Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.
Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.
Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.
Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.
"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.
"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.
*
*
Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.
Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
'Parfume itu? Bukanya itu parfume yang tertinggal dikamar Mas Rasyid? Atau ... Ada istri muda Mas Rasyid disini?' batin Andini sambil membalikan badanya. Ia kini mengedarkan pandangan keseluruh ruang.
Namun, tidak ada siapa-sapa disana. Meskipun ada banyaknya orang, Andini tidak dapat mengeklaim siapa Jesica, mengingat ia belum permah bertemu sebelumnya.
"Kamu cari siapa, Andini?" Mars mendekat, menatap sahabatnya dengan kening mengkerut. Mereka berdua saat ini berada dalam Supermarket yang sama dengan Jesicaa. Penampilan keduanya sudah sama persis seperti seorang teroris. Andini maupun Mars, mereka menggunakan masker hitam, dengan topi hitam juga.
"Nggak, nggak cari siapa-siapa kok! Sudah, kita belanja lagi aja," Andini menarik lengan Marselino, dan diajaknya menyingkir dari sana.
Dari balik rak makanan, seseorang baru saja menurunkan ponselnya, setelah mengabadikan rekamannya kearah dua pasangan hina tadi. Sebelah bibirnya tertarik sinis, pria itu langsung melenggang begitu saja.
Sementara Jesica, ia kini baru saja selesai memasukan belanjaanya keatas bagasi belakang. Dengan senyum merekah, dan sudah tidak sabar untuk segera memasak, Jesica kembali masuk kedalam mobinya.
Diparkiran yang sama. Seorang pria dewasa baru saja menurunkan kaca mobilnya. Ia terpana dengan kedua mata membola. 'Ya Allah ... Jesica?! Dia benar Jesica?!' batin pria dewasa tadi.
Tak menunggu waktu lama, pria dewasa tadi langsung mengikuti mobil yang Jesica tumpangi.
Ia adalah Huda Yahya. Putra sulung Kiyai Ismail dan Umi Khadijah.
Tidak terpikirkan sebelumnya, jika Huda dapat melihat wanita yang sangat dikaguminya itu. 2 tahun memendam semuanya seorang diri, berharap ada keajaiban pada kisahnya, Huda kembali memperoleh rasa cintanya kembali.
Wajah tegas dengan sorot mata penuh kasih itu, kini memfokuskan pandanganya kedepan, agar tidak tertinggal oleh mobil mewah didepannya.
Begitu mobil Jesica masuk kedalam, Huda menghentikan mobilnya ditepi jalan rumah Jesica. "Ya Allah, rupanya tinggal disini? Tapi, apa mungkin Jesica masih sendiri?" lirih Huda dengan sorot mata sendu.
Sementara Jesica, wanita cantik itu langsung bergegas memasak, karena 2 jam lagi suaminya akan pulang.
Siang ini, Jesica ingin memasak menu rumahan saja. Jemarinya yang lentik, kini menari indah diatas penggorengan. Jika seperti ini, ia teringat ... Bagaimana dulu ia juga pernah seantusias ini, namun tidak pernah mendapat timbal balik yang semestinya.
Meskipun menyakitkan, nama Bastian akan tersimpan rapat diruang hatinya.
Hemmm .... Aroma masakan Jesica sudah bertebaran memenuhi area dapur. Meskipun ditemani pelayan, Jesica tetap mengerjakan semuanya sendiri. Apalagi memasak, ia tidak ingin, Rasyid menikmati masakan orang lain selain dirinya sendiri.
Dan setelah semuanya siap, Jesica naik keatas untuk mandi terlebih dulu.
Dan benar, mobil itu adalah milik Rasyid. Sempat terheran, namun itu sudah menjadi kebiasaan Jesica, tersenyum hangat menyambutnya diteras depan.
Tidak lupa, wanita berjilbab tosca itu mencium khidmat punggung telapak Rasyid. 'Kamu sangat berbeda dengan Andini, Jesica!' batinnya sambil tersenyum hangat.
