Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Menjalankan Rencana
Menjalankan Rencana
Awalnya Alexa menolak bahkan merinding dengan ide dadakan Maya untuk menggoda Julian, si dosen yang paling menyebalkan di mata Alexa.
Entah kerasukan jin dari mana, Alexa kemudian menerima ide gila Maya itu. Sore harinya ia sudah berdiri di depan pintu sebuah unit apartemen dengan mengenakan gaun selutut berbelahan dada sangat rendah, sehingga menyembulkan dua benda kembar yang selama ini ia sembunyikan. Penampilannya itu lengkap dengan pulasan make up yang berani dengan dipadu gincu berwarna merah terang. Jika dilihat sekilas, penampilan Alexa ini terlihat mirip sekali dengan wanita penggoda.
“Kalau gagal, gimana?” Alexa bertanya ragu saat ide ini tercetus beberapa jam lalu.
“Belum juga dicoba sudah menyerah. Sesekali manfaatkan wajah cantikmu itu. Aku dengar Pak Julian itu jomblo loh, Al. Siapa tahu dia juga tertarik sama kamu.” Jawaban Maya terdengar kurang masuk akal bagi Alexa.
“Ngaco. Mana mungkin dia bakal tertarik, May.”
“Dicoba saja dulu. Siapa tahu kamu berhasil. Lumayan kan, dalam sekali dayung dua pulau terlampaui. Skripsimu di ACC dan kamu dapat pacar ganteng.”
“Amit-amit punya pacar menyebalkan. Apa kamu tidak pernah berpikir kenapa dia masih menjomblo di usianya yang sudah dewasa ini. Barangkali saja dia memang tidak tertarik sama perempuan. Alias h*mo.”
“Hus. Jangan memfitnah, Al. Kalau ketahuan Pak Julian, bahaya. Bisa-bisa kamu bakal makin dipersulit.”
Alexa menghela napas sejenak meluruhkan cemas yang ia rasakan, sebelum kemudian jari telunjuknya menekan bel pintu apartemen itu. Sementara satu tangannya mendekap erat map.
“Awas saja kamu, May, kalau ide gilamu ini tidak berhasil. Bakal aku jitak kepalamu sampai botak,” gumam Alexa.
Beberapa menit menunggu, jantung Alexa berdebar kencang. Berkali-kali ia menurunkan pandangan, mencermati lagi penampilannya yang sebetulnya membuatnya tak nyaman itu. Namun demi skripsi agar cepat di ACC, disingkirkannya sejenak perasaan tak nyaman itu. Ia akan bersikap tak peduli dengan apa yang akan dipikirkan Julian tentang penampilannya ini.
Ting Tong ... Ting Tong
Karena pintu belum juga dibuka, Alexa pun kembali membunyikan bel. Menunggu dengan isi kepala beragam, memikirkan tentang rayuan apa yang bisa ia lontarkan untuk menaklukkan perhatian Julian. Membayangkan merayu pria itu ia malah jadi merinding sendiri. Sebab ini merupakan kali pertama ia bertindak bodoh.
Sementara di dalam unit apartemen itu, Julian baru saja selesai mandi. Begitu keluar dari dalam kamar mandi, suara bel pintu langsung menyambutnya. Dengan masih mengenakan handuk sebatas pinggang sampai lutut, ia lantas berjalan menuju pintu sambil mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil.
Melalui lubang kecil pada tengah daun pintu, Julian kemudian mengintip siapa tamu yang datang sore ini. Dahinya mengernyit kemudian saat melihat sosok gadis cantik berdiri dibalik pintu itu. Seorang gadis yang familiar namun dalam penampilan yang berbeda.
Ting Tong ... Ting Tong
Bel pintu kembali berbunyi, memaksa Julian untuk segera membuka pintu itu.
Gadis cantik bergaun selutut itu pun terperangah sejenak dengan mata melebar karena terkejut melihat Julian yang hanya berlilitkan handuk sebatas pinggang.
Gadis cantik itu, Alexa, sontak memalingkan wajahnya lantaran malu. Sedangkan Julian terlihat santai, seolah sengaja memamerkan bentuk tubuh idealnya itu.
“Astaga. Mata suciku ternoda.” Alexa menggerutu dalam hati, menyayangkan matanya yang suci telah ternodai dengan dada bidang dan lengan berotot Julian. Pemandangan yang biasanya hanya bisa ia lihat melalui layar ponsel itu kini tersaji langsung di depan matanya.
Alexa menelan ludah. Bohong jika pemandangan itu tidak memukau pandangannya. Ia tak menyangka, ternyata dosen dingin dan galak itu memiliki tubuh yang sempurna.
“Maaf, Pak. Saya mungkin datang di waktu yang tidak tepat,” kata Alexa sembari membuka telapak tangan di sisi wajahnya agar tidak melihat dada Julian. Anehnya, pria itu malah terlihat santai padahal jantungnya sudah berdebar-debar.
“Harusnya kamu beritahu aku dulu kalau kamu mau datang.”
“Sa-saya lupa, Pak. Maaf. Kalau begitu saya kembali lagi besok. Permisi.” Alexa sudah melenggang hendak pergi, namun tangan Julian dengan cepat menangkap pergelangan tangannya. Membuat ia terkejut, tetapi tak berani menoleh. Jika ia menoleh, matanya akan langsung melihat dada dan lengan berotot Julian.
