kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JARUM BAMBU MIMPI BURUK
...***...
Pangeran Shoi-ming benar-benar menikmati perburuan hari itu, begitu bersemangat menggunakan panahnya.
"Gusti pangeran ketiga memang hebat." Pujinya dengan nada semangat.
"Hei! Kalian! Kumpulkan hasil perburuannya!." Perintahnya pada temannya.
"Baik."
Respon mereka dengan baik.
"Gusti pangeran ketiga, sebentar lagi hari mau gelap." Ia memberi hormat. "Sebaiknya Gusti pangeran ketiga segera kembali ke tenda."
"Baiklah." Pangeran Shoi-ming menarik kudanya berbalik arah. "Saya rasa sudah cukup hari ini."
Namun ketika hendak berbalik arah, ada lima orang berpakaian serba hitam mengenakan topeng penutup wajah menghadang.
"Kurang ajar! Siapa kalian?!." Pangeran Shoi-ming segera turun dari kuda, mengambil ancang-ancang, karena mereka hendak menyerangnya.
Pertarungan tidak bisa dihindari, prajurit yang menjaga Pangeran Shoi-ming tentunya terlibat dalam pertarungan itu.
Sementara itu dari balik pohon ada seseorang yang sedang mengintai Pangeran Shoi-ming, ia bersiap-siap dengan jarum bambu yang akan ia tiup ke arah Pangeran Shoi-ming.
"Fhuh!."
Jarum bambu itu mengarah dengan kencangnya, akan tetapi tubuh Pangeran Shoi-ming ditarik oleh seseorang dengan menggunakan tali gaib oleh seseorang.
"Eagkh!." Pangeran Shoi-ming terkejut, karena tiba-tiba saja tubuhnya melayang ke udara. "Uwah!." Kali ini mendarat ke tanah, dan hampir saja terjatuh.
"Sial!." Umpat pemuda misterius yang merasa gagal mencelakai Pangeran Shoi-ming.
"Benang tali gaib? Rasanya tidak asing." Pangeran Shoi-ming melihat ke arah seorang pemuda berpakaian hanfu hitam.
Pemuda itu mengeluarkan pedangnya, ia menghadang semua tembakan jarum bambu yang berdatangan.
"Kurang ajar! Kenapa malah diserang?!." Pangeran Shoi-ming merasa kesal, menggunakan kekuatannya untuk menghalangi jarum bambu agar tidak mengenai tubuhnya.
Cukup memakan waktu yang lama, menunggu jarum bambu berhenti berdatangan. Pemuda itu melompat mendekati Pangeran Shoi-ming.
"Gusti pangeran baik-baik saja?." Ia memberi hormat.
"Siapa kau? Kenapa kau menolong saya?." Pangeran Shoi-ming mengamati penampilan pemuda itu.
"Hamba-." Belum sempat ia menjawabnya, ia melihat adanya jarum bambu yang hendak menancap ke tubuh Pangeran Shoi-ming, akan tetapi ia berhasil menarik tangan Pangeran Shoi-ming. "Awas!."
Pangeran Shoi-ming melompat ke sana ke mari menghindari tembakan jarum bambu, kakinya terpeleset ketika hendak mendarat ke tanah.
"Gusti pangeran!." Pemuda itu menggunakan kakinya untuk menghalangi jarum bambu yang hendak menusuk Pangeran Shoi-ming.
Cekh!.
"Eagkh!." Pemuda itu berteriak kesakitan, tubuhnya ambruk ke tanah. Sakit yang luar biasa mendera paha kanannya, tubuhnya terasa panas.
"Hei!." Pangeran Shoi-ming panik melihat itu.
Di saat itu juga Raja Ruo Xuan dan Pangeran Chaoxiang datang, melihat kejadian itu.
"Kegkhakh!." Pemuda itu berteriak kesakitan, ia tidak dapat menahan rasa sakit yang berlebihan mendera tubuhnya.
Serangan Jarum Bambu juga berhenti, Pangeran Shoi-ming menarik tubuh pemuda itu agar tidak terkena serangan lainnya.
"Adik!." Pangeran Chaoxiang mendekat, ia bingung dengan apa yang terjadi.
"Shoi-ming!." Raja Ruo Xuan juga mendekat, ingin melihat siapa yang telah menyelamatkan Pangeran Shoi-ming.
Deg!.
"Wu xian?!." Jantungnya hampir copot setelah memastikan penampilan pemuda itu.
"Wu xian?."
Pangeran Shoi-ming dan Pangeran Chaoxiang heran.
"Wu xian! Apa yang terjadi padamu?!." Raja Ruo Xuan sangat panik, ia menunduk, agar sejajar dengan Wu Xian.
Wu Xian yang dalam keadaan kesakitan langsung memeluk Raja Ruo Xuan.
"Tolong saya ayahanda Raja." Bisiknya sambil menahan sakit. "Saya terkena racun mimpi buruk." Ia mengerang kesakitan, matanya terasa berat, dipaksa tidur agar melihat mimpi buruk yang mencekam.
Tanpa pikir panjang Raja Ruo Xuan langsung menggendong Wu Xian, membawanya ke tenda darurat.
"Eh? Paman Raja!."
Pangeran Shoi-ming dan Pangeran Chaoxiang mengejar Raja Ruo Xuan yang pergi dalam keadaan panik.
