suaranya nyaris berbisik. “Kamu mau ke mana?”

Mawar tidak langsung menjawab. Ia menatap kakaknya, tatapannya begitu tajam.

Lalu, dengan suara yang penuh ketegasan, ia berkata, “Mbak Anjani, Mawar akan ke Jakarta malam ini juga.”

Anjani terperanjat. Begitu pula Aryo.

“Apa?!” Anjani hampir tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Mawar, kamu nggak serius, kan?”

Tapi Mawar tak goyah. Tangannya semakin erat menggenggam koper itu, seolah tekadnya telah tertanam begitu dalam.

“Mawar harus membalaskan dendam Ibu kepada Tante Lusi! Tante Lusi harus membayar semuanya! Dia harus merasakan apa yang Ibu rasakan!”

Suara Mawar bergetar, bukan karena takut. Tapi karena amarah yang menggelegak, mengancam meledak kapan saja.

Anjani mendekat, mencoba meraih bahu adiknya. “Mawar, jangan gegabah! Kamu bahkan nggak tahu Tante Lusi ada di mana sekarang,” suaranya bergetar, setengah memohon, setengah menegur. “Jakarta itu luas! Kamu mau mencarinya ke mana? Bahkan foto Tante Lusi pun kamu nggak punya! Gimana kamu bisa bertanya ke orang-orang tentang keberadaannya?”

Anjani menggenggam bahu Mawar lebih erat, berharap adiknya mau berpikir jernih. Ada begitu banyak ketidakpastian, begitu banyak bahaya yang mengintai, dan ia tak sanggup membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi pada Mawar di kota besar yang asing itu.

“Tante Lusi dan Om Bumi itu orang kaya! Mereka punya kuasa! Tante Lusi bisa melakukan apa saja, bahkan menghancurkan kita lagi kalau perlu! Apa kamu lupa, Mawar?!”

Suara Anjani bergetar, matanya memohon agar adiknya mau mendengarkannya kali ini. Tapi Mawar tetap berdiri tegak, matanya penuh kobaran amarah.

“Tiga belas tahun lalu...” Suara Anjani melemah, kenangan pahit menghantamnya tanpa ampun. “Apa yang sudah Tante Lusi lakukan kepada kita dan Ibu… sampai akhirnya kita terasing di pulau terpencil ini, jauh dari kehidupan yang seharusnya menjadi milik kita...”

Air mata mulai menggenang di sudut matanya, suaranya bergetar menahan emosi. “Bahkan, Ibu… Ibu menghembuskan napas terakhirnya di sini, di tempat yang sama sekali bukan rumahnya!”

Anjani menarik napas gemetar, lalu melanjutkan, “Oma dan Opa… entah mereka masih hidup atau tidak… Tapi jika mereka masih ada, pasti mereka cemas, pasti mereka panik memikirkan nasib Ibu!”

Ia menatap adiknya dengan sorot mata penuh kepedihan. “Dan sekarang kamu pikir kamu bisa melawan Tante Lusi sendirian?! Kamu pikir kamu bisa menghadapi dia hanya dengan dendam yang membara di hatimu?! Dunia tidak sesederhana itu, Mawar!”

Suara Anjani pecah di akhir kalimatnya, tetapi Mawar tetap berdiri tegak, matanya penuh tekad.

“Justru itu, Mbak!” suaranya tegas, tak tergoyahkan. “Tante Lusi dan Om Bumi bukan orang biasa. Nama mereka dikenal! Kekayaan mereka tersebar! Mawar yakin, hanya dengan menyebutkan nama mereka, Mawar bisa menemukan di mana mereka tinggal! Dan saat itu terjadi…”

Mawar menatap kakaknya lurus-lurus, seakan berusaha meyakinkannya bahwa ini bukan sekadar keinginan sesaat.

“… Mawar akan memastikan Tante Lusi membayar semuanya! Mawar akan memastikan dia merasakan penderitaan yang sama seperti yang Ibu rasakan!”

Nada suaranya bergetar, bukan karena ragu, tetapi karena emosi yang hampir meluap. Dadanya naik turun menahan gejolak yang seakan siap meledak kapan saja.

Anjani tertegun. Mawar yang ia kenal bukanlah seseorang yang penuh amarah seperti ini. Mawar yang dulu adalah adik kecilnya yang ceria, yang selalu melihat dunia dengan harapan, bukan dengan kebencian.

Kegelisahan menyelinap dalam hatinya. “Mawar… kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa kamu begitu penuh amarah dan dendam?”

Namun, sebelum Mawar bisa menjawab, sesuatu menyentak kesadaran Anjani. Ia menatap Mawar dengan mata yang membulat, dadanya berdegup kencang.

“Apa… jangan-jangan, kamu sudah membaca diary Ibu?”

1
Aqilah Azzahra
semangat kak
Ila Akbar 🇮🇩: ♥️♥️♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!