“Kenapa harus besok, sekarang juga bisa. Memangnya yang kucoret tadi sudah kamu perbaiki?” tanya Julian.
Alexa mengangguk cepat, lalu menarik tangannya dari genggaman Julian. “Sudah, Pak.”
“Ya sudah. Ayo masuk.” Julian melenggang masuk.
Alexa tak berani menatap ke depan. Wajahnya tertunduk malu seraya berjalan masuk ke dalam apartemen. Jantungnya masih berdegup tak karuan ketika ia mendaratkan pantat di atas sofa tunggal.
Sedangkan Julian menghilang dibalik pintu kamarnya yang menutup.
“Ya Tuhan, situasi macam apa ini? Kenapa mata suciku ini harus ternoda.” Alexa merengut, ia terlihat cemas. Seketika ia jadi merinding, ragu apakah ia bisa menjalankan rencananya ini.
Melihat Julian yang tidak memberikan reaksi apapun dan malah bersikap santai dengan penampilannya sore ini yang cukup seksi ini, Alexa jadi merasa tak yakin apakah rencananya akan berhasil. Julian mungkin memang tidak tertarik pada perempuan. Padahal pria itu hanya mengenakan handuk sebatas pinggang sampai lutut. Paling tidak pria itu punya rasa malu di depan mahasiswinya.
“May, doakan aku, May. Semoga idemu ini berhasil dan berjalan dengan baik,” gumam Alexa sembari menelengkan kepala, mengintip ke arah pintu kamar Julian. Menunggu pria itu keluar dari dalam kamarnya.
Pintu kamar Julian ditarik terbuka. Kemudian sosok Julian muncul dari balik pintu itu dengan mengenakan kaos oblong putih dan celana chinos berwarna khaki. Rambut setengah basahnya sebagian turun menyentuh dahi. Membuat Alexa terpukau seketika.
“Wow.” Tanpa sadar kata itu keluar dari mulut Alexa sembari matanya mengikuti Julian sampai pria itu mengambil duduk pada sofa di sebelahnya. Matanya sampai tak berkedip melihat pemandangan yang amat memanjakan mata itu.
“Hei, ada yang aneh denganku?” tanya Julian mengibaskan tangannya di depan wajah Alexa yang sedang termangu menatapnya. Dahinya mengernyit heran melihat mahasiswinya itu.
“Alexa,” panggil Julian, menyentuh pundak Alexa. Yang membuat Alexa tersentak kaget.
“Emm ... Ma-maaf, Pak.” Gadis cantik itu gelagapan. Ia salah tingkah karena sikapnya sendiri yang begitu terpukau melihat Julian, si dosen menyebalkan itu.
“Maaf apanya?” Julian tersenyum dalam hati. Sebetulnya sejak membuka pintu apartemen, ia dibuat heran dengan penampilan Alexa yang tidak biasa sore ini. Namun ia tidak menampakkan itu di wajahnya. Ia bersikap santai, walau sebenarnya isi kepalanya sedang menebak-nebak maksud dari penampilan Alexa yang cukup sek ... seksi itu.
“Sa-saya pikir Bapak hantu,” kelakar Alexa, seraya meringis malu. Namun kemudian ia salah tingkah saat sepasang mata Julian memperhatikannya. Padangan pria itu naik dan turun, sampai membuatnya gugup. Tangannya menarik turun dress agar menutupi pahanya yang sedikit terekspose, yang menjadi arah padangan Julian saat ini.
“Hantu? Di matamu aku seperti hantu?” ulang Julian membuka kedua matanya lebar-lebar.
Alexa meringis, merasa gurauannya terasa garing dan sangat tidak lucu dan justru membuat Julian tak terima.
“Bercanda, Pak. Gitu aja marah,” elak Alexa.
Julian tampak menghela napas. Kemudian membuka telapak tangan kanannya. “Berikan. Aku mau lihat, kamu sudah memperbaikinya dengan benar atau tidak,” pintanya.
“Ini, Pak. Silahkan diperiksa. Ini sudah yang paling maksimal saya kerjakan.” Alexa menyodorkan map yang berisi skripsi yang sudah ia perbaiki.
Sembari Julian memeriksa setiap lembar kertas itu, Alexa mencoba membenahi posisi duduknya. Sebelah kakinya ia letakkan menyilang di atas paha. Rambut panjangnya yang terurai itu di raupnya ke samping agar leher jenjangnya terlihat serta belahan dadanya juga terlihat dengan jelas. Gayanya ini terlihat mirip seorang wanita penggoda. Jika bukan demi skripsi, sebetulnya ia tak sudi melakukan ini.
“Duduknya yang benar. Jangan seperti itu. Cara dudukmu itu kelihatan seperti sedang menahan kentut,” celetuk Julian seraya melirik sekilas paha mulus Alexa.
“Awas kalau sampai kamu kentut di sini. Skripsimu ini tidak akan aku ACC,” tambahnya. membuat wajah Alexa langsung cemberut.
To Be Continued ...
siapa pula yg ngajarin daddy Julian jadi ayah kamu Elsa
dia itu papa jul punya mama al