Meskipun agak sedikit kaku, namun entah mengapa ... Sudah 3 minggu belakangan ini, Rasyid merasakan kenyamanan, yang tidak pernah ia temukan dalam rumah tangganya bersama Andini.
"Ayo makan, Mas! Aku sudah memasak spesial untukmu," kekeh Jesica sambil menarik lengan suaminya kedalam.
Dan kini, Rasyid sudah duduk dihadapkan dengan beberap menu maskan. Disana ada tumis cumi asin, cah tauge pete, sambel bawang, tempe serta tahu goreng, dan tak lupa kerupuk udang sebagai pelengkapnya. Jesica tahu, jika kerupuk udang adalah makanan wajib, saat menemani makan suaminya.
Dengan lahap, Rasyid menyendokan makannya kedalam mulut. Jesica menatap bahagia, karena pria didepanya itu mengacungkan dua jempol kepadanya.
"Ahh ... Alhamdulillah," desah Rasyid begitu selesai menenggak segelas air putih.
"Mas ... Pernikahan kita sudah berjalan 1 bulan. Apa tidak sebaiknya kita mendaftarkan pernikahan ini ke KUA? Aku hanya ingin, status kita diperjelas dengan aku sebagi istri SAH mu!" papar Jesica.
Rasyid hanya mampu tersenyum hangat. Ia meraih tangan istrinya, "Kamu tenang saja. Pasti akan aku usahakan secepatnya!" jawabnya. 'Secepatnya juga aku akan meninggalkanmu, begitu kamu sudah bisa memberikanku seorang anak, Jesica! Maafkan aku,' batinya.
"Mas, nanti sore kamu pulang 'kan? Emangnya kamu kemana aja sih Mas, kalau nggak pulang?" Jesica agak memicing, mengingat sikap aneh suaminya.
"Kamu tahu 'kan bagaimana sibuknya aku? Terkadang, aku menginap di rumah Ibu, karena badanku terlalu lelah," sanggah Rasyid menampakan wajah lelahnya.
"Tapi itu nggak cuma sehari dua hari, Mas! Sudah satu bulan lebih, dan kamu menginap dirumah cuma dalam hitungan jari saja. Sebenarnya ada apa, Mas? Nggak ada yang kamu sembunyiin dari aku 'kan?" Jesica semakin dibuat curiga.
"Nggak! Yang penting aku masih tetap berusaha pulang 'kan. Sudah ya, aku mau kembali ke kantor," Rasyid mengusap lengan istrinya, lalu kembali bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.
Jesica mendesah lirih, ia mengantarkan suaminya hingga batas pintu. 'Semoga benar tidak ada yang kamu sembunyikan, Mas!'
***
Tuan Gio tersenyum getir, melihat rekaman yang menunjukan kedekatan Andini dengan seorang pria. Dan sialnya, pria itu yang telah menjadi kekasih gelap menantunya itu.
"Selainya selingkuh ... Sampai kiamat pun dia akan tetap selingkuh! Rasyid saja yang bodoh, ditipu setiap harinya!" gumam Tuan Gio.
'Untung saja Rasyid sudah menikahi Jesica. Cepat lambat, aku pasti akan meresmikan pernikahan mereka, begitu aku mendapati Jesica mengandung darah daging Rasyid. Dengan begitu, Rasyid dapat menceraikan istri murahannya itu.' batin Tuan Gio, merasa kasihan dengan nasib putranya.
Pintu ruangan kerja Tuan Gio terbuka. Bu Hilma sudah masuk dengan penampilan mewahnya.
Ia berdiri agak berjarak disebrang meja kerja suaminya.
"Mau ngapain kamu datang kesini?" acuh Tuan Gio. Kalimatnya terdengar kaku sekali.