"Wu xian? Apa yang terjadi padamu sebenarnya?." Dalam hatinya berusaha menahan segala amarah di hati. "Apa yang sedang coba kau lakukan?." Hatinya terasa sakit, apalagi Wu Xian mendadak memanggilnya dengan sebutan ayahanda Raja?.
...***...
Tenda Jendral Xiao Chen Tao.
Brakh!.
Terdengar suara gebrakan yang sangat keras.
"Bagaimana bisa gagal?! Apakah kalian tidak bisa melakukan tugas dengan benar?!." Amarah Jendral Xiao Chen Tao keluar begitu saja.
"Maafkan kami tuan, ada seseorang yang menghalangi serangan jarum bambu." Jelasnya dengan rinci. "Dia juga menjadi tameng, melindungi Gusti pangeran ketiga dari serangan jarum bambu yang kami lepaskan."
"Diam kau!." Balas Jendral Xiao Chen Tao penuh amarah. "Kalian memang tidak becus!."
"Lantas? Apa yang harus kita lakukan ayah?." Jianhong memberi hormat.
"Kita terpaksa mundur, jangan sampai meninggalkan jejak." Jendral Xiao Chen Tao sangat kesal. "Dan kalian? Segera pergi dari sini! Atau aku bunuh kalian!."
Kelima pemuda bertopeng itu langsung meninggalkan tempat.
"Bagaimana dengan serangan di tempat lainnya?." Jendral Xiao Chen Tao melirik ke arah anaknya. "Apakah gagal juga?."
"Pendekar yang saya kirimkan tewas dengan cara yang aneh ayah." Jawabnya. "Mereka menerima cakaran di tubuh, serta wajah mereka menghitam."
"Apa?!." Jendral Xiao Chen Tao sangat terkejut. "Memangnya siapa prajurit bayangan itu?!."
"Apakah ayah tidak mengetahuinya?." Responnya.
"Kaisar sama sekali tidak mau mengatakan pada kami, siapa saja prajurit bayangan itu?." Jendral Xiao Chen Tao tampak resah. "Kaisar sangat menyembunyikan identitas mereka."
"Kalau begitu hambatan kita bukan lingyun kai saja ayah." Ia tampak berpikir keras. "Kita juga harus mewaspadai prajurit bayangan dari kaisar." Ia menghela nafas pelan. "Jangan sampai perbuatan kita ini diendus kaisar melalui prajurit bayangan."
"Ya, kau benar juga." Jendral Xiao Chen merasa resah, karena gagal melakukan rencana meracuni pangeran kaisar melalui jarum bambu mimpi buruk.
...***...
Tenda darurat.
Raja Ruo Xuan segera membaringkan tubuh Wu Xian di tempat tidur.
Plak!.
Raja Ruo Xuan, Pangeran Shoi-ming, dan Pangeran Chaoxiang terkejut melihat Wu Xian menampar wajahnya, bahkan menggigit tangannya saat menahan sakit.
"Wu xian! Tenanglah wu xian!." Raja Ruo Xuan segera menarik tangan Wu Xian yang terlihat berdarah bekas gigitan.
"Jangan biarkan saya tidur! Eagkh!." Sekuat tenaga ia berusaha tersadar. "Sakit! Sakit! Tidak! Tidur!." Wu Xian menangis dan merintih, kepalanya terasa sakit, pikirannya terasa kacau.
"Wu xian! Bertahanlah Wu xian!." Raja Ruo Xuan memeluk erat tubuh Wu Xian, suasana hatinya tidak karuan melihat keadaan Wu Xian yang seperti itu.
"Paman Raja, saya akan mencarikan tabib." Pangeran Shoi-ming memberi hormat. "Saya akan segera kembali." Setelah itu Pangeran Shoi-ming segera meninggalkan tempat.
"Apa yang harus saya lakukan paman Raja?." Pangeran Chaoxiang juga panik.
"Tolong ikatkan kain di paha kanannya." Raja Ruo Xuan melihat ada darah yang mengalir di paha kanan Wu Xian, ada jarum bambu juga di sana masih tertancap dengan kuatnya.
"Eagkh! Tidak! Jangan biarkan saya tidur!." Wu Xian berusaha berontak, tubuhnya menolak untuk tidur, tapi matanya terasa berat.
"Wu xian! Tenanglah wu xian!." Raja Ruo Xuan memeluk erat tubuh Wu Xian. "Aku di sini! Jangan takut! Aku tidak akan membiarkan kau kesakitan!." Raja Ruo Xuan juga menangis melihat Wu Xian menangis menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya.
"Paman Raja?." Dalam hati Pangeran Chaoxiang heran melihat Raja Ruo Xuan menangis, memperhatikan seseorang seperti ia memperhatikan anak kandungnya.
Apa yang terjadi sebenarnya?. Bagaimana keadaan Wu Xian setelah terkena racun mimpi buruk?. Apakah ia akan selamat dari ancaman bahaya?. Temukan jawabannya.
...***...
Gimana ceritanya dah 'Naga merah' jadi 'Naga emas' jadi yang benar warnanya emas atau merah? 👀
Dan
"Menemuinya membawanya sarapan" juga tidak enak di dengar bukan?
harusnya "Menemuinya membawa sarapan" atau "Menemuinya membawa sarapannya"