"Jangan lupa, nanti malam Ibumu merayakan ulang tahunya yang ke 81. Kehadiranmu sangat dia harapkan. Jangan pernah membuatnya kecewa," tekan Bu Hilma sambil melipat dada.
Tuan Gio bangkit. Ia mendesah lirih, sambil menarik kedua kerah jasnya. "Jika itu menyangkut masalah Ibu, aku tidak memiliki alasan apapun! Aku pasti akan datang, tapi tidak tinggal!" pekiknya.
Tidak ingin sakit lebih dalam, Bu Hilma langsung melenggang keluar begitu saja. Ia mengerjabkan mata beberapa kali, merasakan sesag dalam dadanya yanh tak berkesudahan.
Ingatan bu Hilma melayang kembali, ke beberapa tahun silam, dimana usianya baru 22 tahun. Ia yang menikah muda dengan Tuan Gio, mendapati sebuah penyakit yang bersarang dalam tubuhnya.
"Kistanya sudah menyebar, hingga membuat kerusakan dalam rahimnya. Dan dengan terpaksa, kami mengangkat rahim Anda!"
Kalimat sang dokter berputar kuat, hingga membuat hari-hari Bu Hilma berkabut petang.
Dan lagi, mertuanya menuntut seorang cucu laki-laki yang mustahil sekali untuk Bu Hilma dan Tuan Gio kabulkan. Sebelumnya, tidak ada cinta diantara keduanya. Mereka berdua sama-sama dijodohkan oleh kedua belah pihak keluarga, demi kemajuan usaha masing-masing.
Tidak ada cinta, dan tidak ada keturunan yang memperkuat hubungannya, akhirnya Tuan Gio menikahi mantan kekasihnya yang bernama Bu Fatiya.
Karena tidak mendapat restu yang semestinya, Bu Fatiya merelakan putranya dirawat oleh Hilma.
"Biarkan aku menyusui putraku, Hilma! Badanya panas sekali, dia pasti merindukan sumber ASI nya!" Fatiya tak sampai hati saat melihat Rasyid mungil yang menangis terus.
Bu Hilma menjauhkan tangan Fatiya pada bayi yang tengah digendongnya itu. "Ingat janjimu, Fatiya! Kamu sudah menukar bayimu demi kesehatan Ibumu!" tekan Hilma menajamkan matanya.
Benar, dulu Ibunda Fatiya menderita sakit keras. Hidup miskin, dan penyakit yang semakin mendesak, hal itu membuat Fatiya begitu frustasi. Penawaran keluarga faturahman bagaikan angin surga, demi keselamatan Ibunya.
Tak apa ia harus kehilangan putranya, setidaknya, putranya nanti akan hidup berkecukupan, dan di rawat sendiri oleh ayahnya. Namun Fatiya salah. Kuatnya cinta Tuan Gio kepadanya, dan ia yang tidak tega melihat istri simpanannya menderita, seringkali Tuan Gio mengajak sang putra untuk ditemukan oleh Ibu kandungnya.
Begitu Tuan Fatur tiada, dan kekuasaan sepenuhnya dipegang kendali oleh sang Putra-Tuan Gio. Hal itu digunakan untuk meresmikan hubunganya dengan Fatiya.
Mendapat ancaman perceraian, Bu Hilma pada saat itu tidak dapat berkutik sama sekali. Dan mau tidak mau, ia terpaksa menandatangani surat itu.
Dari pernikahan itu, Tuan Gio memiliki 1 putri lagi dari Bu Fatiya. Dan hingga kini, hubungan keduanya semakin harmonis, meskipun rahasia itu tersimpan diantara mereka bertiga.
Dan itulah sebabnya, ia selalu menakan menantunya, karena dia juga pernah merasakan hal yang sama. Kelahiran Rasyid bagaikan bencana sekaligus kebahagiaan tersendiri untuknya.
Bu Hilma tersadar, begitu bunyi lift terdengar memekak gendang telinganya.
jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you